Surabaya, Ruang.co.id – Universitas Terbuka (UT) Surabaya membuat Terobosan baru di dunia Pendidikan, khususnya pada narapidana. Meski sedang menjalani masa tahanan di rutan, tak berarti sudah tidak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan menyandang gelar sarjana. Universitas Terbuka Surabaya bekerja sama dengan Pemkot Madiun, mengajar para narapidana di Lapas Madiun.
Program mengajar pendidikan pada narapidana ada 20 narapidana di Lapas Madiun, Jawa Timur yang mendapat beasiswa pendidikan S1 dari pemerintah kota Madiun. Mereka saat ini telah semester 3 dan rencananya akan berlangsung hingga 8 semester. Sehingga para napi tersebut tidak menutup kemungkinan mendapat gelar sarjana saat berada di dalam lapas.
Terobosan baru di dunia pendiikan ini dilakukan Universitas Terbuka Surabaya bekerjasama dengan pemkot Madiun, sejak tahun 2023 lalu. Ide ini muncul dari Walikota Madiun (saat itu) Meidi, yang menginginkan para Napi di dalam lapas Madiun bisa juga menimba ilmu pendidikan hingga sarjana.
“Mereka tetap menjalani hukuman sebagai konsekuensi. Tetapi masa menjalani hukuman tersebut bagaimana bisa lebih optimal dengan juga menjalani pendidikan formal. Para narapidana tersebut berhak untuk menggapai masa depan usai menjalani hukuman,” ungkap Meidi, saat itu.
Hal tersebut juga dibenarkan Direktur Universitas Terbuka Surabaya, Dr. Suparti, M.Pd, terkait program beasiswa pendidikan untuk narapidana di Lapas Madiun. Menurutnya, memang program tersebut ide dari Walikota Madiun Meidi, yang juga merupakan alumni UT Surabaya.
“Saat itu beliau (Meidi) mahasiswa UT dan sudah lulus program S3. Jadi beliau menjadi wisudawan perdana program Doktor. Nah, pak wali kemudian mencanangkan semua warga harus berhak mendapatkan Pendidikan, termasuk warga binaan Lapas. Waktu itu di Lapas 1 Madiun, “ ungkap Dr Suparti M.Pd, Direktur UT Surabaya.
Menurutnya, saat ini para napi di lapas Madiun yang mendapat beasiswa pendidikan itu sudah masuk semester 3. Rencananya, beasiswa mereka sampai semester ke-8. “Insya Allah nanti dikuliahkan sampai semester ke-8. Diharapkan, semester 8 lulus menjadi sarjana, prodinya agribisnis. Kemarin sudah sudah pembelajaran di dalam Lapas. Jadi kami hadirkan dosennya ke dalam Lapas, ujian juga di dalam Lapas,” jelasnya.
Suparti menceritakan, pihaknya mengerahkan dosen yang datang ke lapas Madiun. Karena itu, dia juga kerap harus memantau langsung proses belajar mengajarnya. Suparti mengakui, pada semester pertama memang ada kendala saat mengajar di lapas. Hal ini karena para napi tidak boleh membawa handphone dan laptop.
“Mereka kan enggak boleh bawa HP, sedangkan kami ada mata kuliah yang wajib tutorial online, yang harus buka laptop, harus bawa HP. Karena ada kendala itu, kemudian kita usulkan ke pak wali supaya diberi bantuan laptop. Jadi satu napi dapat bantuan satu laptop untuk belajar online. Saat itu, ada 20 napi yang menerima beasiswa sehingga pak wali membelikan 20 laptop untuk para napi belajar dan ujian kuliah,”kisahnya.
Sementara itu, saat ini Universitas Terbuka secara nasional mentargetkan tahun 2025 mendaoatkan 1 juta mahasiswa. Sedangkan target UT Surabaya tahun ini 41 ribu mahasiswa, saat ini mahasiswa UT ada sebanyak 31 ribu dan lulus 2.500 mahasiswa.
“Nah, untuk mencapai target 41 ribu, kami bekerjasama dengan sejumlah pihak, termasuk diantaranya menggandeng teman-teman media. Kami optimis target ini bisa terpenuhi,” pungkas Suparti. (R1)