Wakil Ketua DPRD Sidoarjo Suyarno Nyalakan Cahaya Jimat Kalimasada Gagrak Porongan di Candi Pari

Gagrak Porongan
Pagelaran Wayang Kulit Gagrak Porongan di Candi Pari, menghadirkan lakon “Tumuruning Jimat Kalimasada”, gerakan merawat budaya Sidoarjo. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Sidoarjo, Ruang.co.id – Candi Pari menggelora malam ini, ketika lakon “Tumuruning Jimat Kalimasada”, terpentaskan di hadapan ribuan warga yang memadati kawasan cagar budaya itu, pada Minggu malam (7/12/2025).

Ini sebagai kolaborasi langkah tegas DPRD bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo, untuk terus menjaga seni tradisi kebudayaan tetap hidup.

Pagelaran dimulai pukul 19.00 WIB dengan sorotan cahaya yang menyinari relief Candi Pari, menghadirkan suasana sakral dan haru. Pemerintah menggandeng dalang muda Ki Nanda Cangik asal Krian, untuk membawakan lakon yang sarat nilai keberanian, amanah, dan kesetiaan menjaga warisan leluhur.

Wakil Ketua I DPRD Sidoarjo, Suyarno, SH., MH., hadir dan menyampaikan tekad dan pesan kuatnya untuk Nguri-uri menjaga kelestarian seni budaya lokal.

“Saya terus support agar seni dan budaya Sidoarjo tetap eksis dan tidak hanyut oleh arus teknologi,” ujarnya tegas. Ia menegaskan bahwa seni tradisi bukan hnya hiburan, tetapi pondasi jati diri masyarakat Jawa.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo menyatakan, bahwa program ini selaras dengan amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mencakup perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.

Regulasi ini menjadi pijakan pemerintah, untuk memastikan Wayang Kulit Gagrak Porongan tidak punah ditelan budaya digital.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo, Dr. Tirto Adi, M.Pd., menegaskan komitmen itu. “Kami menggelar pertunjukan ini berkat dukungan Pak Suyarno untuk menjaga Wayang Kulit Gagrak Porongan tetap hidup,” tuturnya.

Sebelum pementasan utama, acara dibuka dengan Tari Remo, penampilan RMJ Music, pembacaan doa, laporan dari Kepala Bidang Kebudayaan Sukartini, serta yang mewakili sambutan Bupati Sidoarjo oleh Kepala Dispendikbud Sidoarjo.

Gagrak Porongan—gaya wayang khas Porong yang muncul sejak 1960-an—menghadirkan ciri khas bahasa Jawa Arekan, tata warna wayang tegas, dan musik bernuansa ludruk. Penonton pecah dalam tawa ketika kelompok lawak Jo Kluthuk–Jo Klithik menyelipkan kritik sosial khas Jawa Timuran.

Baca Juga  Fakta LKPJ ke Perkada: Anggaran Sidoarjo Terhambat, Aspirasi Masyarakat Tersandera

Antusiasme publik sangat tinggi. Warga berharap agenda budaya ini dijadikan program tahunan agar generasi muda tetap mengenal akarnya.

Dengan dukungan pemerintah dan apresiasi besar masyarakat, pagelaran di Candi Pari malam ini, menjadi momentum penting menyalakan kembali cahaya budaya Sidoarjo, dan menguatkan identitas lokal di tengah arus modernisasi.