Perjuangan Hak Perempuan di Indonesia, Tantangan dan Harapan di Hari Perempuan Internasional

Hari Perempuan Internasional
Ilustrasi perempuan Indonesia berjuang untuk kesetaraan gender dan perlindungan hak asasi manusia.. Foto: @Freepik.com
Ruang NyaLa
Ruang NyaLa
Print PDF

Ruang.co.id – Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret menjadi momen penting untuk merefleksikan perjuangan hak perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Komisioner Komnas HAM, Anis Hidayah, menyoroti berbagai tantangan yang masih dihadapi perempuan Indonesia dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender dan perlindungan hak asasi manusia.

Kekerasan Berbasis Gender Masih Tinggi

Menurut data Komnas Perempuan, sekitar 330 ribu perempuan di Indonesia mengalami kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual. Anis Hidayah menegaskan bahwa angka ini menunjukkan betapa ruang aman bagi perempuan masih jauh dari ideal, baik di ruang publik maupun privat.

“Perempuan masih menghadapi ancaman kekerasan di berbagai aspek kehidupan. Ini adalah masalah serius yang harus segera diatasi,” ujar Anis dalam peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2025.

Regulasi Belum Optimal

Meskipun Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), implementasinya di lapangan masih belum optimal. Anis menyatakan bahwa regulasi perlindungan perempuan yang ada belum sepenuhnya mampu menjamin penghapusan diskriminasi perempuan di berbagai sektor.

“Hampir di semua sektor, diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi. Mulai dari ekonomi, politik, hingga hubungan luar negeri,” jelasnya. Ia mencontohkan ketimpangan akses kerja, kesenjangan upah, dan rendahnya keterwakilan perempuan dalam pengambilan kebijakan.

Budaya Patriarki: Tantangan Utama

Salah satu tantangan terbesar dalam mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia adalah budaya patriarki yang masih kental. Anis menyebutkan bahwa perempuan sering dianggap sebagai kelompok kedua, mengalami objektifikasi perempuan, dan belum mendapatkan hak yang setara dengan laki-laki.

“Budaya patriarki telah mengakar kuat dalam masyarakat. Perempuan sering dihadapkan pada stereotip gender yang membatasi peran dan potensi mereka,” ujarnya.

Selain faktor eksternal, Anis juga menyoroti hambatan internal yang dialami perempuan. “Banyak perempuan yang kurang percaya diri karena sejak kecil diajarkan bahwa peran perempuan dan laki-laki berbeda secara mutlak,” tambahnya.

Ajakan untuk Bersuara

Dalam peringatan Hari Perempuan Internasional ini, Anis Hidayah mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk berani bersuara melawan diskriminasi dan ketidakadilan. Ia menekankan pentingnya perempuan untuk aktif berbicara dan melawan praktik-praktik yang merugikan.

“Perempuan harus berani mengambil peran dalam memperjuangkan hak-haknya. Bersuara adalah langkah pertama menuju perubahan,” tegasnya.

Dengan memahami tantangan dan upaya yang diperlukan, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setara bagi perempuan Indonesia. Selamat Hari Perempuan Internasional!

Hari Perempuan Internasional diperingati setiap 8 Maret untuk merayakan pencapaian perempuan dan menyoroti isu-isu kesetaraan gender.

Tantangan utama meliputi kekerasan berbasis gender, diskriminasi perempuan di berbagai sektor, dan budaya patriarki yang masih kuat.

Komnas HAM aktif menyoroti isu-isu kekerasan terhadap perempuan dan diskriminasi gender, serta mendorong implementasi regulasi perlindungan perempuan.

Masyarakat dapat mendukung dengan meningkatkan kesadaran, melawan stereotip gender, dan mendorong keterwakilan perempuan di berbagai bidang.