Kericuhan Demo BEM Mahasiswa di Surabaya, Mahasiswa Tuntut Video Call dengan Presiden

demo mahasiswa Surabaya
Aksi demo mahasiswa BEM Surabaya di depan gedung DPRD Jawa Timur, dengan bentrokan antara aparat dan mahasiswa. Foto: Istimewa
Ruang Gentur
Ruang Gentur
Print PDF

Ruang.co.id – Aksi demonstrasi (demo) besar yang digelar oleh ribuan mahasiswa di Surabaya, di depan gedung DPRD Jawa Timur, berakhir dengan kericuhan. Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Islam Sunan Ampel (Uinsa), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), dan beberapa universitas lainnya menggelar aksi untuk menuntut penghentian kebijakan efisiensi anggaran pendidikan yang dianggap akan merugikan kualitas pendidikan di Indonesia. Senin (17/2/2025).

Demo mahasiswa yang diawali dengan orasi damai di depan gedung DPRD Jatim pada sekitar pukul 13.00 WIB semula berjalan tertib. Ribuan mahasiswa mengungkapkan rasa ketidakpuasan terhadap kebijakan efisiensi anggaran pendidikan yang dianggap menekan sektor pendidikan. Namun, ketegangan mulai meningkat ketika para mahasiswa membakar ban dan barang-barang lain di sekitar kawat berduri yang dipasang di depan gerbang DPRD. Polisi yang berusaha memadamkan api sempat ditahan oleh sebagian mahasiswa, memicu peristiwa yang semakin memanas.

Pada pukul 13.45 WIB, perwakilan dari anggota DPRD Jawa Timur, seperti Lilik, Fuad Bernardi, dan Abu Bakar, menemui mahasiswa, tetapi mahasiswa menolak untuk berbicara dengan mereka dan meminta agar Ketua DPRD, Muhammad Musyafak Rouf, langsung menemui mereka.

Ketika Ketua DPRD Jatim, Muhammad Musyafak Rouf, tiba pada pukul 14.45 WIB, mahasiswa langsung meminta Musyafak untuk naik ke atas truk komando dan menandatangani surat tuntutan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga memaksa Musyafak untuk melakukan video call dengan Presiden Prabowo Subianto atau Ketua DPR RI, Puan Maharani, guna menyampaikan langsung tuntutan mereka terkait anggaran pendidikan.

Namun, karena Musyafak tidak dapat menghubungi Presiden secara langsung, ketegangan semakin meningkat. Sekretaris DPRD Jatim, Ali Kuncoro, kemudian memberikan nomor telepon Mayor Tedi yang bisa menghubungi Presiden atau Ketua DPR RI, tetapi saat dihubungi, nomor tersebut menolak untuk berkomunikasi.

Baca Juga  Cara Ajukan Sanggah TMS Seleksi PPPK Tahap II, Panduan Lengkap

Ketika tuntutan mahasiswa tidak dipenuhi, situasi semakin tegang. Mahasiswa mulai merangsek dan merusak kawat berduri, berusaha memasuki gedung DPRD. Polisi yang telah siaga dengan pasukan dalmas dari Polrestabes Surabaya dan Brimob Polda Jatim segera melakukan penghadangan.

Bentrok antara mahasiswa dan aparat tidak terhindarkan, dan penggunaan mobil water canon oleh polisi untuk membubarkan massa semakin memperburuk suasana. Lima mahasiswa yang dianggap provokator akhirnya diamankan oleh pihak kepolisian.

Ketua Korlap Aksi, Aulia Toriq Alkatiri dari BEM Unair, mengungkapkan ketidakpuasan mereka atas perlakuan yang mereka terima dari aparat. “Kami demo untuk rakyat, tetapi diperlakukan dengan kekerasan,” ujar Aulia.

Sekretaris DPRD Jatim, Ali Kuncoro, menyatakan bahwa pihak DPRD sudah berusaha untuk memenuhi sebagian besar permintaan mahasiswa, tetapi karena mahasiswa meminta lebih, kericuhan akhirnya tidak terhindarkan.