Ruang.co.id – Sebuah prestasi diplomasi dan keamanan pangan internasional berhasil dicatatkan Indonesia. Ekspor rempah Indonesia kembali menembus pasar Amerika Serikat setelah melalui proses verifikasi dan sertifikasi ketat yang diakui dunia. Pelepasan kontainer berisi cengkeh dan kayu manis di Surabaya bukan sekadar rutinitas logistik, melainkan simbol keberhasilan bangsa dalam memenuhi standar keamanan pangan global yang paling rigor, khususnya terkait isu kontaminasi radionuklida Cesium-137. Selasa, (16/12/2025).
Tantangan diawali dengan kebijakan pengawasan ketat US FDA melalui Import Alert 99-51 dan 99-52. Kebijakan itu memberlakukan pemeriksaan khusus dan potensi penahanan barang untuk produk yang dianggap berisiko. Menyikapi hal ini, langkah strategis pemerintah Indonesia justru menuai pengakuan. Badan POM RI secara resmi ditunjuk sebagai Certifying Entity (CE) atau Lembaga Sertifikasi resmi oleh otoritas Amerika tersebut. Ini merupakan bentuk kepercayaan internasional terhadap kapasitas sistem pengawasan obat dan makanan nasional.
Penunjukan sebagai Certifying Entity memberikan mandat luas kepada BPOM. Lembaga ini kini memiliki kewenangan penuh untuk melakukan audit fasilitas eksportir rempah, verifikasi proses, pengambilan sampel (sampling), hingga pengujian laboratorium spesifik untuk mendeteksi cemaran. Proses yang komprehensif ini berpuncak pada penerbitan dokumen kunci: Shipment-Specific Certificate (SSC). Setiap sertifikat yang diterbitkan BPOM menjadi jaminan resmi bahwa satu pengiriman tertentu telah lolos dari kontaminasi Cesium-137 dan memenuhi semua persyaratan FDA.
Dalam pernyataannya di Pelabuhan Tanjung Perak, Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan makna diplomatis dari momen ini. “Penunjukan BPOM sebagai Certifying Entity oleh US FDA merupakan bentuk diplomasi berbasis kepercayaan yang menunjukkan pengakuan dunia internasional terhadap kapasitas dan kredibilitas sistem pengawasan pangan Indonesia,” ujarnya. Pernyataan ini menekankan bahwa komitmen Indonesia terhadap keamanan pangan diakui secara setara oleh mitra dagang utama.
Untuk menjalankan mandat tersebut, strategi operasional BPOM dijalankan dengan presisi. Dari sisi regulasi, diterbitkan sejumlah pedoman teknis seperti Protokol Pemindaian Produk Rempah dan Panduan bagi Pelaku Usaha Ekspor. Di lapangan, pemeriksaan sarana produksi digelar. Teknologi mutakhir seperti Radioisotope Identification Device (RIID) digunakan dalam pemindaian cemaran radionuklida, suatu kolaborasi dengan BAPETEN dan BRIN.
Pengujian lanjutan di laboratorium BRIN menjadi tahap final sebelum sertifikasi dikeluarkan. “Sebagai bukti pemenuhan persyaratan keamanan, BPOM menerbitkan Shipment-Specific Certificate. Ini menjadi jaminan bahwa rempah yang diekspor benar-benar aman dan sesuai dengan ketentuan FDA,” tegas Taruna. Proses sertifikasi ekspor yang ketat ini telah berjalan untuk 125 shipment, dengan puluhan SSC telah diterbitkan, mencakup komoditas bernilai miliaran rupiah.
Keberhasilan ini berhasil menjawab kekhawatiran pelaku usaha. Ketua Satgas Cesium-137 Bara Krishna Hasibuan memberikan apresiasi tinggi. “Kami melihat BPOM bekerja sangat cepat dan profesional dalam menjalankan peran tersebut,” katanya. Ia juga menjelaskan bahwa AS tidak memberlakukan pelarangan total, melainkan sistem kategorisasi yang ketat. Produk yang lolos berasal dari kategori yang diizinkan (yellow list) setelah melalui proses verifikasi yang kredibel.
“Ini menjadi sinyal kuat bahwa sistem pengawasan pangan Indonesia dapat dipercaya dan mampu memenuhi standar internasional,” tambah Bara. Dukungan infrastruktur juga datang dari pihak PT Terminal Petikemas Surabaya. Direktur Operasi TPS Noor Budiwan menyatakan kesiapan mendukung kelancaran rantai pasok ekspor dengan layanan berstandar internasional, yang turut memperkuat kepercayaan mitra dagang global.
Pelepasan komoditas rempah asli Indonesia ini menandai babak baru. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah bangsa merespons tantangan non-tarif dengan membangun sistem jaminan keamanan pangan yang kredibel. Kesuksesan ini tidak hanya membuka keran ekspor rempah, tetapi juga membuka jalan bagi produk pangan olahan Indonesia lainnya untuk meningkatkan daya saing ekspor dan dipercaya di pasar global yang kompetitif. Komitmen terhadap mutu dan keamanan telah terbukti menjadi kunci utama.

