ruang

Tidak Hanya Love Language, Stress Language Juga Penting

Stress Language
Ilustrasi
Ruang Ilham
Ruang Ilham
Print PDF

Surabaya, Ruang.co.id – Dalam hubungan, komunikasi bukan hanya seputar love language, tetapi juga mengenai cara kita mengekspresikan stres yang kita rasakan. Hal ini dikenal sebagai “Stress Language”.

5 Love Languages, Rahasia Hubungan yang Kuat Melalui Bahasa Cinta

Apa itu Stress Language?

Stress language adalah cara seseorang mengungkapkan atau mengekspresikan ketegangan emosional atau fisik yang mereka alami. Ini bisa berupa pola komunikasi verbal maupun non-verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan atau kecemasan seseorang.

Mengapa Stress Language harus diperhatikan?

  1. Meningkatkan Kepahaman: Memahami bahasa stres orang lain dapat membantu kita merespons dengan lebih baik terhadap kebutuhan atau keinginan mereka.
  2. Mengurangi Konflik: Ketika kita peka terhadap cara ekspresi stres orang lain, kita dapat menghindari kesalahpahaman atau konflik yang tidak perlu.
  3. Membangun Hubungan yang Lebih Baik: Dengan mengakui dan menghargai stress language satu sama lain, kita dapat memperkuat hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.

Berikut kategori stress language yang sering dialami, antara lain:

  1. FIGHT. Respon stres dengan cara yang mudah marah, gelisah, cemas, dan menyalahkan orang lain. Cara menghadapi tipe fight adalah dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan empati dan tetap tenang dan hindari membalas dengan amarah.
  2. FLIGHT. Cenderung mudah putus asa dan menyalahkan diri sendiri saat menghadapi masalah. Cara menghadapi tipe flight adalah dengan membantu pasangan untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, ingatkan juga kalau dia tidak sendirian dan yakinkan pasangan bahwa dia mampu mengatasi masalahnya.
  3. FREEZE. Memendam emosi dan seringkali menyangkal perasaan stres yang sedang dialami. Cara menghadapi tipe freeze adalah coba berikan ruang yang aman dan nyaman untuk pasangan berbicara, mengajukan pertanyaan terbuka untuk membantu pasangan membuka diri dan tawarkan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
  4. FAWN. Menjadi terlalu akomodatif atau mencari persetujuan untuk menghindari konflik. Ini bisa terkait dengan kecenderungan people-pleasing. Cara menghadapi tipe fawn adalah membantu pasangan untuk belajar mengatakan “tidak” dan menetapkan batasan dan dorong pasangan untuk berani mengungkapkan pendapat dan keinginannya. Tidak lupa ingatkan pasangan bahwa dia berhak untuk dihargai dan dihormati apapun pendapatnya.
Baca Juga  Buah Anggur: Si Kecil Berwarna-warni yang Kaya Manfaat

Dengan memperhatikan pemahaman stress, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Jadi, selain love language, kita juga harus peduli terhadap kebutuhan penanganan stress dalam interaksi kita sehari-hari. (R4)