Sidoarjo, Ruang.co.id ā Air mata bahagia mengalir di pipi Urifah (78), warga Desa Krian, saat kediamannya yang hampir roboh dikunjungi langsung oleh Bupati Sidoarjo, H. Subandi. Perempuan renta ini tak lagi mampu berjualan gorengan sejak terjatuh di rumahnya. Bersama anak dan cucunya, ia bertahan di tengah dinding rapuh dan atap bocor, menanti keajaiban. Dan hari itu, keajaiban itu datang.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kembali menegaskan komitmennya terhadap kesejahteraan rakyat dengan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Bupati Subandi turun langsung ke dua titik lokasi krusial di Kecamatan Krian, rumah Urifah dan rumah Khoirul Anam (57), warga Desa Tropodo yang hidup sebatang kara setelah stroke melumpuhkan tubuhnya.
Langkah ini bukan sekadar seremonial, meski sempat tumbuh tumbang tuai kritikan program kerjanya yang diketahui kerap hanya sidak kunjungi warga. Namun program kerja sidak sejahterakan warganya, terus digaungkan.
Dengan menggandeng Baznas dan Dinas Sosial, Pemkab Sidoarjo bergerak cepat menyiapkan bantuan perbaikan rumah bagi dua warga ini. Respons yang cepat, nyata, dan menyentuh sisi terdalam kemanusiaan.
“Saya akan segera lakukan koordinasi dengan Baznas Sidoarjo agar dilakukan perbaikan pada rumah Khoirul Anam dan Urifah. Diharapkan setelah dilakukan pembenahan, keluarga bisa hidup tenang, nyaman, dan aman untuk ditinggali,” ujar Bupati Subandi dengan mata berkaca-kaca.
Lebih dari sekadar rehabilitasi fisik, program RTLH mencerminkan visi sosial yang inklusif. Pemerintah tidak hanya memperbaiki rumah, tapi juga mengembalikan martabat hidup masyarakat kecil. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang tidak hanya memerintah, tetapi hadir, menyapa, dan mendengarkan.
“Program RTLH ini merupakan bentuk sinergi antara Pemkab Sidoarjo dengan stakeholder untuk tujuan utama yaitu membantu masyarakat Sidoarjo yang kurang mampu,” tegas Subandi.
Kisah Urifah dan Khoirul Anam menyadarkan kita bahwa di balik bangunan tua yang nyaris runtuh, ada harapan yang masih ingin tumbuh.
Kini, dengan kepedulian yang nyata dari pemerintah, Sidoarjo bukan hanya membangun rumah, tapi membangun harapan baru bagi warganya.
Langkah ini menjadi teladan dan inspirasi bagi daerah lain, bahwa perubahan besar bisa dimulai dari pintu rumah warga yang nyaris dilupakan. Viral bukan karena sensasi, tapi karena empati. Dan inilah bentuk terbaik dari kepemimpinan, berani hadir, mendengar, dan bertindak.

