Program PELITA SPTP-TPS Buktikan Stunting Bisa Dikalahkan di Semampir

Program PELITA SPTP-TPS
Program PELITA oleh SPTP dan TPS sukses kurangi stunting di Semampir lewat intervensi gizi, pola asuh, dan kolaborasi multisektor. Foto: Istimewa
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Di tengah dinamika pelabuhan Surabaya yang sibuk, Program PELITA (Pelindo Tanpa Balita Stunting) yang diinisiasi oleh Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) dan PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) menjadi cahaya harapan bagi warga Kampung Semampir. Sejak diluncurkan pada September 2024, program ini telah membebaskan 6 dari 14 balita peserta dari ancaman stunting melalui pendekatan holistik berbasis tiga pilar: perbaikan gizi, pendampingan pola asuh, dan pemantauan medis berkala. Keberhasilan ini tidak hanya terlihat dari angka, tetapi juga dari perubahan nyata dalam kehidupan keluarga peserta. Kamis, (17/7/2025).

Kolaborasi dengan RS PHC Surabaya menjadi fondasi utama Program PELITA. Setiap bulan, balita peserta menjalani pemeriksaan antropometri menyeluruh, mencakup pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan. Namun, yang membedakan program ini dari sekadar skrining kesehatan adalah pendekatan preventif-kuratif yang dijalankan. Tim medis tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga memberikan intervensi langsung berupa paket nutrisi esensial, seperti susu fortifikasi, yang didistribusikan secara berkala.

Erika A. Palupi, Sekretaris Perusahaan TPS, menegaskan bahwa distribusi susu hanyalah langkah awal. “Kami tidak ingin sekadar memberi bantuan, melainkan memastikan orang tua memahami pentingnya gizi seimbang,” ujarnya. Edukasi nutrisi ini dirancang untuk menciptakan kesadaran jangka panjang, sehingga keluarga mampu menyusun menu harian yang memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak.

Selain intervensi medis, Program PELITA juga fokus pada pendampingan pola asuh sebagai pilar kedua. Psikolog Meutia Ananda memimpin sesi interaktif di Kelurahan Semampir, di mana para ibu diajak memahami pentingnya stimulasi dini. “Aktivitas sederhana seperti bernyanyi, bercerita, atau bermain dapat memacu perkembangan otak anak, terutama yang berisiko stunting,” jelas Meutia.

Pendekatan ini tidak hanya memperbaiki aspek fisik, tetapi juga membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak. Dampaknya terlihat jelas pada balita seperti anak Siti (38), yang sebelumnya mengalami kesulitan kenaikan berat badan. “Sekarang dia tidak hanya lebih sehat, tetapi juga aktif bertanya dan bermain,” ungkap Siti. Hal ini membuktikan bahwa intervensi multidimensi menciptakan efek domino: kesehatan fisik yang membaik diikuti oleh perkembangan kognitif dan emosional yang pesat.

Baca Juga  Dari Terminal ke Ekosistem Hijau: TPS Surabaya Galang Kolaborasi ESG Lewat Gerakan Tanam Pohon Buah

Keberhasilan Program PELITA tidak lepas dari kolaborasi erat antara Puskesmas, Kecamatan Semampir, dan sektor korporasi. Mekanisme regenerasi peserta menjadi salah satu inovasi terbesar program ini. Setiap balita yang berhasil “lulus” dari program—artinya status stuntingnya teratasi—segera digantikan oleh kasus baru. “Ini seperti estafet. Satu anak pulih, kami langsung menangani anak berikutnya,” jelas Erika.

Model ini memastikan manfaat program dapat menjangkau lebih banyak keluarga, meskipun masa berlakunya terbatas hingga Agustus 2025. Selain itu, pendekatan ini juga menciptakan efek multiplikasi, di mana pengetahuan dan praktik baik yang diajarkan dalam program terus diadopsi oleh masyarakat bahkan setelah program berakhir.

Program PELITA bukan sekadar kampanye kesehatan, melainkan bukti bahwa intervensi terstruktur dan kolaboratif mampu memutus rantai stunting. Enam balita yang terbebas dari stunting adalah contoh nyata bahwa pendekatan komprehensif—gizi, pola asuh, dan medis—dapat membawa perubahan signifikan. Kisah sukses seperti anak Siti menjadi inspirasi bahwa dengan pendampingan tepat, masa depan anak-anak Semampir bisa lebih cerah.

Dengan mekanisme estafet yang diterapkan, Program PELITA tidak hanya menyelesaikan masalah saat ini, tetapi juga menanamkan fondasi kuat untuk pencegahan stunting di masa depan. Ini adalah langkah kecil di Semampir, namun dampaknya bisa menjadi besar bagi Surabaya dan bahkan Indonesia.