Siswi SD di Sidoarjo Alami Perundungan Verbal dan Fisik, Hampir Disuruh Bunuh Diri

Perundungan Siswi SD Sidoarjo
Ilustrasi Siswi SD di Sidoarjo yang menjadi korban perundungan oleh teman-teman sekelasnya. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Sidoarjo, Ruang.co.id – Peristiwa Perundungan atau istilah asingnya Bullying, kembali terjadi lagi setelah di tahun lalu dialami seorang siswa SMA di Sidoarjo.

Kali ini menimpa sebut saja Bunga, siswi kelas 6 SD, yang sebentar lagi lulus sekolah, mengalami perundungan verbal dan perundungan fisik, di sebuah sekolah negeri di kelurahan Sidokare Sidoarjo.

Dalam pengakuannya, pelaku perundungan kerap kali dilakukan oleh teman sesama siswi, dilakukan oleh lebih dari satu anak.

Kepada Ruang.co.id., peristiwa Perundungan Siswi SD Sidoarjo yang mendera anaknya ini dituturkan oleh DK (51) orang tua korban yang mengaku single parent, warga Gading Fajar, Sidoarjo, Selasa pagi (18/2).

Dikisahkannya, terungkap Bunga mengalami perundungan verbal dan fisik oleh sejumlah siswi teman sekolah pada 7 Oktober 2024 kemarin di jam sekolahnya. Kisah perundungan itu terungkap, melalui dokter psikiater di RS AL dr. Ramelan Surabaya, saat Bunga menjalani therapy penyembuhan mentalnya.

“Ketika anak saya bawa ke psikiater RS. dr. Ramelan Surabaya melalui saran teman, secara bertahap kepada dokter yang menanganinya anak saya mulai mau bercerita telah mengalami perundungan di lingkungan sekolahnya. Di jam sekolah. Saya langsung syok mendengar anak semata wayang saya dibully teman – temannya!,” tutur DK mulai bercerita.

Upaya DK membawa putrinya ke Psikiater rumah sakit, karena sehari sebelumnya Bunga mengatakan tidak mau lagi masuk sekolah ketika diantar di gerbang sekolah. DK heran dan merasakan sepertinya ada sesuatu yang sedang dialami putrinya, yang hanya takut untuk menceritakan apa yang dialaminya selama di sekolah, ketika dibujuk sang ibu untuk berterus terang.

“Saat antar anak saya tiba di gerbang sekolah, tiba – tiba anak saya ekspresinya seperti ketakutan untuk masuk halaman sekolah. Dia hanya bilang, bunda aku gak mau masuk sekolah minta pulang, itu saja yang dibilangnya saat saya bujuk ada apa nak? Dan hanya bilang lagi, bunda sayang dan percaya aku kan? Aku gak mau masuk sekolah,” tuturnya lagi.

“Saya jadi heran dan bingung nggak biasanya anak saya begini. Lalu saya bujuk saya ajak jalan – jalan ke Alun – Alun supaya nau cerita kenapa dia jadi seperti ketakutan masuk sekolah. Tapi tetap aja gak mau terus terang, dan bilang bunda sayang dan percaya aku kan?,” imbuh ceritanya.

Lantaran panik dan bingung dengan keadaan putrinya, DK berjuang untuk mencari tahu apa masalah yang menimpa anaknya. Tatkala ingin menanyakan ke pihak sekolah, anaknya selalu mencegah dan ketakutan seperti syok, yang akhirnya membuat DK membatalkan niatnya ingin menemui pihak sekolah.

“Meskipun hanya sendiri membesarkan anak, saya mengajarkan anak saya untuk selalu bercerita apa saja yang dialaminya dan bicara jujur setiap harinya. Saya belain risain kerja di perusahaan kontraktor di Surabaya, karena saya ingin dekat dan selalu mendampingi dalam membesarkan anak semata wayang saya,” ujar lulusan sarjana Teknik Arsitektur ini.

Hari itu juga, DK berjuang untuk membawa putrinya ke pskiatri rumah sakit atas saran teman dekatnya. Sudah dua rumah sakit di Sidoarjo yang ia datangi, namun jadwal yang diberikan untuk alokasi therapy mental dan kejiwaan untuk putrinya dianggapnya terlalu lama.

