Surabaya, Ruang.co.id – Sejak didirikan pada tahun 2012, Komunitas Mata Hati telah menginisiasi kegiatan mengaji Braille yang ditujukan untuk para penyandang disabilitas. Kegiatan ini berawal dari inisiatif teman-teman komunitas yang setiap akhir pekan berkumpul di rumah ngaji Braille untuk mempelajari berbagai keterampilan, termasuk soft skill, dan kemudian mulai mengaji bersama. Salah satu yang menjadi motor penggerak adalah para tunanetra yang menginspirasi komunitas ini untuk memperluas kegiatan mereka.
Dian Ika Riani, Co Founder Komunitas Ngaji Braiile menjelaskan, bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah mendekatkan para penyandang disabilitas kepada Tuhan, dengan harapan mereka lebih mudah menerima nasihat dan kebaikan dalam hidup. “Kami percaya, ketika seseorang dekat dengan Tuhan, mereka akan lebih mudah mendapatkan pelajaran hidup yang berharga, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan yang sering kali dihadapi teman-teman disabilitas,” ujar Ika.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh para tunanetra, tetapi juga melibatkan berbagai kelompok disabilitas lainnya. Mereka yang tuli, penyandang sindrom Down, cerebral palsy, tuna daksa, hingga disabilitas fisik lainnya ikut serta dalam kegiatan ini. Salah satu hal menarik dari acara ini adalah pembacaan surat Al-Fatihah oleh peserta tuli menggunakan bahasa isyarat. Komunitas ini juga mengajak relawan non-disabilitas untuk turut mendukung jalannya acara, sehingga tercipta lingkungan yang inklusif.
“Kami ingin mengajak semua pihak untuk berpartisipasi, baik disabilitas maupun non-disabilitas, agar kegiatan ini benar-benar menjadi wadah inklusif yang mendukung semua orang, tanpa kecuali,” tambah Ika.
Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan ruang bagi para penyandang disabilitas untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapatkan pelajaran hidup yang berharga. Bagi mereka, kehidupan sering kali dipenuhi dengan berbagai tantangan yang bisa menggoyahkan semangat. Dengan lebih mendekat kepada Tuhan, komunitas ini berharap mereka bisa lebih kuat menghadapi berbagai liku kehidupan.
Ngaji Braille ini diadakan rutin setiap dua bulan sekali dan dibimbing oleh Ustad Arif, yang memberikan ceramah dan nasihat agama untuk para peserta.
Erni, wali murid dari Asyifa Khairunnisa, salah satu peserta disabilitas, mengungkapkan rasa syukurnya terhadap komunitas Mata Hati. “Kegiatan ini sangat positif. Selain bisa bersosialisasi dengan sesama disabilitas, anak saya juga mendapatkan ilmu agama yang berharga,” ungkap Erni.
Lebih lanjut, Bu Erni menceritakan bagaimana putrinya, Asyifa, mendapatkan beasiswa dari komunitas tersebut. “Tentunya kami sangat bersyukur kepada Allah karena Asyifa mendapatkan beasiswa di sini. Selain itu, ia juga semakin bergaul dengan teman-teman disabilitas lainnya,” tambahnya. Ia berharap kegiatan ngaji Braille ini dapat terus berlanjut sehingga lebih banyak penyandang disabilitas yang mendapatkan manfaat serupa, baik dari segi pendidikan maupun agama.