Surabaya, Ruang.co.id – Body dysmorphia atau gangguan dismorfik tubuh adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki kekhawatiran yang berlebihan dan tidak realistis tentang kekurangan fisik mereka.
Body dysmorphia, atau terkenal dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) ini membuat seseorang memiliki obsesi berlebihan terhadap kekurangan atau cacat fisik yang sering kali tidak nyata atau sangat kecil. Penderita BDD mungkin merasa sangat cemas, malu, atau tertekan karena penampilan mereka, meskipun bagi orang lain kekurangan tersebut mungkin tidak terlihat atau dianggap sepele. Kondisi ini juga bisa menyebabkan penderita menghindari interaksi sosial, melakukan prosedur kosmetik yang tidak perlu, atau mengalami gangguan fungsi sehari-hari.
Orang dengan body dysmorphia mungkin fokus pada bagian tubuh tertentu, seperti hidung, kulit, rambut, atau ukuran tubuh secara keseluruhan. Mereka mungkin merasa bahwa kekurangan ini membuat mereka sangat jelek atau tidak menarik, meskipun pada kenyataannya, kekurangan tersebut mungkin sangat kecil atau bahkan tidak terlihat oleh orang lain.
Ciri-ciri orang dengan body dysmorphia
- Fokus berlebihan pada kekurangan fisik: Mereka terus-menerus memikirkan dan khawatir tentang kekurangan yang mereka anggap ada pada tubuh mereka.
- Perbandingan dengan orang lain: Mereka sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa bahwa mereka selalu kalah menarik.
- Perilaku berulang: Mereka mungkin sering memeriksa diri di cermin, menghindari situasi sosial, atau melakukan tindakan repetitif untuk menyembunyikan kekurangan yang mereka anggap ada.
- Cemas dan depresi: Kekhawatiran yang berlebihan tentang penampilan fisik dapat menyebabkan kecemasan dan depresi yang signifikan.
- Kesulitan dalam kehidupan sehari-hari: Body dysmorphia dapat mengganggu pekerjaan, hubungan sosial, dan kehidupan pribadi secara keseluruhan.
Penyebab Gangguan Ini
Penyebab pasti body dysmorphia belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor yang mungkin berperan antara lain genetika. Riwayat keluarga dengan gangguan mental, seperti gangguan obsesif-kompulsif, dapat meningkatkan risiko.
Adapula karena neurobiologi yakni adanya perbedaan dalam struktur atau fungsi otak. Yang terakhir adalah faktor lingkungan. Pengalaman masa kanak-kanak, tekanan sosial, dan standar kecantikan yang tidak realistis dapat menjadi pemicu.
Mari kita mulai menghargai keindahan dalam segala bentuknya. Jika kamu merasa terganggu oleh pikiran negatif tentang tubuhmu, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ingat, kamu tidak sendirian.