Sidoarjo, Ruang co.id ā Dalam senyum penuh semangat dari para lansia (orang tua lanjut usia) yang memenuhi ruang Hotel Halogen ByPass Juanda, Minggu (15/6/2025), terpancar satu pesan kuat, āusia bukan penghalang untuk berkontribusi menyelamatkan generasi penerusā. Mereka datang bukan sekadar menghadiri sosialisasi, melainkan membawa misi besar, memerangi stunting dari dalam rumah.
Kabupaten Sidoarjo mencatat kemajuan luar biasa dalam penanggulangan stunting. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan e-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), prevalensi stunting anjlok dari 16,1% pada 2022 menjadi 8,4% di 2023.
Capaian ini melebihi ekspektasi nasional dan mendapat apresiasi dari banyak pihak. Meski di tahun 2024 belum tersampaikan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kab. Sidoarjo tentang hasil data SKI dan e-PPGBM.
Namun, di balik statistik membanggakan itu, ada cerita perjuangan menyentuh dari berbagai elemen masyarakat, termasuk kaum lanjut usia. Wakil Bupati Sidoarjo Mimik Idayana hadir memberikan edukasi di acara itu, memandang lansia bukan sebagai objek, melainkan subjek perubahan.
āLansia adalah aset keluarga yang masih sangat berperan. Dengan pengalaman hidup yang dimiliki, para lansia bisa memberikan contoh dan nasihat kepada anak cucunya agar lebih peduli terhadap kesehatan anak, termasuk pemenuhan gizi yang baik agar terhindar dari stunting,ā tegas Mimik di hadapan ratusan lansia dari Kecamatan Sedati, Waru, dan Gedangan.
Mimik tidak hanya berbicara, ia juga bertindak. Bersama Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan, Pemkab Sidoarjo meluncurkan berbagai program terintegrasi, kunjungan rumah kader posyandu, pemberian tablet penambah darah bagi ibu hamil dan remaja putri, promosi ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, pembangunan jamban sehat, hingga peluncuran inovasi digital seperti aplikasi āKOPI PAHITā di Porong untuk mendeteksi dini risiko stunting.
āKomitmen Subandi-Mimik adalah maju bersama untuk menyejahterakan masyarakat. Pembangunan harus maksimal. Tidak boleh ada lagi anak yang tidak sekolah, tidak boleh ada lagi rumah tidak layak,ā tambahnya, menegaskan arah visi kepemimpinannya yang inklusif dan berkeadilan.
Kini, tantangan berikutnya adalah menjaga tren penurunan ini hingga mencapai target nasional 14% di tahun 2024.
Dengan keinginan Pemkab mengajak semangat gotong royong bersama warga dengan pendekatan humanis, Sidoarjo dapat menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang terkecil, yakni di lingkup rumah tangga. Bahkan siapa sangka, garda terdepan penyelamat generasi emas itu nantinya datang dari para nenek dan kakek.

