Ruang.co.id – Masyarakat Surabaya menyaksikan pemandangan berbeda ketika puluhan atlet Persatuan Olahraga Beladiri Ishikawa Karatedo Indonesia (Porbikawa) Jawa Timur memadati sudut kota untuk membagikan takjil kepada masyarakat. Aksi ini bukan sekadar kegiatan sosial biasa, melainkan bagian dari strategi kreatif untuk memperkenalkan karate aliran Ishikawa yang masih belum banyak dikenal di Indonesia.
Elyas Tande, pelatih Porbikawa Jawa Timur, menjelaskan bahwa kegiatan berbagi takjil ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, sebagai media promosi olahraga beladiri yang mereka tekuni. Kedua, sebagai sarana pembentukan karakter bagi atlet muda yang sebagian besar masih berstatus pelajar. “Kami ingin menunjukkan bahwa atlet karate tidak hanya kuat di tatami, tapi juga memiliki hati untuk berbagi,” ujar Elyas dengan semangat.
Latihan rutin yang biasanya dilakukan di dojo kali ini berpindah ke ruang publik. Sekitar 50 atlet terlihat kompak mengenakan seragam karate sambil membagikan ratusan paket takjil kepada pengendara yang melintas. Moment ini sengaja diciptakan untuk mematahkan stereotip bahwa olahraga beladiri hanya tentang kekuatan fisik semata.
Aliran Ishikawa dalam karate mungkin belum setenar Shotokan atau Goju-Ryu di Indonesia. Namun, justru inilah yang membuat Porbikawa Jawa Timur semakin giat memperkenalkannya. Karate Ishikawa menekankan pada tiga pilar utama: teknik dasar yang kuat, disiplin tinggi, dan pengembangan karakter.
Melalui aksi sosial seperti ini, para atlet tidak hanya melatih fisik tetapi juga mengasah kepekaan sosial. “Kami ingin membuktikan bahwa beladiri bukan untuk kekerasan, tapi untuk membangun kepribadian yang utuh,” tambah Elyas sambil memperhatikan anak didiknya yang dengan cekatan membagikan takjil.
Di tengah kesibukan aksi sosial, para atlet Porbikawa tidak melupakan tujuan kompetitif mereka. Saat ini, seluruh jajaran sedang mempersiapkan diri untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur yang akan digelar dalam waktu dekat. Latihan intensif tetap berjalan, bahkan seringkali digabungkan dengan kegiatan komunitas seperti ini.
“Justru dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat, mental bertanding mereka semakin terasah,” jelas Elyas. Pengalaman berbagi dengan orang lain dianggap mampu membangun kepercayaan diri yang dibutuhkan saat bertanding nanti.
Aksi Porbikawa Jatim ini menuai apresiasi dari berbagai pihak. Banyak warga yang awalnya hanya ingin mendapatkan takjil gratis, menjadi tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang karate Ishikawa. Beberapa bahkan langsung menanyakan jadwal latihan dan persyaratan untuk bergabung.
Ini membuktikan bahwa pendekatan humanis dalam mempromosikan olahraga beladiri ternyata efektif. Daripada sekadar memamerkan teknik-teknik keras, menunjukkan sisi sosial justru lebih mampu menarik simpati masyarakat.
Kegiatan Porbikawa Jatim patut menjadi contoh bagi organisasi olahraga lainnya. Mereka berhasil membuktikan bahwa prestasi di lapangan dan kontribusi sosial bisa berjalan beriringan. Di satu sisi, atlet terus berlatih untuk meraih medali. Di sisi lain, mereka juga aktif menjadi agen perubahan positif di masyarakat.
Bagi warga Surabaya yang ingin mengetahui lebih jauh tentang karate Ishikawa, Porbikawa membuka pendaftaran bagi pemula setiap bulannya. Dengan pelatih bersertifikat dan program latihan yang terstruktur, mereka siap mencetak generasi baru atlet yang tidak hanya terampil secara teknik tetapi juga memiliki integritas sosial yang tinggi.