Ruang.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menegaskan komitmennya dalam menyediakan pengobatan bagi penderita HIV/AIDS di wilayahnya. Langkah ini tidak hanya menunjukkan perhatian serius terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga upaya untuk memerangi stigma dan diskriminasi yang sering kali melekat pada penderita HIV/AIDS.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa anggaran untuk pengobatan HIV/AIDS tidak akan terkena efisiensi. Hal ini berarti layanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS akan tetap berjalan tanpa pengurangan anggaran. “Khusus untuk warga Surabaya, kita obati. Tapi kalau non-Surabaya yang dulu saya obati, ikut pusat. Uang pusat juga di sini (efisiensi), nanti kita koordinasikan. Tapi untuk orang Surabaya, terus berjalan,” kata Eri Cahyadi, Rabu (19/2).
Komitmen Pemkot Surabaya untuk melanjutkan program pengobatan HIV/AIDS secara gratis khususnya untuk warga kota, semakin memperkuat posisi Surabaya sebagai kota yang peduli terhadap kesehatan warganya. Dengan menyediakan layanan pengobatan tanpa biaya, pemerintah tidak hanya membantu meringankan beban finansial bagi warga penderita, tetapi juga mendorong lebih banyak orang untuk mendapatkan pengobatan yang mereka butuhkan.
Ini menjadi langkah penting mengingat stigma yang kuat masih melekat pada HIV/AIDS, yang seringkali menjadi penghalang bagi seseorang untuk mencari perawatan medis. Pengobatan HIV/AIDS yang berkelanjutan di Surabaya menunjukkan pengakuan atas realitas bahwa, meskipun ada kemajuan dalam pengembangan terapi, masih banyak orang yang hidup dengan virus ini.
Inisiatif ini juga sejalan dengan upaya global untuk mencapai tujuan kesehatan publik, terutama dalam konteks pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), yang menargetkan penghapusan epidemi AIDS pada 2030. Keberadaan layanan pengobatan gratis bagi warga bukan pendatang, juga menunjukkan strategi Pemkot Surabaya untuk memprioritaskan kebutuhan kesehatan penduduk lokal.
Hal ini menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa setiap warga yang dalam keadaan rentan mendapatkan akses yang diperlukan tanpa dibebani oleh biaya tinggi. Ini juga bisa dilihat sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan, sehingga mengurangi potensi penyebaran HIV/AIDS di kota tersebut.
Program Pemkot Surabaya tidak hanya harus berfokus pada penyediaan pengobatan, tetapi juga pada pencegahan penularan dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya pengujian dan pengobatan dini. Dengan latar belakang tersebut, keputusan Pemkot Surabaya untuk melanjutkan pengobatan HIV/AIDS secara gratis merupakan langkah strategis dan manusiawi.
Melalui langkah ini, Surabaya tidak hanya berperan dalam memberikan layanan kesehatan yang baik, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi seluruh warganya. Diharapkan, dengan program efisiensi dibutuhkan adanya dukungan yang kuat dari pemerintah daerah masing-masing, penderita HIV/AIDS dapat hidup lebih baik dan lebih produktif, serta stigma terhadap mereka dapat secara bertahap diminimalkan.
Pengobatan yang terus berjalan di Surabaya tidak hanya untuk HIV/AIDS saja, tetapi juga untuk pengobatan lain seperti TBC. Khusus bagi warga Surabaya tetap mendapat fasilitas pelayanan dan pengobatan. “Akan terus berjalan untuk TBC dan HIV, khusus untuk mengobati warga Surabaya,” pungkas tegas Eri Cahyadi.
Dengan komitmen kuat dari Pemkot Surabaya, diharapkan semakin banyak warga yang terbantu dan stigma terhadap penderita HIV/AIDS dapat berkurang.