Surabaya, Ruang.co.id – Debat kedua Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2024 yang berlangsung di Grand City, Surabaya pada Minggu (3/11) berlangsung lebih panas dibandingkan dengan debat pertama. Suasana memanas sejak masing-masing pasangan calon (paslon) mulai memaparkan visi dan misinya.
Pasangan petahana, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak, tampil pertama dengan menyoroti kemajuan dan prestasi yang telah dicapai selama masa pemerintahan mereka. Khofifah mengungkapkan bahwa Jawa Timur berhasil meraih investasi sebesar Rp145 triliun pada 2023, menjadikannya yang terbaik kedua setelah DKI Jakarta menurut data Ekonomi Institute. “Dengan investasi sebesar itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus meningkat. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di provinsi ini lebih rendah dari angka nasional, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) lebih tinggi dari rata-rata IPM nasional. Ini adalah hasil kerja keras kita bersama,” ujar Khofifah.
Senada dengan itu, Emil menambahkan pencapaian dalam pembangunan infrastruktur yang menghubungkan Pacitan hingga Banyuwangi. “Kami memohon dukungan masyarakat agar dapat melanjutkan pembangunan yang telah dimulai ini untuk lima tahun ke depan,” tandasnya.
Saat giliran pasangan Tri Rismaharini dan Zahrul Ashar Asumta (Gus Hans) menyampaikan visi mereka, tema “Resik Jawa Timur” menjadi andalan. Paslon ini berkomitmen membangun tata kelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Risma menegaskan perlunya pendekatan yang lebih dekat kepada masyarakat di daerah terpencil, melalui peningkatan layanan di desa-desa dan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan anggaran daerah.
Gus Hans pun menambahkan bahwa birokrasi harus fokus melayani masyarakat. “Birokrasi adalah pelayanan publik, tidak boleh ada unsur kepentingan pribadi di dalamnya. Untuk itu, jika ingin pemerintahan yang baik, masyarakat dan pemimpin harus resik (bersih),” tambahnya.
Luluk Nur Hamidah Kritik Kebijakan Incumbent
Ketika giliran Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Hakim, paslon ini tidak ragu menyoroti beberapa kekurangan pasangan incumbent. Luluk mengungkap bahwa angka kemiskinan di Jawa Timur masih tinggi dibandingkan rata-rata nasional dan terdapat 2,1 juta rumah tangga tanpa akses jamban. Selain itu, Luluk menyoroti pencemaran lingkungan di Bangil, Pasuruan, yang dianggap belum mendapat penanganan serius dari Pemprov.
“Saya menerima keluhan dari masyarakat terkait pencemaran limbah yang terjadi bertahun-tahun di wilayah mereka, namun belum mendapat perhatian. Jika saya terpilih, saya berjanji akan memberikan solusi nyata terhadap permasalahan lingkungan,” ujar Luluk. Lukman juga berjanji akan membuat program birokrasi digital yang bersih, mudah, cepat, dan terintegrasi di satu aplikasi untuk memudahkan layanan masyarakat.
Sorotan terhadap Kaum Nelayan
Pada segmen yang membahas kesejahteraan nelayan, Risma menilai bahwa Pemprov Jatim kurang memperhatikan kaum nelayan, yang hingga kini belum mendapatkan subsidi operasional yang layak. Khofifah membalas pernyataan tersebut dengan menegaskan bahwa subsidi telah diberikan untuk nelayan di pesisir Pantura dan Pantai Selatan. Namun, Luluk menyanggah bahwa kenyataannya masih banyak nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan dukungan lebih.
Debat Panas di Segmen Kelima
Debat semakin memanas pada segmen kelima ketika Lukman dari paslon nomor 1 menanyakan kepada Gus Hans tentang tata kelola pemerintahan Jawa Timur. Pertanyaan tersebut tampaknya mengarah pada kritik terhadap pemerintahan Khofifah-Emil. Gus Hans menjawab dengan menegaskan bahwa, jika terpilih, ia akan sering turun ke daerah-daerah untuk mengawasi langsung jalannya pemerintahan.
Emil Dardak merespon pernyataan tersebut dengan menyebut bahwa kritik yang disampaikan Lukman kurang relevan karena Jawa Timur telah mengintegrasikan sistem digital untuk memudahkan akses masyarakat. “Birokrasi digital di Jawa Timur telah kami sederhanakan, dan ini berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur menjadi 0,87 persen, lebih rendah dari rata-rata nasional,” tegas Emil.
Debat kedua yang bertemakan “Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Inovatif” ini diakhiri dengan orasi penutup dari masing-masing pasangan calon. Meski perdebatan berlangsung sengit, masing-masing kandidat tetap saling menghargai pandangan lawan.