Bali, Ruang.co.id– ITS Gelar 4th MASTIC Conference, Dorong Keselamatan Maritim Berkelanjutan di Sanur Bali.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menggelar konferensi internasional bidang keselamatan maritim, 4th MASTIC (Maritime Safety International Conference), di Hotel Prime Plaza Sanur Bali, Senin 26 Agustus 2024.
Acara ITS Gelar 4th MASTIC Conference ini merupakan kelanjutan dari suksesnya tiga penyelenggaraan sebelumnya, dan kali ini mengangkat tema “Enhancing Maritime Safety Towards Sustainable Marine Technology and Environmental Protection”.
Mastic 2024 menjadi wadah diskusi dan diseminasi hasil-hasil riset terkini di bidang maritim, khususnya teknologi yang dapat meningkatkan keselamatan maritim dan strategi pelestarian lingkungan. Conference yang diinisiasi oleh Laboratorium Keandalan dan Keselamatan Kapal, bekerjasama dengan Pusat Unggulan Iptek Keselamatan kapal dan Instalasi Laut (PUI KEKAL ITS), akan menghadirkan empat pembicara kunci (keynote speakers) terkemuka dunia.
Prof. Akira Sou dari Kobe University, Dr. Jung Han Lee dari LNG Solution Korea, Bani Maulana Mulia, Predient Director PT. Samudera Indonesia Tbk, dan Raymond Ivan H.A.S., S.T, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perhubungan Indonesia, akan berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dalam meningkatkan keselamatan maritim.
Lebih dari 50 makalah teknis akan dipresentasikan dalam conference ini, diiringi oleh dua kegiatan workshop yang membahas secara detail tentang implementasi Automatic Identification System (AIS) dan Particularly Sensitive Sea Area (PSSA).
Rektor ITS, Bambang Pramujati, menegaskan bahwa keselamatan pelayaran dan keamanan industri maritim bukan hanya soal keselamatan manusia, namun juga berdampak luas pada lingkungan laut, ekonomi, nelayan, dan industri berbasis maritim.
“Sebagai institusi perguruan tinggi keteknikan yang memiliki kompetensi utama dalam bidang maritim, ITS sangat mendukung terselenggaranya Mastic 2024. Konferensi ini menjadi media yang penting untuk bertukar gagasan, informasi, dan membangun jejaring kemitraan demi meningkatkan kualitas akademik dan kontribusi ITS bagi bangsa dan negara,” ujar Bambang.
Bambang juga menyoroti pentingnya peran MASTIC untuk menekan tingkat kecelakaan maritim di Indonesia. “Kita telah menyaksikan beberapa insiden dan kecelakaan kapal yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. MASTIC memiliki peran penting untuk memberi masukan kepada para stakeholder dalam upaya mengurangi risiko tersebut,” tegasnya.
Dr.Eng. Fadilla Indrayuni Prastyasari, Ketua Panitia Mastic 2024, menjelaskan bahwa konferensi ini akan berlangsung hingga Rabu (28/8), menghadirkan seminar internasional, diskusi paralel yang melibatkan pemakalah dan peserta dari berbagai negara, serta sesi presentasi makalah.
“Konferensi ini menerima banyak usulan makalah, namun setelah evaluasi yang ketat, hanya sekitar 50 makalah yang dipertimbangkan untuk dipresentasikan,” ungkap Fadilla.
Makalah-makalah tersebut meliputi berbagai bidang seperti keselamatan maritim, transportasi dan logistik maritim, big data dan simulasi maritim, ICT dan robotika dalam industri maritim, pencemaran laut dan perlindungan lingkungan, energi terbarukan laut, teknik dan teknologi kelautan, arsitektur dan galangan kapal, teknik lepas pantai dan pesisir, biologi dan pariwisata laut, kebijakan kelautan, pendidikan dan pelatihan, serta topik-topik relevan lainnya.
Fadilla berharap konferensi ini dapat menjadi wadah bagi lembaga akademik, lembaga penelitian, lembaga pemerintah, industri maritim, industri manufaktur, industri perkapalan, dan semua pemangku kepentingan terkait keselamatan laut dan transportasi maritim untuk bertukar ide, menyinergikan riset dan pengembangan, serta membangun jejaring global demi terciptanya keselamatan maritim yang lebih baik.
Prof. Dr. Ketut Buda Artana ST MSc, Kepala Laboratorium Keandalan dan Keselamatan, menekankan bahwa MASTIC 2024 menjadi forum untuk mencari titik temu antara keinginan meningkatkan kapasitas industri dan upaya menjaga keselamatan dan melindungi lingkungan. “Hal ini penting karena seringkali ditemukan konflik antara pengembangan industri maritim, seperti pelabuhan dan terminal khusus hidrokarbon, dengan potensi risiko bagi masyarakat dan lingkungan. Padahal, keberadaan industri tersebut juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan industri,” jelasnya.
Hasil riset dan pengembangan teknologi yang dibagikan dalam konferensi ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan dan peluang di masa depan dalam industri maritim yang berkelanjutan. (ide/rci).