Surabaya, Ruang.co.id – Gangguan mata minus dan silinder pada anak seringkali tidak disadari oleh orang tua maupun guru. Gejala yang muncul pun beragam, mulai dari sering mengucek mata, kesulitan membaca dari jarak jauh, hingga mengeluh sakit kepala.
Biasanya keluhan-keluhan ini baru terjadi saat anak sudah menginjak bangku sekolah dan mengalami kendala dalam membaca.
Masalah penglihatan seperti mata minus (myopia) dan silinder (astigmatisme) adalah gangguan umum yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Banyak orang tua bertanya-tanya apakah kondisi ini bisa diwariskan kepada anak-anak mereka. Jawabannya: ya, namun dengan beberapa faktor pendukung yang perlu dipahami.
1. Faktor Genetika dalam Mata Minus dan Silinder
Menurut penelitian, genetika memainkan peran signifikan dalam masalah kesehatan mata. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki mata minus atau silinder, kemungkinan anak juga mengalami kondisi serupa lebih tinggi. Namun, tingkat keparahannya dapat bervariasi.
Beberapa penelitian menunjukkan:
- Anak dengan kedua orang tua memiliki mata minus berpeluang hingga 60% mengalami minus.
- Jika hanya salah satu orang tua yang memiliki kondisi tersebut, peluangnya sekitar 20-30%.
Hal yang sama berlaku untuk mata silinder. Struktur kornea atau lensa yang tidak simetris dapat diwariskan melalui genetik.
2. Faktor Lingkungan dan Kebiasaan
Selain faktor genetik, kebiasaan sehari-hari juga berperan besar dalam kesehatan mata anak. Penggunaan gadget secara berlebihan, terutama dalam jarak dekat dan waktu yang lama, dapat meningkatkan risiko terjadinya mata minus.
Kemudian, kurangnya aktivitas di luar ruangan yang membuat mata jarang terpapar sinar matahari alami juga dapat menjadi pemicu masalah penglihatan. S
elain itu, pola makan yang tidak sehat dan kurangnya asupan nutrisi penting seperti vitamin A, C, dan E dapat mengganggu fungsi mata secara optimal.
Apakah Bisa Dicegah?
Meskipun genetik sulit diubah, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko anak mengalami mata minus atau silinder:
- Batasi penggunaan gadget. Maksimalkan waktu bermain di luar ruangan untuk melatih fokus mata.
- Pemeriksaan mata rutin. Pastikan anak menjalani tes mata sejak dini, terutama jika ada riwayat keluarga dengan gangguan mata.
- Pola makan sehat. Konsumsi makanan yang kaya vitamin A, omega-3, dan lutein seperti wortel, ikan, dan sayuran hijau.
- Cahaya yang cukup saat membaca. Pastikan anak memiliki pencahayaan yang baik saat belajar.
Perlu kewaspadaan jika anak Anda mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan penglihatan. Jika anak sering kesulitan melihat objek yang jauh, seperti tulisan di papan tulis atau gambar di dinding, atau sering memicingkan mata saat membaca atau menonton TV, itu bisa menjadi pertanda adanya masalah pada mata.
Selain itu, keluhan sakit kepala yang sering juga perlu diwaspadai, karena bisa menjadi salah satu gejala gangguan penglihatan. Segera konsultasikan dengan dokter mata untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Mata minus dan silinder memang memiliki kemungkinan untuk diwariskan secara genetik. Namun, pola hidup yang sehat dan kebiasaan baik dapat membantu mengurangi risiko sekaligus menjaga kesehatan mata anak.
Jangan lupa untuk rutin memeriksakan mata anak ke dokter sebagai langkah pencegahan.