Ruang.co.id – Komitmen kuat para orang tua dalam mendampingi anak-anaknya di ajang Edu Fest 3X3 Competition, menjadi catatan penting bagi Ketua Umum Perbasi Jawa Timur, Grace Evi Ekawati. Peran serta keluarga dalam dunia olahraga usia dini, dinilainya sebagai fondasi utama dalam membentuk mental dan daya juang atlet basket masa depan. Dukungan moral yang tepat disebutkannya mampu menjadi katalisator semangat berprestasi anak-anak di tingkat regional maupun nasional.
Pemandangan hangat orang tua mendukung atlet muda begitu terasa selama gelaran bola basket Edu Fest 3X3 Competition di Grand City Mall Surabaya. Grace Evi Ekawati mengaku sangat takjub dengan antusiasme tinggi yang ditunjukkan para keluarga. Ia melihat langsung bagaimana peran keluarga dalam olahraga memberikan dampak signifikan terhadap performa anak. “Saya melihat para orang tua sangat support kepada anak-anak mereka, itu (output-nya) sangat bagus. Anak punya (semangat) prestasi yang luar biasa,” ungkap Grace Evi. Ia menambahkan, pola pendampingan seperti ini merupakan bentuk nyata dari pembinaan basket berkelanjutan yang perlu diapresiasi.
Dari dukungan orang tua bagi atlet terlihat nyata pada kesuksesan dua kakak beradik, Javier Calixto Anwar dan Jovannie Cheverly Anwar, yang meraih gelar Most Valuable Player (MVP). Grace Evi mengamati dengan saksama interaksi antara orang tua dan anak atlet selama turnamen. “Orang tua mereka terlihat sekali jika mendukung anak-anaknya, bahkan saat keduanya digembleng di lapangan juga tidak ada intervensi dari orang tua dan hal itu membuat anak-anaknya bermain lebih baik lagi,” tegasnya. Observasi ini menguatkan pandangannya tentang strategi membangun atlet basket profesional sejak dini, dimana kepercayaan kepada pelatih menjadi kunci utama.
Lebih dalam, Grace Evi memaparkan bahwa pola pendampingan atlet remaja yang ideal akan melahirkan pribadi yang tangguh. Dukungan tanpa intervensi berlebihan dapat melatih mental bertarung dan kepercayaan diri seorang atlet. Nilai-nilai karakter dalam olahraga seperti keberanian, kecerdasan strategis, dan sportivitas akan tertanam dengan baik. “Dukungan orang tua dapat melatih anak-anak untuk menjadi pemberani, percaya diri, serta berpikir cerdas dan strategis,” jelas wanita yang karib disapa Mama Evi ini. Nilai-nilai inilah yang menjadi bekal penting pengembangan bola basket Jawa Timur ke depannya.
Sebagai sosok yang aktif mengikuti event basket di Jawa Timur, Grace Evi kerap menemui berbagai dinamika pendampingan orang tua. Ia pun berbagi harapan untuk menciptakan ekosistem yang sehat. “Janganlah ada pressure orang tua terhadap panitia pelaksana, kepada tim maupun pelatih. Berikan pelatih kebebasan melatih tim,” harapnya. Hal ini merupakan bagian dari edukasi untuk orang tua atlet agar memahami peran masing-masing dalam proses pembinaan. Kehadiran orang tua di pinggir lapangan seharusnya menjadi motivasi, bukan beban psikologis bagi anak.
Grace Evi menegaskan bahwa pembangunan basket Jatim membutuhkan sinergi semua pihak, termasuk orang tua sebagai support system terdekat. “Ini juga edukasi buat orang tua. Orang tua hadir dan mendapatkan experience terbaik. Jadi, nggak sekadar (ikut) event,” tambahnya. Kolaborasi yang harmonis antara pelatih, orang tua, dan organisasi akan mempercepat lahirnya bibit basket Jawa Timur yang berkualitas. Ia pun mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengembangan olahraga basket Indonesia khususnya di tingkat akar rumput.
Dengan komitmen kuat terhadap peningkatan prestasi basket daerah, Grace Evi menyatakan terima kasihnya kepada seluruh orang tua di Jatim. “Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada bapak ibu yang sudah mendorong anak-anaknya sejak usia dini untuk berlatih, bertanding, dan fokus mengembangkan talenta hebat untuk bola basket Jawa Timur dan Indonesia,” tandasnya. Harapannya, semangat ini dapat terus berkobar sehingga mampu menghasilkan atlet basket nasional asal Jatim yang dapat bersaing di kancah internasional, mewarnai dunia bola basket Indonesia di masa depan.

