Mahfud MD: Integritas Pagar Kebangsaan dan Fondasi Kebinekaan Jatim

Integritas dalam keberagaman Jawa Timur
Prof. Mahfud MD menyampaikan orasi ilmiah penuh semangat di Gedung DPRD Jawa Timur, menekankan integritas sebagai fondasi kokoh bagi kebinekaan dan persatuan di provinsi yang menjadi miniatur Indonesia. Pidatonya menggarisbawahi pentingnya kejujuran dan nilai-nilai luhur pesantren dalam membentuk karakter kepemimpinan dan kehidupan bermasyarakatakat yang beradab di era digital. Foto: Istimewa
Ruang Gentur
Ruang Gentur
Print PDF

Ruang.co.id – Di hadapan para anggota DPRD Jatim dan Gubernur serta wakil gubernur Jatim, beserta para undangan yang hadir dalam Rapat Paripurna istimewa HUT ke 80 Provinsi Jawa Timur,
Prof. Mahfud menekankan pentingnya integritas keberagaman bagi seluruh warga Jawa Timur.

Dalam orasi ilmiahnya di Gedung DPRD Jatim, Minggu (12/10) tersebut, Mahfud mengatakan, menjaga keberagaman ini sangat penting karena Jawa Timur merupakan miniatur kebinekaan Indonesia.

ā€œDi Jawa Timur itu berbagai suku, agama, dan ras itu lengkap. Oleh karena itu, satu, mari kita jaga ke-Indonesiaan kita ini,ā€ ujarnya.

Mahfud menambahkan, gotong royong merupakan praktik nilai kebangsaan yang perlu terus dihidupkan. Ia menegaskan komitmen agar Jatim terus berperan sebagai motor persatuan, pagar kebangsaan, dan fondasi kebinekaan.

Pada kesempatan yang sama, ia juga mengulas posisi sejarah Jatim dalam fase krusial kemerdekaan. Ia menegaskan, di tengah konstelasi hukum internasional pasca-Perang Dunia II dan upaya kolonial kembali masuk, tekad bangsa dinyatakan tanpa ragu.

“Indonesia ini merebut dan akan melawan siapapun yang masuk kembali ke Indonesia,ā€ katanya.

Menurutnya, perlawanan rakyat di Jatim yang puncaknya dikenang pada 10 November, membuat dunia menoleh dan membuka jalan ke pengakuan kedaulatan.

ā€œKetika pemerintah pusat sedang terdesak, berbagai kekuatan kucar-kacir, Jawa Timur melakukan perlawanan dalam apa yang disebut jihad. Fi sabilillah melalui resolusi jihad KH Hasyim Ash’ ari sehingga lahirlah peristiwa 10 November itu. Itu dari Jawa Timur,ā€ jelas Mahfud.

Lebih jauh lagi, Mahfud juga memberikan paparan tentang akhlak masyarakat Jawa Timur yang berasal dari pendidikan di oondok pesantren. Karena itu, Mahfud mendorobg penguatan ekosistem pesantren sebagai sumber daya moral khas Jatim. Mahfud mendorong revitalisasi nilai kepesantrenan yakni, kesederhanaan, dan anti-tamak, yang membentuk karakter warga dan pejabat publik.

Baca Juga  Pahlawan Darah 50 Kali Disambut Apresiasi Wali Kota dan Bantuan PT Matahari Sakti

ā€œKalau bisa hidup sederhana saja, secukupnya dan ingat kamu harus hidup jujur. Kata orang Madura mun tak jujur ancor (kalau kamu ndak jujur hancur),ā€ tandas Mahfud.

ā€œKalau kamu ndak jujur, nunggu waktu. Sekarang selamat, besok enggak. Coba lihat, banyak sekarang gejala kan? Orang yang kemarin gagal gitu-gitu itu, enggak jujur. Sekarang patron-nya sudah tidak ada, kucar-kacir, pada ketakutan. Nah, itulah yang diajarkan,ā€ lanjutnya.

Mahfud menggarisbawahi, kejujuran juga harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Setiap perkataan yang telah diucapkan atau diumumkan, menurutnya harus dijalankan sesuai dengan yang telah disampaikan.

ā€œAntara yang diumumkan dan yang dikerjakan itu sama, itu integritas. Sehingga di sini akan timbul apa yang disebut idenya demokrasi itu kan tiga. Satu: liberty (kebebasan), equality (kesetaraan), fraternity (persaudaraan),ā€ tuturnya.

Mahfud juga menyoroti etika ruang publik di era digital. Ia mengkritik budaya saling caci dan adu domba di media sosial yang, menurutnya, merusak keadaban. ā€œSudah nir-akhlak,ā€ tegasnya.

Di sisi lain, ia mengajak publik melihat kemajuan sosial-ekonomi sebagai proses estafet lintas pemerintahan mulai dari Presiden Soekarno hingga Jokowi. ā€œIni yang harus disyukuri, jangan marah-marah melulu,ā€ ujarnya.

Sembari mengutip data ekonomi, Mahfud mengatakan bahwa di era sebelum kemerdekaan, angk kemiskinan di Indonesia mencapai 99 persen. Karena semua kekayaan alam diambil penjajah. Sedangkan kesempatan pendidikan hanya diberikan pada segelintir kaun bangsawan. Sehingga tidak rakyat tidak banuak yang mendapat pendidikan layak.

Kemudian pada saat presiden Soekarno pasca kemerdekaan dan di ujung kekuasaan pemerintahannya, yaitu tahun 1966 angka kemuskinan turun menjadi 51 persen.

Lsku jaman presiden Soeharto angka kemiskinan turun menjadi 18 persen. Sampai reformasi dari presiden Habibi, Gus Dur, Megawati hinhga Susilo Bambang Yudhoyono, angka kemiskinan turun menjadi 11 persen. Lalu kzman presiden jokowi turun hingga 7,5 persen.

Baca Juga  Cap Kapal Vegan Chess Competition 2025 Ajang Bergengsi 850 Pecatur dengan 29 Kategori Seru di Surabaya

“Saat ini di era Prabowo, khusus Jawa Timur turun hingga tinggal beberapa persen. Seperti yang dipaparkan Gubernur tadi,” tutur Mahfud.