Kiamat Bumi Lebih Cepat, Ilmuwan Beberkan Hitung Mundur yang Bikin Merinding

prediksi kiamat bumi
Temuan terbaru ilmuwan ungkap kiamat bumi bisa terjadi lebih cepat. Ilustrasi Foto: @Freepik
Ruang Sely
Ruang Sely
Print PDF

Ruang.co.id – Prediksi terbaru dari para ilmuwan tentang kiamat bumi benar-benar mengubah cara kita memandang nasib alam semesta. Jika sebelumnya kita berpikir kosmos akan bertahan dalam waktu yang hampir tak terbatas, penelitian mutakhir justru menunjukkan bahwa akhir segalanya mungkin datang lebih cepat dari perkiraan. Rabu, 12/6/2025)

Perhitungan Baru yang Mengguncang Sains

Tim peneliti dari Universitas Radboud, Belanda, yang terdiri dari ahli fisika kuantum dan kosmologi, telah mempublikasikan temuan mengejutkan. Mereka menyatakan bahwa alam semesta kita mungkin hanya memiliki sisa waktu sekitar 10^78 tahun sebelum benar-benar musnah. Angka ini jauh lebih pendek dibandingkan perkiraan sebelumnya yang mencapai 10^1.100 tahun.

Perhitungan ini didasarkan pada teori radiasi Hawking, konsep revolusioner yang dikembangkan oleh mendiang Stephen Hawking. Teori ini menyatakan bahwa lubang hitam sebenarnya tidak abadi, melainkan secara perlahan akan menguap melalui proses radiasi. Ketika teori ini diterapkan pada berbagai objek kosmik seperti katai putih dan bintang neutron, hasilnya sungguh mencengangkan.

Nasib Bumi dan Alam Semesta dalam Skala Waktu Kosmik

Meskipun angka 10^78 tahun terlihat sangat besar, dalam konteks kosmik ini merupakan pengurangan yang signifikan. Para ilmuwan menjelaskan bahwa semua materi di alam semesta, termasuk bulan dan bahkan manusia jika masih ada, pada akhirnya akan menguap dalam rentang waktu tersebut. Proses ini terjadi karena pengaruh ekspansi alam semesta yang terus dipercepat oleh energi gelap, kekuatan misterius yang masih menjadi teka-teki terbesar dalam kosmologi modern.

Dr. Katie Mack, astrofisikawan terkemuka dan penulis buku The End of Everything, menggambarkan skenario ini sebagai “kematian panas” alam semesta. Dalam kondisi ini, kosmos akan menjadi begitu luas dan dingin hingga tidak ada lagi energi yang tersisa untuk mempertahankan proses fisika apa pun. Namun, ini bukan satu-satunya teori tentang akhir zaman.

Baca Juga  Alam Semesta Kita: Sebuah Karya Seni yang Terstruktur

Lima Skenario Kiamat Kosmik yang Mungkin Terjadi

Selain teori kematian panas, para ilmuwan mengemukakan beberapa kemungkinan lain tentang bagaimana alam semesta kita mungkin berakhir. Teori Big Crunch menyatakan bahwa alam semesta suatu saat akan berhenti mengembang dan mulai menyusut kembali karena tarikan gravitasi, berakhir dalam singularitas raksasa.

Ada pula teori Big Rip yang lebih dramatis, di mana ekspansi alam semesta yang terus meningkat akan menyebabkan segala sesuatu – mulai dari galaksi hingga atom-atom penyusun materi – terkoyak secara harfiah. Teori ketiga yang menarik adalah Big Bounce, yang mengusulkan bahwa keruntuhan alam semesta mungkin diikuti oleh kelahiran kembali dalam siklus tak berujung.

Dua teori terakhir melibatkan konsep fisika kuantum yang lebih abstrak. Peluruhan vakum palsu mengusulkan bahwa alam semesta kita mungkin berada dalam keadaan “meta-stabil”, dan pergeseran kuantum tiba-tiba bisa mengubah hukum fisika secara fundamental. Skenario terakhir adalah kematian termal, di mana alam semesta mencapai keadaan entropi maksimum dimana tidak ada energi bebas yang tersisa untuk melakukan kerja.

Apa Arti Ini Bagi Umat Manusia?

Meskipun semua prediksi ini terdengar menakutkan, penting untuk diingat bahwa kita berbicara tentang skala waktu yang jauh melampaui usia alam semesta saat ini (13,8 miliar tahun). Bahkan jika prediksi terbaru ini akurat, kiamat kosmik masih triliunan tahun di depan.

Namun, penelitian semacam ini memiliki nilai penting bagi pemahaman kita tentang evolusi kosmos. Dengan mempelajari bagaimana alam semesta mungkin berakhir, ilmuwan justru bisa lebih memahami bagaimana segala sesuatu bermula. Selain itu, temuan tentang radiasi Hawking dan penguapan lubang hitam membuka wawasan baru tentang sifat dasar ruang-waktu dan gravitasi kuantum.

Baca Juga  Alam Semesta Kita: Sebuah Karya Seni yang Terstruktur

Bagi umat manusia, penelitian ini mungkin suatu hari nanti bisa membantu menjawab pertanyaan filosofis terdalam tentang tempat kita di alam semesta. Meskipun peradaban manusia mungkin sudah lama punah ketika kiamat kosmik benar-benar terjadi, upaya untuk memahami nasib akhir alam semesta tetaplah bagian dari pencarian kita akan makna eksistensi.

Tidak. Prediksi ini berbicara tentang skala waktu kosmik yang sangat panjang, jauh melampaui usia bumi atau matahari sekalipun.

Secara teori mungkin dengan teknologi yang sangat maju, tapi tantangannya luar biasa besar dan masih spekulatif.

Radiasi Hawking masih berupa prediksi teoritis, tetapi dianggap valid karena konsisten dengan hukum fisika kuantum.

Saat ini, kematian panas (heat death) dianggap skenario paling mungkin berdasarkan bukti observasional.