Sidoarjo, Ruang.co.id ā Aktivitas evakuasi dan pencarian korban di hari ke empat, yang diduga masih ada korban yang tertimbun di reruntuhan material bangunan Musalah dan asrama putra Ponpes Al Khoziny, diwarnai permintaan dan desakan keluarga/ wali maupun kerabat santri korban.
Mereka sekitar puluhan orang yang mewakili keluarga korban yang belum ditemukan, Kamis malam (2/10/2025) sekitar pukul 18.00 WIB mendatangi tenda posko BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), sebagai tempat pusat informasi dan koordinasi pengendalian lapangan tragedi ambruknya bangunan Musalah dan asrama putra Ponpes Al Khoziny.
Kedatangan mereka menyuarakan isi hatinya disambut oleh Kolonel Emi Freezer sebagai Kasubdit RDPO dan KMM Direktorat Operasi Basarnas (sub-direktorat Pengarahan & Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia), dan Kolonel Nanang Sigit PH., S.IP., MM. (Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan/ Kakansar Basarnas Surabaya), dengan ramah dan tanpa emosional untuk berdialog.
Merek menanyakan keberadaan nasib korban santri yang belum ditemukan. Khusnul Khotimah asal Desa Sukolilo, Bangkalan Madura, mewakili keluarga dari dua adik sepupunya sebagai korban yang belum ditemukan, salah satunya bernama Achmad Alby Fahri (bin Moch Nawari.
Dan seorang kakak dari atas nama korban Syamsul Arifin bin Adnan Sholeh asal Desa Gelis, Kecamatan Konang, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Dua nama tersebut, memang terdaftar resmi sebagai korban dalam pencarian, yang tercatat di data laman Tanggap Darurat Sidoarjo.
Sedangkan sepupu dari Khusnul Khotimah yang satunya lagi bernama Muhammad Zaky bilamana yang dimaksudkan atas nama korban M. Zaky Ibrahim (13), merupakan korban yang tercatat dalam data korban berhasil ditemukan dievakuasi, dan kini dirawat inap di RSUD RT. Notopuro Sidoarjo, dalam kondisi luka berat.
Puluhan korban yang mengajak dialog di posko Basarnas, meminta penjelasan dan merasa cukup kecewa dengan kinerja tim evakuasi dan pencarian korban di lokasi kejadian bangunan ambruk, yang dianggapnya lamban.
Sedangkan informasi yang mereka ketahui, bahwa mulai Kamis ini, resmi dinyatakan evakuasi menggunakan alat berat, karena tiga macam alat deteksi pencarian korban dan analisa tim assesmennya nihil, yang diduga dan dimungkinkan tidak ada lagi tanda ā tanda korban hidup.
āKami ingin mendapatkan kepastian informasi yang jelas untuk hari ini, apakah sudah ada korban lagi yang ditemukan? Kalau melihat kerjanya di lokasi bangunan runtuh memantau dari video (real time video) proses evakuasi di posko, yang kerja diatas reruntuhan kok tampak tiga sampai empat orang, terus tim evakuasi yang lainnya mana?,ā tanya kecewa salah seorang perwakilan wali santri.
āSejak diputuskan evakuasi pakai alat berat mulai hari ini, kami pasrah dan Ikhlas pak. Tapi kalau kerjanya lamban begini, kapan adik saya bisa ditemukan dan diselamatkan?. Kami sedih pak kalau sampai adik saya membusuk di reruntuhan bangunan itu pak, kalau itu korban adik bapak, gimana perasaan bapak kalau melihat evakuasi lamban gini?,ā tanya lagi bernada kecewa.
Rasa kecewa mereka bertambah, ketika tim evakuasi material reruntuhan bangunan sejak sore sekitar pukul 17.00 WIB tadi tim Basarnas berhenti istirahat. Mereka berharap dan mendesak, evakuasi dilakukan 24 jam dan semua alat berat yang ada dioperasikan maksimal, agar terjadi percepatan temuan korban yang masih tersisa dalam pencarian.
Sedangkan kedua kolonel dari tim Basarnas ini dengan sabar dan telah berupaya menjelaskan SOP pekerjaan evakuasi dan pencarian korban dengan sebaik ā baiknya, menjawabnya tidak dengan memancing emosi dan keributan kepada perwakilan wali santri.
Sekalipun Kolonel Freezer secara panjang lebar dan mendetail menjelaskan tentang kondisi reruntuhan material bangunan dan bekerja evakuasi dengan kehati – hatian, agar tidak terjadi risiko tinggi yang dapat menimbulkan masalah dan korban baru.
Ini bagi Basarnas merupakan kewajibannya untuk menyamakan persepsi dari penjelasannya SOP dan mekanisme pelaksanaan evakuasinya dalam kondisi terbaru saat ini, terutama terhadap wali santri korban yang masih dalam pencarian.
āKita ingin berhati ā hati dalam mengevakuasi korban dalam keadaan utuh, entah terhadap korban yang mungkin masih bisa bertahan hidup maupun korban yang meninggal. Melihat kondisi reruntuhan dan struktur bangunan saat ini berisiko tinggi bisa menimbulkan korban lagi, kalau dilakukan rame ā rame orang banyak yang rentan dengan keselamatan annya, dan berisiko tinggi terjadinya pergeseran atau pergerakan pada reruntuhan dan struktur bangunannya,ā terang Kolonel Freezer.
Terkait permintaan dan desakan evakuasi bekerja selama 24 jam, terutama di malam hari, para wali korban mengaku dan menyatakan siap turun tangan membantu evakuasi rame ā rame, bila permintaan izinnya disetujui oleh Basarnas.
Namun demikian, guna menjembatani untuk mendapatkan solusi yang terbaik atas permintaan izin dan desakan dari para wali santri, Kolonel Freezer meminta keinginannya para wali santri dituangkan dalam lembaran tertulis surat, untuk disampaikan kepada Kepala Basarnas.
Namun permintaan itu ditolak para wali santri, lantaran dianggap prosesnya masih lamban untuk mendapatkan jawaban dari pimpinan Basarnas.
āKalau pakai surat khawatirnya prosesnya lama pak, ini kan kondisi darurat apalagi di lokasi korban dinyatakan zona hitam. Kami sudah ikhlas pak, tapi kami tidak mau anak kami membusuk di reruntuhan itu pak. Gimana kalau menghubungi pimpinan lewat video call?,ā pinta gusar wali santri lainnya di kerumunan.
Kemudian, Kolonel Nanang mencoba membantu para wali santri yang kerumunannya makin bertambah banyak untuk mendesak Basarnas, lewat ponselnya Ia kemudian mencoba menelpon Wagub Emil Elestianto Dardak, untuk menyambungkan keinginan wali santri.
Dalam percakapan yang dengan menghidupkan pengeras suara ponsel, Wagub Emil akan menindaklanjuti keinginan wali santri, terutama terkait permintaan evakuasi 24 jam kerja tim Basarnas, akan disampaikan kepada Dandim dan Kapolresta Sidoarjo, sebagai pelaksana tugas di titik lokasi zoba reruntuhan bangunan.
Hingga berita ini diunggah, belum diketahui apakah disetujui atau tidak, terkait permintaan izin para wali santri siap untuk turun tangan ikut mengevakuasi korban di reruntuhan bangunan.