Saran teman – temannya pun terus ia coba jalani, bahkan mendatangi ke kantor Komisi Perlindungan Ibu dan Anak ( KPIA) DK bersama putrinya jalani. Namun dianggap pelayanannya bertele – tele.

Baca Juga  Tolak Penggusuran Balai Besar Brantas, PKL Pepelegi Gelar Istighotsah untuk Menuntut Solusi yang Adil

“Harusnya sebagai kantor pelayanan kan cepat tanggap, cukup dengan membawa identitas e-KTP untuk mengisi form data yang diminta dan wajib melampirkan KK (Kartu Keluarga). Saat itu saya sedang antar anak sekolah dan keadaan saya panik. Mana mungkin saya wira wiri begitu? Kan dari KTP sekarang bisa di tracing lewat internet?,” ungkapnya.

“Lewat anjuran teman saya lagi, segera saya bawa ke RS. TNI AL dr Ramelan Surabaya. Saya disana minta tolong ke pihak rumah sakit untuk segera ditangani sama dokter psikiaternya. Meskipun berbayar tidak lewat jalur antrian rela saya jalani hanya demi kesembuhan mental dan kejiwaan anak saya,” tukas DK.

Perjuangan upayanya pun membuahkan hasil. Bunga mendapat penanganan therapy oleh dokter psikiatri RS AL dr. Ramelan Surabaya.

Dari hasil therapy berkala, bunga akhirnya pelan – pelan mau bercerita atas masalah yang dialaminya. Melalui dokter yang menangani DK menuturkan, kalau Bunga mengalami syok psikis lantaran dirundung oleh teman – teman di sekolahnya. Ironisnya, ada lebih dari seorang siswi temannya yang kerap kali merundungi Bunga. Kerap kali juga, bunga dirundung verbal dengan kata – kata “Sudah badan gendut, hitam, jelek pula”. Teman – teman siswi sebayanya juga sering meminta paksa bekal makanan yang sengaja dibawakan DK lantaran keadaan ekonomi yang kurang mampu memberi uang saku lebih untuk jajan di kantin sekolah. Ia pernah dipukuli oleh teman – temannya saat upacara sekolah.

Yang lebih mengejutkan lagi, perundungan siswi SD Sidoarjo dengan inisial Bunga, bercerita kalau dirinya pernah disuruh siswi teman – temannya nyaris bunuh diri, dengan cara menyayat pergelangan nadi tangannya yang menyebut istilah Barcode, dengan mini cutter yang dibeli di sekolah. Suruhan melakukan itu, dengan iming – iming Bunga akan dikasih imbalan uang Rp. 20 – 200 ribu.

“Aku nggak mau disuruh gitu, aku tahu pernah diterangkan guru IPA kalau memotong nadi tangan bisa mati. Aku gak mau disuruh gitu,” ujar DK yang keterangan demi keterangan diperolehnya dari Psikiater rumah sakit.

Yang sangat membuat syok lebih dalam lagi, perlakuan perundungan pada anaknya terjadi sejak kelas IV, dilakukan oleh siswi teman – teman kelasnya. Bahkan bukan hanya Bunga yang mengalami perundungan, dua siswi teman dekat Bunga juga didera perundungan verbal. Sehubungan dengan tubuh Bunga yang lebih bongsor yang mencoba untuk melawan setiap perundungan untuk membela diri.

“Anak saya juga bercerita, habis dirundung sama teman – temannya, sering kali anak saya berlama – lama sembunyi di kamar mandi sekolah karena ketakutan,” ungkap DK lagi.

Lantaran tidak terima dengan perlakuan itu, kemudian DK dengan membawa hasil therapy rumah sakit untuk mendatangi pihak sekolah. Apalagi pihak sekolah sempat menanyakan mengapa Bunga dalam beberapa hari tidak masuk sekolah?.

Sesampai di sekolah DK yang menemui kepala sekolah dan guru wali kelasnya, untuk melaporkan bahwa anaknya telah mengalami perundungan siswi SD Sidoarjo di lingkungan sekolah di jam sekolah berlangsung.

