Surabaya, Ruang.co.id – Pernahkah Anda bertemu seseorang yang terlihat sangat berbeda dari yang lain? Mungkin mereka memiliki kepribadian yang unik, kebiasaan yang aneh, atau kesulitan dalam menjalin hubungan.
Di balik perilaku yang berbeda tersebut, mungkin ada kisah pilu yang tersembunyi.
Trauma luka pada masa kecil merupakan pengalaman menyakitkan yang dapat meninggalkan bekas mendalam pada psikologis seseorang. Peristiwa traumatis seperti kecelakaan, kekerasan fisik, atau operasi besar dapat memicu respons stres yang berkepanjangan, bahkan hingga dewasa.
Trauma luka pada masa kecil dapat membentuk pola pikir dan perilaku seseorang dalam jangka panjang.
Bagaimana trauma ini mempengaruhi kepribadian seseorang?
Yuk simak sifat yang sering muncul pada individu yang pernah mengalami trauma luka pada masa kecil.
Kecemasan dan Ketakutan
Trauma masa kecil seringkali meninggalkan bekas berupa kecemasan yang mendalam. Individu yang pernah mengalami trauma luka cenderung merasa gelisah dan khawatir berlebihan, terutama dalam situasi yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis.
Ketakutan akan rasa sakit fisik atau cedera juga menjadi lebih sensitif, bahkan pada hal-hal yang dianggap sepele oleh orang lain.
Perilaku Menghindari
Salah satu mekanisme koping yang umum pada korban trauma adalah menghindari situasi atau tempat yang terkait dengan trauma. Ini dilakukan untuk mencegah munculnya kembali emosi negatif yang kuat seperti rasa takut, marah, atau sedih.
Namun, perilaku menghindari ini justru dapat menghambat proses penyembuhan dan memperburuk isolasi sosial.
Perubahan Pola Tidur
Gangguan tidur adalah salah satu gejala yang sering muncul pada individu yang pernah mengalami trauma. Insomnia, mimpi buruk yang berulang, atau kesulitan tidur nyenyak dapat mengganggu kualitas hidup secara signifikan.
Gangguan tidur ini seringkali dipicu oleh pikiran-pikiran mengganggu yang muncul saat akan tidur.
Masalah Konsentrasi
Trauma dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus dan berkonsentrasi. Pikiran yang terus menerus tertuju pada peristiwa traumatis dapat membuat seseorang sulit menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari.
Hal ini bisa berdampak baik di sekolah, pekerjaan, maupun dalam kehidupan pribadi.
Perubahan Nafsu Makan
Perubahan nafsu makan adalah gejala fisik yang sering menyertai trauma psikologis. Beberapa individu mungkin mengalami peningkatan nafsu makan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang tidak nyaman.
Sementara yang lain justru mengalami penurunan nafsu makan karena merasa tidak berharga atau tidak layak untuk makan.
Perubahan Mood
Emosi yang tidak stabil adalah ciri khas dari individu yang pernah mengalami trauma. Mereka mungkin mengalami fluktuasi mood yang ekstrem, dari perasaan sangat sedih hingga marah dalam waktu yang singkat.
Perubahan mood yang drastis ini dapat mengganggu hubungan interpersonal dan kehidupan sosial.
Perubahan Perilaku
Perilaku seseorang dapat berubah secara signifikan setelah mengalami trauma. Beberapa individu mungkin menjadi lebih agresif atau impulsif sebagai bentuk respons terhadap rasa sakit emosional yang mereka alami.
Sebaliknya, ada juga yang menjadi lebih menarik diri dan sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Perubahan Pandangan Diri
Trauma dapat merusak kepercayaan diri dan harga diri seseorang. Mereka mungkin merasa tidak berharga, bersalah, atau malu atas apa yang telah terjadi.
Pandangan negatif terhadap diri sendiri ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan interpersonal, prestasi akademik, dan karier.
Trauma luka pada masa kecil dapat meninggalkan bekas yang dalam pada psikologis seseorang. Meskipun dampaknya bervariasi, trauma dapat menyebabkan perubahan signifikan pada kepribadian dan perilaku.
Trauma luka masa kecil tidak perlu ditanggung sendirian. Terapi psikologis, seperti terapi kognitif-behavioral (CBT), dapat membantu individu mengatasi trauma dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat. Selain itu, dukungan dari orang terdekat juga sangat penting dalam proses penyembuhan.