Sidoarjo, Ruang.co.id ā Di tengah rutinitas pemerintahan yang sering dipenuhi protokoler dan agenda resmi, hadir sosok pemimpin yang tampil beda, Mimik Idayana, Wakil Bupati Sidoarjo. Jumat pagi (9/5), di ruas jalan Desa Sidokerto, Buduran, ia turun langsung ke lapangan membagikan 300 bungkus nasi dan air mineral. Tanpa panggung, tanpa mikrofon, hanya dengan ketulusan dan tangan terbuka.
Kegiatan sosial ini bukan sekadar rutinitas seremonial, tapi bentuk nyata komitmen yang sudah ia ikrarkan sejak masa kampanye: gaji dan tunjangannya sebagai wakil bupati dikembalikan untuk rakyat.
Wabup Mimik tidak sendiri. Ia menggandeng puluhan ibu-ibu dari kelompok Bank Sampah Klopo Indah dan NU Care Lazisnu Sidokerto. Kolaborasi lintas komunitas ini memperlihatkan bagaimana kepemimpinan bisa menjadi alat pemberdayaan, bukan sekadar kekuasaan. Makanan yang dibagikan memang sederhana, namun nilai kemanusiaan dan harapan yang diselipkan dalam setiap bungkusnya jauh lebih besar.
āSaya ingin gaji dan tunjangan saya menyentuh langsung masyarakat, bukan hanya angka di rekening,ā kata Mimik lugas. Ucapannya bukan sekadar janji, karena ini bukan pertama kalinya kegiatan semacam ini digelar. Jumat lalu, ia hadir di Balongbendo. Ke depan, Jumat berkah akan menjadi agenda rutin yang berpindah-pindah lokasi, menjangkau lebih banyak warga.
Namun kegiatan ini tidak berhenti di pembagian makanan. Di sela kegiatan, Mimik menyempatkan berdialog hangat dengan para ibu yang mendampinginya. Percakapan yang berlangsung tanpa sekat ini mengalirkan banyak aspirasi. Persoalan klasik seperti sulitnya akses permodalan UMKM, pengelolaan sampah, zonasi pendidikan, hingga infrastruktur rusak dan masalah kesehatan, satu per satu dikeluhkan warga.
Mimik menanggapi keluhan itu dengan konkret. Terkait permodalan UMKM misalnya, ia langsung menyampaikan adanya program Kredit Usaha Rakyat Daerah (Kurda) dengan bunga ringan hanya 2% per tahun. Bukan sekadar solusi, tapi juga upaya membuka harapan baru bagi pelaku usaha kecil yang selama ini terseok menghadapi sistem perbankan yang rumit.
Ia juga menegaskan komitmen memperbaiki rumah tidak layak huni (RTLH). Baginya, kemajuan sebuah daerah tidak bisa dibanggakan jika masih ada warganya tidur di balik dinding rapuh. Ia bahkan menetapkan target tegas: dalam satu tahun kepemimpinan Subandi-Mimik, tidak boleh ada lagi RTLH di Sidoarjo.
Baca Juga : Open House Wabup Mimik Idayana! Keakraban Pejabat dan Insan Pers di Sidoarjo
Ia membuka kanal laporan langsung dari masyarakat dan menjanjikan aksi cepat atas setiap laporan yang masuk. āAyo laporkan kalau ada rumah tidak layak, ini bukan wacana, ini amanah,ā tegasnya.
Langkah Mimik Idayana bisa dibilang sederhana, namun dampaknya nyata. Ia tak sedang membangun pencitraan, melainkan membangun kepercayaan. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pejabat, hadirnya pemimpin yang menjadikan gaji sebagai alat berbagi, bukan alat memperkaya diri, menjadi angin segar. Ia menunjukkan bahwa kekuasaan sejati adalah keberanian untuk melayani, bukan dilayani.
Jumat berkah ala Mimik bukan hanya kegiatan sosial, tapi gerakan kecil yang menghidupkan kembali makna jabatan publik. Sebuah pengingat bagi para pemimpin, bahwa yang paling viral dan membekas di hati rakyat bukan janji megah di atas podium, tapi tindakan nyata di bawah terik matahari.