Namun oleh pihak sekolah kurang mendapat respon positif dan cepat untuk segera ditanganinya oleh pihak sekolah. Bahkan yang membuat DK kecewa sekaligus emosional naik pitam dengan ucapan seorang tenaga pendidikan (tendik) berinisial I, yang menyinggung pribadinya dan anaknya hasil didikan dari seorang janda.

Baca Juga  Malam Tahun Baru 2025: Rekayasa Lalu Lintas di Surabaya dan Sidoarjo untuk Hindari Macet Total

Bahkan, DK mengaku sudah dua kali melaporkan perlakuan perundungan yang dialami anaknya kepada pihak sekolah. Lagi – lagi laporannya dianggap remeh temeh dan pihak sekolah selalu berkelit dengan alibi selama ini tidak ada kejadian perundungan siswa dan suasana belajar mengajar semuanya berjalan normal seperti biasanya.

“Yang sering ngomong bernada tinggi dan sengak itu bagian bendahara, kepala sekolah terkesan banyak diamnya. Dia ( ibu I) itu bagian bendahara sekolah yang mulutnya tidak berpendidikan, juga ngomong menjelekkan – jelekkan saya dengan sebutan seorang janda dan anak saya itu hasil didikan dari seorang janda. Apa urusannya anak saya kok dikait – kaitkan dengan saya itu janda? Apa mentang – mentang dia itu guru yang terlama disitu terus seenaknya menghina saya dan anak saya begitu? Apa pantas itu?,” tandas DK dengan ekspresi dan tensi mulai meninggi.

Merasa tidak puas dengan perlakuan pihak sekolah, kemudian DK berniat untuk memindahkan sekolah anaknya ke tempat lain, asalkan Bunga merasa nyaman di sekolah barunya. Mengingat anaknya yang sebentar lagi tamat SD.

Bunga selanjutnya dipindahkan di sekolah swasta yang agak jauh dari lingkungan kelurahannya. Gayung bersambut, kepala dan pihak sekolah swasta itu menampungnya mencoba untuk turut serta membantu penyembuhan dan pemulihan mental dan kejiwaan Bunga untuk kembali normal sefia kala.

Terjalinlah komunikasi yang baik antara DK, Bunga dan pihak sekolah, meskipun Bunga untuk sementara waktu mencoba ditempatkan di kelas V turun setingkat, sembari secara berproses pemulihan kesehatan Bunga.

Tampak luapan rasa syukur DK, tatkala di sekolah swasta itu, perlahan Bunga mulai merasa nyaman bersekolah, lingkungan teman – temannya dianggap bunga mengasyikkan.

Dumas Lapor ke Diknas Sidoarjo

Namun, permasalahan yang menyakitkan dengan pihak sekolah negeri sebelumnya dianggap DK belum selesai. DK pun melaporkan pihak sekolah itu ke kantor Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kab. Sidoarjo. Atas laporan DK itu sebagai pengaduan masyarakat (Dumas), langsung ditangani oleh pihak Diknas Kab. Sidoarjo.

Perundungan Siswi SD Sidoarjo
Tirto Adi, Kepala Diknas Kab. Sidoarjo

Tirto Adi, Kepala Diknas Kab. Sidoarjo dengan didampingi sejumlah Kepala Seksi (Kasi) terkait, keesokan harinya sidak mendatangi SD negeri itu, untuk mengkros cek dan memastikan kejadiannya dari pihak sekolah.

Penanganan berlanjut hingga terjadi dua kali proses penanganan dan diperlukan mediasi dalam penyelesaian solusinya, dengan menghadirkan DK selaku orang tua siswi korban perundungan verbal dan fisik, dipertemukan dengan kepala sekolah dan guru wali kelasnya, termasuk I terlihat ikut mendampingi proses mediasinya. Topik perundungan yang dibahasnya terkesan digiring oleh pihak sekolah kepada Diknas, terkait Bunga dipukul oleh teman – temannya saat upacara bendera, dan kepindahan Bunga yang diam – diam tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

“Kejadian itu langsung kami tindak lanjuti dengan sidak ke sekolah. Karena saya terapkan penanganan setiap masalah harus cepat tanggap dan diselesaikan paling lama tiga hari. Alhamdulillaah sekarang solusinya sudah berjalan. Sebentar lagi tuntas selesai orang tua dan anaknya yang bersangkutan merasa nyaman di sekolah swasta sekarang,” ujar Tirto kepada Ruang.co.id., Selasa sore (18/2).

