Sidoarjo, Ruang.co.id ā Ketika banyak pemimpin hanya mendengar dari balik meja, Bupati Sidoarjo Subandi memilih turun langsung ke lapangan. Di Minggu (11/5), saat sebagian orang menikmati akhir pekan, ia justru melangkah ke titik kritis, hadir di tangkis sungai yang longsor di Desa Kedungpringgodani dan Desa Bakungpringgodani, Kecamatan Balongbendo.
Apa yang terlihat di sana bukan sekadar tanah runtuh. Tapi ancaman nyata bagi ratusan warga yang tinggal di sekitar aliran sungai. Tangkis sungai yang longsor itu menganga hanya beberapa meter dari pemukiman padat. Tidak ada waktu untuk menunda.
āSaya tidak ingin ini menjadi masalah tahunan yang terus berulang. Saya sudah perintahkan langsung Dinas PU Bina Marga untuk segera turun, geser alat berat, dan tangani sekarang,ā tegas dan lugas Bupati Subandi.
Pernyataannya bukan basa-basi. Saat di lokasi, ia tak hanya melihat, tapi juga mendengarkan. Keluhan kepala desa dan kelompok tani soal krisis air pertanian menjadi perhatian serius. Dalam satu kesempatan, dua masalah besar diserap dan dicarikan solusi langsung di tempat.
Masalahnya memang pelik. Longsor tangkis sungai tak hanya mengancam pemukiman, tapi juga memperparah distribusi air ke lahan pertanian. Petani kehilangan akses air, dan itu bisa berarti gagal panen dalam skala luas. Subandi tak tinggal diam. Ia langsung menginstruksikan dinas terkait menyusun proposal pengadaan pompa air. Solusi nyata, bukan janji semata.
āPompa air itu harganya sekitar 400 juta rupiah. Kita akan gandeng perusahaan-perusahaan besar lewat dana CSR. Ini bukan hanya soal tani, tapi soal hidup masyarakat,ā ucapnya dengan nada tegas namun mengayomi.
Langkah Subandi mencerminkan paradigma kepemimpinan baru, yakni responsif, humanis, dan berbasis solusi. Ia sadar bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur megah, tapi soal air yang mengalir ke sawah, dan tangkis yang kuat melindungi rumah. Ia juga menekankan pentingnya koordinasi antar kepala desa agar distribusi air bisa adil dan merata.
Gerakan cepat ini menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah daerah bisa hadir secara langsung, cepat, dan efektif. Tidak menunggu musibah datang, tapi mencegah sebelum terjadi. Tidak hanya menanggapi keluhan, tapi mengeksekusi solusi.
Subandi paham betul, ketahanan pangan bukan wacana elit, tapi kebutuhan mendasar masyarakat. Jika tangkis sungai aman dan air irigasi lancar, maka petani bisa menanam dengan tenang. Produksi pangan naik, harga terkendali, dan rakyat sejahtera.
Langkah yang diambil Bupati Subandi bukan hanya soal pembangunan fisik. Ini adalah pembangunan rasa aman, kepercayaan, dan masa depan. Saat pemerintah hadir seperti ini, harapan masyarakat tumbuh, dan itulah kekuatan paling berharga dalam membangun daerah.
Aksi cepat, tanggap dan konkret ini kata bupati, menjadi cermin bahwa perubahan tidak harus menunggu lama. Kadang, cukup dengan satu langkah maju dari seorang pemimpin yang benar-benar mau turun tangan. Di Balongbendo, langkah itu telah dimulai Subandi.

