Surabaya, Ruang.co.id – Ternyata, tumbuhan bukanlah makhluk pasif yang hanya tumbuh tanpa interaksi! Para ilmuwan menemukan bahwa tumbuhan memiliki cara unik untuk “berbicara” satu sama lain, terutama dalam situasi darurat seperti saat diserang hama atau menghadapi perubahan lingkungan yang berbahaya. Meskipun mereka tidak berkomunikasi seperti manusia atau hewan, tumbuhan mengandalkan bahan kimia yang dapat mereka keluarkan. Bahan kimia tersebut mereka salurkan untuk mengirim sinyal antar tumbuhan.
Fakta ini membuka wawasan baru mengenai betapa kompleksnya ekosistem tumbuhan dan cara mereka melindungi diri. Dengan kemampuan unik ini, mereka bisa saling mengingatkan tetangga mereka untuk bersiap-siap menghadapi serangan serangga, jamur, atau bahkan hewan herbivora yang hendak memakannya.
Bagaimana Cara Tumbuhan Berkomunikasi?
Saat tumbuhan mengalami stres atau diserang, seperti saat bagian daunnya dimakan serangga, mereka akan mengeluarkan senyawa kimia khusus. Senyawa ini terkenal sebagai volatile organic compounds (VOC) atau senyawa organik volatil. Senyawa VOC ini terlepas ke udara dan dapat tercium oleh tumbuhan lain di sekitarnya. Setelah “menerima” pesan ini, tanaman lain bisa melakukan tindakan perlindungan diri, seperti memproduksi zat kimia tertentu yang membuat daunnya terasa pahit atau beracun bagi serangga pemakan daun.
Contoh spesifiknya beberapa spesies pohon akasia di Afrika memiliki kemampuan ini. Ketika seekor hewan herbivora, seperti jerapah, mulai memakan daunnya, pohon akasia akan mengeluarkan VOC yang memberi sinyal kepada pohon-pohon akasia di sekitarnya. Responnya? Pohon-pohon tersebut mulai memproduksi zat kimia beracun yang terkonsentrasi di daun mereka, membuat rasanya pahit atau bahkan berbahaya untuk dimakan.
Tidak hanya di udara, mereka juga dapat berkomunikasi melalui akar yang saling terhubung di bawah tanah. Sistem komunikasi ini dilakukan dengan bantuan jaringan jamur yang disebut mikroriza. Jaringan mikroriza memungkinkan tumbuhan saling bertukar nutrisi dan informasi tentang kondisi lingkungan, termasuk ancaman seperti kekeringan atau serangan patogen.
Misalnya, jika satu tumbuhan mengalami kekeringan atau kekurangan nutrisi, tumbuhan tersebut bisa mengirim sinyal melalui jaringan mikroriza ini ke yang lain. Hal ini agar mereka dapat menyesuaikan diri atau menyerap lebih banyak nutrisi sebelum terkena dampaknya. Dengan jaringan alami yang menyerupai “internet bawah tanah,” tumbuhan dapat menjaga kelangsungan hidup komunitasnya.
Keuntungan dari Kemampuan Tumbuhan untuk Berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi ini membantu tumbuhan dalam beberapa cara, yaitu proteksi dini dari serangga dan penyakit.
Tumbuhan yang mendapat peringatan dari tumbuhan lain dapat segera menghasilkan senyawa yang berfungsi sebagai pestisida alami. Hal ini membantu mereka bertahan dari serangan serangga atau jamur tanpa mengandalkan bahan kimia buatan.
Jika ada perubahan lingkungan yang drastis, seperti kekeringan atau lonjakan suhu, sinyal yang disalurkan melalui akar atau udara dapat membantu tumbuhan lain menyesuaikan diri, meningkatkan kemungkinan bertahan hidup bersama.
Dengan berkomunikasi, tumbuhan dapat membentuk ekosistem yang lebih stabil dan saling menjaga satu sama lain. Hal ini membuat ekosistem menjadi lebih tangguh terhadap perubahan drastis dan serangan eksternal.
Penemuan bahwa tumbuhan dapat berkomunikasi membuka peluang baru di bidang pertanian. Para ilmuwan sedang mengeksplorasi cara untuk memanfaatkan komunikasi antar tanaman ini guna menciptakan tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Dengan memahami senyawa kimia yang dikeluarkan tanaman, para petani dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida. Sehingga dapat menciptakan lingkungan pertanian yang lebih alami dan ramah lingkungan.
Sebagai contoh, jika kita bisa merangsang tanaman tertentu untuk memproduksi sinyal perlindungan, kita bisa membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama tanpa menggunakan pestisida kimia, yang lebih baik untuk lingkungan.
Dengan teknologi yang semakin maju, para peneliti kini sedang mencoba memahami lebih dalam bahasa kimia yang digunakan oleh tanaman. Siapa tahu, di masa depan kita mungkin bisa “berkomunikasi” dengan tumbuhan untuk mengetahui kebutuhan mereka atau membantu mereka bertahan dalam kondisi lingkungan yang sulit.
Tumbuhan mungkin tampak diam, namun mereka memiliki cara komunikasi yang kompleks dan efektif. Pengetahuan ini tidak hanya menarik, tapi juga berpotensi mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan dalam bidang pertanian.