Kisah Tragis di Hotel Surabaya, Cemburu Membawa Petaka

pembunuhan di hotel Surabaya
Ruang redaksi
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Surabaya kembali diguncang dengan berita tragis yang mengejutkan. Seorang pria berinisial MI (25) tega menghabisi nyawa kekasihnya, MA (24), di lantai 16 Hotel Double Tree, Jalan Tunjungan, Kamis (16/1) dini hari. Tragedi ini diduga dipicu oleh rasa cemburu yang menguasai MI, sehingga ia tak mampu mengendalikan emosi. Padahal, pasangan ini tengah merencanakan pernikahan di akhir tahun 2024 lalu.

Kejadian bermula dari pertengkaran yang dipicu oleh pembahasan masa lalu. MI, pria asal Surabaya, merasa terpojok ketika MA terus menyebut-nyebut mantan pacarnya. Dalam suasana hati yang sudah gelap, MI akhirnya kehilangan kendali hingga mencekik MA hingga tak bernyawa. Dengan suara bergetar di hadapan polisi, MI mengungkapkan rasa penyesalannya.

“Saya cemburu, dia terus ngomongin mantan pacarnya. Padahal, saya sudah berencana untuk menikahinya,” ujar MI saat memberikan keterangan di Polsek Genteng, Surabaya.

Kapolsek Genteng, AKP Grandika Indera Waspada, menjelaskan bahwa hubungan keduanya bermula dari perkenalan lewat aplikasi kencan online. Setelah merasa cocok, MI dan MA membawa hubungan mereka ke dunia nyata hingga muncul rencana pernikahan. Namun, hubungan ini mulai retak akibat kehadiran sosok dari masa lalu MA yang terus menjadi topik pembicaraan.

“Mereka ini berkenalan melalui aplikasi kencan online dan sempat akan melangsungkan pernikahan. Namun, hubungan terganggu karena korban masih menjalin komunikasi dengan mantan pacarnya,” terang AKP Grandika.

Rabu (15/1) menjadi pertemuan terakhir pasangan ini. MA yang saat itu berada di Malang memutuskan bertemu dengan MI di Surabaya. Setelah dijemput di Stasiun Gubeng, MI mengajak MA ke Hotel Double Tree. Tak disangka, kamar di lantai 16 hotel tersebut menjadi saksi bisu tragedi memilukan ini.

Baca Juga  Residivis Curanmor Surabaya Ditangkap Kurang dari 5 Jam, Ini Kronologinya

Menurut keterangan polisi, pertengkaran terjadi ketika pelaku mengetahui korban masih berhubungan dengan mantan pacarnya. Emosi yang memuncak membuat MI tak bisa berpikir jernih hingga mencekik korban.

“Korban sempat melawan, tapi akhirnya lemas tak bertenaga. Pelaku mengira korban pingsan dan mencoba menunggu korban sadar hingga dini hari. Namun, saat dibangunkan, korban sudah tak bernyawa,” lanjut AKP Grandika.

Setelah menyadari bahwa MA sudah tak bernyawa, MI memilih menyerahkan diri ke polisi. Saat ini, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tragedi ini menjadi pengingat tentang bahaya emosi yang tidak terkontrol, terlebih dalam hubungan yang seharusnya dilandasi dengan kepercayaan.

Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan pelajaran berharga bagi masyarakat. Cemburu memang manusiawi, tapi jika tidak dikelola dengan baik, ia bisa menjadi bara api yang membakar segalanya.