Ruang.co.id – Momen libur Lebaran 2025 menjadi saksi bisu gelombang kunjungan massal ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) yang masih dalam tahap pembangunan itu dibanjiri 64.000 pengunjung hanya dalam kurun 10 hari. Angka fantastis ini memecahkan rekor sebelumnya, dengan puncaknya pada 3 April 2025 yang mencapai 14.105 wisatawan dalam sehari.
Euforia masyarakat untuk menyaksikan langsung proyek strategis nasional ini ternyata tidak berjalan mulus. Di balik kemeriahan, muncul problema tak terduga: invasi tikus di area publik yang viral di media sosial. Bagaimana cerita lengkapnya? Mari kita kupas tuntas!
Geliat Wisata di IKN: Dari Lokal Hingga Mancanegara
Antusiasme masyarakat terhadap IKN tidak hanya datang dari warga sekitar. Pengunjung berdatangan dari berbagai penjuru Indonesia, seperti Jawa, Sulawesi, dan Bali, bahkan turis mancanegara dari Brunei, China, hingga Eropa turut memadati lokasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa IKN telah menjadi ikon kebanggaan baru yang menarik perhatian global.
Fasilitas pendukung seperti bus listrik keliling KIPP, akses tol yang lancar, dan keberadaan hotel serta minimarket sementara turut memanjakan pengunjung. Namun, di balik kemudahan itu, ada persoalan klasik yang mengganggu: tikus-tikus nakal yang berkeliaran di antara kerumunan.
Rekor Kunjungan dan Dampaknya pada Fasilitas
Berdasarkan data resmi Otorita IKN, lonjakan kunjungan terjadi signifikan setelah hari raya. Jika pada 1 April tercatat 8.219 orang, angka itu melonjak menjadi 12.958 keesokan harinya. Puncaknya, pada 3 April, KIPP dikunjungi 14.105 orang—sebuah rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sayangnya, keramaian ini membawa efek samping. Volume sampah meningkat, dan tikus-tikus mulai muncul di area terbuka. Sebuah video yang menunjukkan gerombolan tikus berlarian di dekat pusat informasi viral di TikTok, memicu tanggapan beragam dari netizen.
Respons Cepat Otorita IKN Atasi Gangguan Tikus
Deputi Otorita IKN, Thomas Umbu Pati Tena, mengakui adanya masalah ini. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam. Langkah-langkah seperti pemasangan perangkap tikus, penyebaran obat pembasmi, dan koordinasi dengan tim kesehatan telah dilakukan.
“Ini adalah konsekuensi dari pembangunan besar-besaran. Kami sedang berusaha menyeimbangkan antara progres konstruksi dan kebersihan lingkungan,” jelas Thomas. Upaya ini mendapat apresiasi dari pengunjung, meski beberapa tetap menyayangkan kurangnya persiapan menghadapi lonjakan wisatawan.
Viral di Media Sosial: Antara Kritik dan Dukungan
Video tikus di IKN menyulut perdebatan di dunia maya. Sebagian netizen mengkritik manajemen kebersihan, sementara yang lain berargumen bahwa hal ini wajar mengingat IKN masih dalam tahap pembangunan.
“Kalau mau jadi kota dunia, harusnya dari sekarang sudah disiplin soal kebersihan,” tulis @GreenCityAdvocate. Di sisi lain, @NusantaraEnthusiast membela, “Bahkan Singapura dulu pernah punya masalah tikus. Ini proses belajar.”
Apa Kata Pakar?
Dr. Ananda Rahman, ahli tata kota dari Universitas Indonesia, menyoroti pentingnya manajemen lingkungan sejak dini. “IKN harus belajar dari kasus ini. Pengelolaan sampah dan sanitasi harus jadi prioritas, apalagi dengan target zero-emission city,” paparnya.
Ia menambahkan, solusi jangka panjang seperti teknologi pengendalian hama modern dan sistem drainase terintegrasi perlu segera diimplementasikan.
Momentum untuk Evaluasi
Kunjungan massal Lebaran 2025 membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap IKN sangat tinggi. Namun, insiden tikus ini menjadi peringatan berharga bagi pemerintah untuk memperkuat aspek sanitasi dan manajemen pengunjung.
Seperti kata pepatah, “Permata yang berharga selalu melalui proses penggosokan.” IKN mungkin belum sempurna hari ini, tapi setiap tantangan adalah langkah menuju ibu kota yang benar-benar membanggakan.