Ruang.co.id – Bagi pecinta buku dan aktivis literasi di Jawa Timur, kabar gembira datang dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Jatim. Lembaga ini kembali menunjukkan gebrakannya dengan meluncurkan dua fasilitas mutakhir: Selasar Literasi (Selasi) dan Auditorium Literasi (Ausi). Kedua ruang ini bukan sekadar tempat baca biasa, melainkan konsep literasi abad 21 yang mengintegrasikan kenyamanan, teknologi, dan gaya hidup kekinian. Jumāat, (13/6/2025).
Ir. Tiat S. Suwardi, MSi, Kepala Disperpusip Jatim, menjelaskan bahwa Selasi dirancang sebagai ruang baca outdoor yang memadukan suasana alam dengan fasilitas lengkap. “Kami ingin menghilangkan stigma bahwa perpustakaan itu kaku dan membosankan,” ujarnya. Di sini, pengunjung bisa membaca buku sambil menikmati segitiga emas literasi: udara segar, cemilan ringan, dan koleksi buku terkini.
Yang menarik, Selasi juga menyediakan warung literasi tempat pengunjung bisa membeli makanan dan minuman tanpa harus keluar gedung. “Ini solusi untuk mereka yang enggang melepas buku tapi perut sudah keroncongan,” canda Tiat. Fasilitas ini sekaligus menjadi strategi jitu meningkatkan durasi kunjungan masyarakat di perpustakaan.
Tak kalah inovatif, Auditorium Literasi (Ausi) hadir sebagai ruang multifungsi berkapasitas 57 kursi. Ruang ini bukan sekadar tempat baca, melainkan panggung kreativitas untuk pemutaran film dokumenter, bedah buku, hingga pertunjukan seni bertema literasi. “Kami ingin membuktikan bahwa perpustakaan bisa menjadi pusat kebudayaan modern,” tegas mantan Pjs. Bupati Ngawi ini.
Dalam paparannya, Tiat menyebutkan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Jatim saat ini berada di posisi ketiga nasional dengan skor 77,15. Angka ini masih kalah dari DI Yogyakarta (79,99) dan Bangka Belitung (77,47). “Selasi dan Ausi adalah senjata baru kami untuk mendongkrak angka ini,” ujarnya penuh semangat.
Bagi yang penasaran, Disperpusip Jatim ternyata menyimpan banyak hidden gem lain. Ada Galeri Majapahit yang memamerkan artefak sejarah, WARAS (Wisata Arsip) untuk penyuka nostalgia, hingga Ruang Inkubator Literasi bagi startup kreatif. Semua dirancang dengan prinsip literasi inklusif, termasuk fasilitas khusus penyandang disabilitas.
Tiat menegaskan, semua inovasi ini bukan sekadar proyek fisik. “Ini adalah investasi sosial untuk membangun masyarakat Jawa Timur yang melek pengetahuan dan berdaya saing,” tuturnya. Ia juga mengajak generasi muda untuk menjadikan perpustakaan sebagai laboratorium ide tempat mimpi-mimpi besar dimulai.

