Menelusuri Jejak Tari Dunia: Kisah di Balik Hari Tari Internasional 29 April

hari tari internasional
Temukan asal-usul, makna mendalam, dan ragam perayaan Hari Tari Internasional setiap 29 April. Ilustrasi Foto: IG@kerta_art
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Di tengah gemerlap perkembangan seni kontemporer, Hari Tari Internasional yang diperingati setiap 29 April menjadi pengingat betapa tari telah menjadi bahasa universal manusia selama ribuan tahun. Tanggal ini bukan sekadar angka di kalender, melainkan penghormatan kepada Jean-Georges Noverre, sang revolusioner balet modern yang mengubah tari dari hiburan istana menjadi seni bermakna mendalam. Mari menyelami lika-liku sejarah yang menjadikan hari ini sebagai momentum budaya global.

Akar Sejarah yang Menggema ke Seluruh Dunia

Dari Deklarasi ITI Hingga Pengakuan UNESCO

Pada 1982, Komite Tari di bawah Institut Teater Internasional (ITI) – badan seni pertunjukan terbesar di dunia yang bekerja sama dengan UNESCO – secara resmi menetapkan 29 April sebagai Hari Tari Internasional. Pemilihan tanggal ini sangat simbolis, bertepatan dengan hari kelahiran Noverre yang pada abad ke-18 memperkenalkan konsep ballet d’action, di mana gerakan penuh ekspresi menggantikan dialog.

Prasasti Tari Tertua dan Evolusinya

Arkeolog menemukan bukti praktik tari tertua dalam lukisan gua di Bhimbetka, India, yang diperkirakan berusia 9.000 tahun. Dalam perjalanannya, tari berevolusi dari ritual pemujaan dewa-dewa hingga menjadi media diplomasi budaya, seperti yang terlihat dalam pertukaran kesenian Jalur Sutra abad ke-13.

Makna Filosofis di Balik Perayaan

Tari sebagai Jembatan Budaya

Menurut pesan resmi ITI tahun 2023, peringatan ini memiliki tiga pilar utama: merayakan keragaman (dari tarian Sufi hingga hip-hop), memperjuangkan hak penari (khususnya di negara dengan dukungan seni terbatas), dan mendorong inovasi kolaboratif lintas generasi. Setiap tahun, pesan ini disampaikan oleh ikon tari seperti Akram Khan (2019) yang menyoroti isu pengungsi melalui karyanya.

Gelaran Spektakuler dari Paris hingga Bali

Ibukota Prancis menjadi tuan rumah perayaan puncak tahun lalu dengan pertunjukan “Danse l’HumanitĆ©” yang memadukan 30 gaya tari berbeda. Sementara di Indonesia, sanggar-sanggar tari menggelar open class gratis dengan mengangkat kekayaan gerak tari Saman hingga Jaipong.

Baca Juga  Surat-Surat RA Kartini Dikukuhkan UNESCO Jejak Emas Emansipasi yang Abadi

Indonesia dalam Peta Tari Global

Warisan Budaya yang Mendunia

Tahukah Anda bahwa UNESCO telah mengakui tiga tari Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda? Tari Saman Aceh (2011), Bali (2015), dan Gending Sriwijaya (2021) menjadi bukti bahwa Nusantara adalah gudangnya koreografi bernilai filosofis tinggi.

Tantangan di Era Digital

Meski kaya warisan, pelestarian tari tradisional menghadapi tantangan serius. Data Kemdikbud 2023 menunjukkan hanya 42% sanggar tari yang memiliki program regenerasi pemain muda. Inilah mengapa Hari Tari Internasional bisa menjadi ajang kampanye #SaveTraditionalDance melalui platform digital.

Cara Anda Bisa Terlibat

Tak perlu menjadi penari profesional untuk merayakannya. Mulailah dengan menonton dokumenter tari karya Watchdoc tentang tari Topeng Cirebon, atau mengikuti kelas daring yang diadakan oleh Indonesian Dance Festival. Bagi pecinta media sosial, unggah video tarian daerah dengan tagar #GerakanUntukDunia bisa menjadi kontribusi sederhana.