Ruang.co.id – Surabaya kembali menunjukkan kelasnya sebagai kota yang serius dalam menata masa depan pendidikan. Menyambut tahun ajaran 2025/2026, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) tak hanya membuka Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), tetapi juga merancang mekanisme pendataan yang cermat dan penuh empati. Langkah awalnya? Penitikan lokasi rumah calon siswa yang dilakukan secara masif dan gotong royong lintas sekolah, baik negeri maupun swasta.
Sebanyak 31 ribu titik rumah calon murid telah ditandai dan divalidasi. Ini bukan sekadar soal teknis, melainkan upaya serius memastikan keadilan akses pendidikan berbasis zonasi. Bukan jarak tempuh, melainkan radius rumah ke sekolah yang menjadi acuan, sebuah pendekatan yang lebih adil dan terukur.
Kepala Dispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menyampaikan bahwa validasi data dan penitikan bukan semata administrasi, tapi kunci agar tak terjadi kesalahan saat orang tua melakukan pendaftaran secara daring di laman spbm.surabaya.go.id. Proses login pun telah diintegrasikan dengan data Kartu Keluarga, sebagai bentuk verifikasi ganda yang akurat dan transparan.
Lebih dari itu, Pemkot Surabaya juga menyediakan simulasi pendaftaran dalam dua gelombang untuk masing-masing jenjang SD dan SMP. Langkah ini bukan basa-basi, ini merupakan bentuk nyata edukasi digital bagi orang tua dan calon siswa.
Setiap simulasi dirancang agar masyarakat bisa mencoba, mengulang, dan memahami sistem sebelum proses resmi dimulai. Bahkan, sistemnya memungkinkan percobaan berulang setiap 24 jam. Cerdas dan inklusif.
Tidak semua warga mungkin akrab dengan teknologi. Karena itu, Dispendik turut membuka posko pendaftaran di seluruh sekolah negeri dan swasta. Di sana, fasilitas digital disiapkan lengkap, dengan pendampingan langsung agar tidak ada warga yang merasa tersisih atau kebingungan. Teknologi dijadikan alat pemberdayaan, bukan penghalang.
Yang lebih menarik, partisipasi aktif sekolah swasta dalam proses ini menunjukkan semangat kolaboratif khas Surabaya. Pemerintah menggandeng semua pihak, bukan hanya mengandalkan birokrasi. Ini bukan hanya proses administratif, melainkan gerakan sosial menuju pendidikan yang setara dan berdaya saing.
Dengan pendekatan yang akurat, terencana, dan ramah pengguna, sistem ini layak disebut bukan hanya sebagai inovasi, tetapi juga investasi sosial jangka panjang. SPMB Surabaya 2025 mengirim pesan tegas, yakni masa depan pendidikan harus dimulai hari ini, dengan data yang valid, proses yang transparan, dan masyarakat yang dilibatkan sepenuhnya. Hal ini bukan sekadar tentang masuk sekolah. Namun tentang memberi setiap anak hak yang sama untuk bermimpi besar.

