Sidoarjo, Ruang.co.id — Ribuan pencari kerja memadati platform Siap Kerja untuk mengikuti Job Fair Hybrid Sidoarjo 2025. Sebanyak 5.000 pendaftar tercatat, namun hanya sekitar 2.114 yang benar-benar hadir untuk sesi wawancara tatap muka. Fakta ini menyisakan tanya besar di benak publik, di mana sisanya?
Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Sidoarjo ini menampilkan 42 stand, yakni 37 stand dari perusahaan, 3 stand dari lembaga pelatihan, dan 2 stand dari institusi pemerintah daerah. Kinerja Pemkab. Sidoarjo mengku sudah all out maksimal, namun efektivitas acara bagi pencari kerja (pencaker) justru dipertanyakan, karena kurang dari separuh pendaftar datang memenuhi undangan interview.
Menurut Yunita Prasetya, Kabid Perencanaan Ketenagakerjaan Disnaker Sidoarjo, banyak pendaftar yang gugur sebelum hari H. “Kemungkinan karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan perusahaan masing-masing,” ujarnya.
Ketidakhadiran para pencaker disinyalir juga karena kurangnya kesiapan mental saat menghadapi wawancara kerja. Sedangkan masukan dari para peserta Job Fair, banyak peserta tampak gugup, bahkan bingung saat harus menjawab pertanyaan dasar dari recruiter.
“Kami yang harus jemput bola ke perusahaan. Padahal justru mereka yang seharusnya aktif membuka diri bagi pencari kerja,” tambah Yunita tegas, terkait tingkat partisipasi perusahaan dan instansi mengikuti Job Fair ini.
Meski dipahaminya, setiap perusahaan mempunyai kebijakan berbeda – beda dalam hal mengadakan Rencana Tenaga Kerja (RTK). Namun pada kenyataannya dinilai sangat mengecewakan dari ribuan perusahaan yang ada di Sidoarjo, hanya 37 perusahaan saja yang berpartisipasi dalam Job Fair Disnaker Sidoarjo.
Sementara itu, Kepala Disnaker Sidoarjo, Ainun Amalia menegaskan bahwa tujuan utama dari acara ini bukan hanya soal seremoni. “Kami fokus pada peningkatan keterserapan tenaga kerja, bukan gebyar acara belaka,” tegasnya.
Momen ini pun akan dijadikan refleksi dan evaluasi penting di lingkungan kedinasannya untuk dilaporkan kepada Bupati dan Wakil Bupati, serta dipertanggungjawabkan dihadapan para legislator Sidoarjo.
Di tengah tingginya angka pengangguran, terutama dari kalangan lulusan baru, masih banyak pencari kerja yang belum benar-benar siap bersaing. Bukan hanya soal CV (Curriculum Vitae) dan ijazah, tapi juga kesiapan mental, keterampilan komunikasi, serta pemahaman akan kebutuhan industri.
Namun tidak semua tentang angka dan kekurangan. Job Fair Hybrid Sidoarjo juga membawa angin segar, penyerahan santunan sosial seperti JKK, JHT, JKM, dan beasiswa pendidikan, serta sertifikat pelatihan kerja untuk sejumlah pencaker, diberikan pada acara pembukaan kemarin.
Inovasi untuk mencari strategi solusinya pun tak berhenti di sini. Disnaker Sidoarjo berencana menyelenggarakan Job Matching di berbagai SMK, untuk menjaring lulusan fresh graduate yang siap kerja. Bahkan pihaknya melakukan MoU dengan BPVP (Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas) Sidoarjo diperkuat untuk memastikan pelatihan vokasi tepat sasaran dan sesuai kebutuhan pasar kerja lokal.
Job Fair ini membuktikan, bahwa dunia ketenagakerjaan tak cukup hanya dibuka pintunya, para pencaker juga harus siap masuk dan bersaing. Kini saatnya pendidikan vokasi, pelatihan soft skill, dan kesiapan mental jadi fokus pembangunan SDM Indonesia ke depan.
“Job Fair bukan sekadar ajang cari kerja, tapi panggung kesiapan diri menghadapi dunia kerja sesungguhnya,” pungkas Ainun.
Inilah saatnya masyarakat, khususnya kawula muda, menyiapkan diri secara utuh, mental, keterampilan, dan sikap profesional, untuk menjadi tenaga kerja masa depan yang kompetitif.

