Perang Kota Gulatan Cinta dan Derita di Tengah Bisingnya Peluru

film Perang Kota
Film Perang Kota karya Mouly Surya bukan sekadar aksi perang, tapi potret konflik batin, cinta terlarang, & pengkhianatan. Foto:@IG_perangkotafilm
-
-
Print PDF

Ruang.co.id – Mouly Surya kembali menghadirkan karya sinema yang menggugah dengan Perang Kota, sebuah film yang mengangkat konflik manusia di tengah kekacauan perang. Bukan sekadar tontonan aksi, film ini menyelami sisi paling kelam dari jiwa manusia—rasa cinta yang terpendam, pengkhianatan yang menyakitkan, dan keberanian yang lahir dari ketakutan. Proses kreatif yang dimulai sejak 2018 akhirnya melahirkan sebuah mahakarya yang disebut Mouly sebagai “surat cinta untuk sinema klasik”.

Dibalik Layar: Visi Mouly Surya yang Penuh Arti

Sebagai sutradara, Mouly Surya dikenal dengan pendekatan visual yang penuh makna. Dalam Perang Kota, ia sengaja memilih latar peperangan bukan sebagai latar belakang, melainkan sebagai karakter itu sendiri. Adegan-adegan perang yang brutal justru menjadi kontras bagi kelembutan emosi para tokohnya.

Eksplorasi Psikologi Karakter yang Mendalam

Film ini mengeksplorasi tiga karakter utama yang masing-masing membawa beban emosional berbeda. Fatimah, diperankan dengan apik oleh Ariel Tatum, menjadi pusat cerita. Awalnya digambarkan sebagai sosok lemah, karakter ini berkembang menjadi simbol ketahanan perempuan di tengah kekerasan.

Lokasi Syuting yang Menceritakan Kisahnya Sendiri

Pengambilan gambar di gang-gang sempit dan pemukiman padat Jakarta bukan tanpa alasan. Mouly ingin penonton merasakan bagaimana perang mengubah kehidupan sehari-hari orang biasa. Setiap sudut lokasi seolah berbicara tentang ketakutan, harapan, dan keputusasaan.

Fatimah: Simbol Perempuan di Tengah Kekacauan

Karakter Fatimah mengalami evolusi menarik selama proses produksi. Awalnya, naskah tidak menyertakan adegan piano. Namun, diskusi intens antara Mouly dan Ariel melahirkan momen magis itu.

Piano sebagai Metafora Kehidupan yang Terus Berlanjut

Adegan dimana Fatimah memainkan piano di tengah reruntuhan menjadi salah satu simbol terkuat dalam film. Bunyi nadanya yang lembut bersahutan dengan dentuman senjata, menciptakan kontras yang menusuk jiwa.

Antisipasi Menjelang Rilis

Dengan jadwal tayang 30 April 2025, Perang Kota sudah memantik diskusi panjang di kalangan sineas. Film ini tidak hanya menawarkan tontonan, tapi juga bahan perenungan tentang harga sebuah perdamaian.

Baca Juga: Kisah Max, Animator Surabaya yang Berkontribusi di Film Jumbo: Dari Magang Hingga Tayang di Bioskop!