Akhir Agustus, Bupati Swasta Ruwatan Akbar 80 Tahun RI di GOR Sidoarjo

Bupati Swasta
Ribuan warga dan tokoh lintas agama gelar ruwatan akbar di Sidoarjo, rayakan 80 tahun RI dengan doa persatuan dan tirakatan. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Sidoarjo, Ruang.co.id – Di tengah riuh obrolan Grup WhatsApp Ruang Publik Sidoarjo (RPS), muncul gagasan besar dari Sujani, pria yang akrab dijuluki “Bupati Swasta”.

Ia mengusulkan ruwatan dan tirakatan akbar yang melibatkan seluruh desa di Kabupaten Sidoarjo, sebuah langkah yang memadukan nilai spiritual dan kebersamaan warga.

Rencananya, acara ini berlangsung akhir Agustus 2025 di area parkir timur Gelanggang Olahraga (GOR) Sidoarjo.

Perkiraan ribuan warga dari berbagai penjuru desa akan berkumpul, masing-masing membawa tumpeng kerucut nasi kuning berhias lauk, sebagai simbol persembahan bersama.

Tahun ini terasa istimewa karena bertepatan dengan peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Ini bukan hanya ritual. Ini gerakan batin dan sosial. Kita bersihkan Sidoarjo dari hal-hal negatif, kita jaga supaya tetap damai. Dan momen kemerdekaan ini menjadi pengingat bahwa persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa,” ujar Sujani, Selasa malam (12/8/2025).

Dari Grup WA RPS ke Gerakan Nyata

RPS awalnya hanyalah forum daring untuk membahas isu publik. Namun, lewat tangan Sujani, percakapan digital berubah menjadi gerakan sosial. “Kalau di dunia nyata kita jarang ketemu, di sini kita bisa bersatu,” katanya.

Gagasan ruwatan ini lahir dari keprihatinan akan maraknya kabar miring di Sidoarjo, mulai dari persoalan lingkungan hingga gesekan sosial-politik.

Sujani meyakini solusi bukan hanya di tangan pemerintah, tetapi juga masyarakat yang mau bergerak bersama.

Makna Ruwatan dan Tirakatan

Ruwatan merupakan prosesi spiritual untuk melepaskan sengkala atau pengaruh buruk yang menghalangi keberkahan hidup, biasanya dilakukan dengan doa, sesaji, dan simbol pembersihan diri.

Tirakatan menyusul sebagai laku prihatin untuk memohon keselamatan dan ketentraman.

“Ruwatan itu ibarat membersihkan cermin, tirakatan membuatnya tetap bening,” jelas Sujani. Filosofi ini menjadi alasan mengapa kedua ritual digelar berurutan.

Baca Juga  Gedung DPRD Sidoarjo Memanas: Maaf Bupati Tak Menyejukkan, Paripurna Diwarnai Legislator Walk Out

Dukungan Lintas Kalangan

Tak hanya warga desa, acara ini akan dihadiri pelaku seni, budayawan, tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota DPRD, LSM, ormas, mahasiswa, organisasi media, hingga tokoh lintas agama dan keyakinan.

Bupati Sidoarjo Subandi dan Wakil Bupati Mimik Idayana dijadwalkan hadir, memberi dukungan penuh.

“Kegiatan ini mengajarkan kita bahwa menjaga harmoni adalah tugas bersama, bukan hanya pemerintah,” ujar Bupati Subandi.

Dari kalangan ulama, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) dan Abdussalam Mujib (Gus Salam) Rois Syuriah PCNU Sidoarjo akan memimpin doa bersama.

Doa mereka diharapkan menjadi pengikat batin seluruh peserta, memohon perlindungan dan keberkahan bagi Bumi Jenggolo.

Simbol Persatuan Sidoarjo

Tumpeng-tumpeng desa akan berjajar rapi. Bentuk mengerucutnya melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan di puncak, serta hubungan antar manusia di bagian bawah. “Kalau fondasinya kuat, puncaknya tidak goyah,” ujar Sujani.

Bagi Sujani, ruwatan ini adalah wujud “kemerdekaan batin” warga Sidoarjo.

Setelah 80 tahun Indonesia merdeka secara politik, ia berharap masyarakat juga merdeka dari rasa curiga, iri, dan gesekan sosial. “Kemerdekaan sejati adalah saat hati kita damai,” tuturnya.

Doa untuk Masa Depan Sidoarjo

Sujani menyadari ruwatan dan tirakatan bukan jaminan semua masalah selesai. Namun ia percaya pada kekuatan doa kolektif.

“Kalau batin kita bersih, niat kita lurus, insya Allah Sidoarjo aman, damai, dan kondusif,” ujarnya.

Menutup pembicaraan, ia berharap acara ini menjadi tradisi tahunan.

“Kita rawat tradisi, kita rawat persaudaraan, dan kita rawat kemerdekaan yang sudah diperjuangkan dengan darah dan air mata para pahlawan,” ucapnya.

Akhir Agustus nanti, Sidoarjo akan menjadi saksi: tumpeng-tumpeng desa, lantunan doa lintas agama, dan kebersamaan ribuan orang dalam satu niat, yakni meruwat Bumi Jenggolo agar teduh, rukun, dan merdeka di tengah zaman yang kian gaduh.

Baca Juga  Gelombang Buruh Sidoarjo Serbu Grahadi, Forkompimda Ikut Berkonvoi