Diinformasikan pula, respon cepat tanggap penanganan kasus perundungan itu juga datang dari Komisi D DPRD Kab. Sidoarjo, dimana Dhamroni, Ketua Komisi D juga sidak mendatangi sekolahnya dan menggali info serta keterangan dari pihak sekolah.

Baca Juga  Mengenal Kesenian Budaya Tradisional Daerah Bangka Belitung

Namun, dalam wawancara hangat di ruangan Kepala Diknas yang juga didampingi dua Kasi-nya terkait penanganan masalah perundungan itu, mendadak terkejut tatkala terungkap bahwa kejadian perundungan yang dialami Bunga bukan hanya sekali, tapi sering kali berlangsung Bunga sejak kelas IV SD.

Bunga juga sempat nyaris disuruh bunuh diri oleh teman – temannya dengan menyayat nadi pergelangan tangannya dengan mini cutter, bukan hanya Bunga yang mengalami perundungan, terdapat dua siswi lainnya juga pernah mengalami perundungan, perlakuan yang tidak sepatutnya terkesan ditutup – tutupi dari pihak sekolah, bahkan terlontar ucapan yang tidak sepatutnya dan tidak terpuji oleh salah satu pihak sekolah, perlakuan penghinaan juga didera oleh DK orang tua korban perundungan. Lebih dari itu, sumber Ruang.co.id lainnya yang anaknya sudah lulus pernah bersekolah di SD Negeri itu, juga mendapat perlakuan perundungan dengan hal lain, dan terkesan ada pembiaran dari pihak sekolah, ucapan dan perlakuan serupa yang tidak mengenakkan dan membuat telinga memerah yang terlontar dari seorang oknum di lingkungan pendidikan.

Sangat disayangkannya oleh para pengadu, mengapa pihak Diknas tidak pernah memberikan sanksi tegas atas peristiwa perundungan kerap terjadi dari generasi ke generasi di sekolah itu seolah – olah dianggapnya ada penyakit di lingkungan sekolah itu.

Mendengar berbagai masukan informasi dan laporan perundungan Siswi SD Sidoarjo yang cukup mengejutkan dan belum pernah ada laporan sejauh itu yang masuk ke kantor Diknas Kab. Sidoarjo, selanjutnya Tirto dengan tegas mengatakan, pihaknya tidak pernah membeda – bedakan aturan yang berlaku di lingkungan Diknas Sidoarjo.

Dipastikan oleh Tirto, siapapun yang melanggar aturan dan kedisiplinan, ditindak tegas diberi sanksi sesuai dengan aturan pelanggarannya. Untuk menindaklanjuti informasi dan laporan baru itu, Tirto Ka. Diknas Sidoarjo juga segera mengutus Kasi SDM (Sumber Daya Manusia) yang menangani pelanggaran oknum Kepala, guru dan tendik Sekolah di lingkungan Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) di ruang wilayah Kab. Sidoarjo.

“Sekali lagi, saya tidak pernah membeda – bedakan, siapapun ada temuan yang melanggar aturan Dikdasmen, sekalipun anak buah saya di lingkungan kantor Diknas, tetap saya tindak tegas dengan sanksi yang sesuai dengan pelanggarannya,” tandas Tirto meyakinkan.

“Untuk temuan – temuan baru yang masuk dalam laporan Dumas soal perundungan di lingkungan sekolah itu, saya juga segera menugaskan Kasi SDM untuk menindaklanjutinya di lapangan faktanya bagaimana?,” pungkas tegas Tirto.

Rabu pagi (19/2) Ruang.co.id mendatangi lingkungan sekolahnya, untuk memastikan atas peristiwa dugaan perundungan dari Dumas yang terkesan pembiaran secara turun temurun itu. Pagi itu, terjadi secara kebetulan.

Pertama, secara kebetulan bersama media lainnya, Ruang.co.id hendak menemui Kepala SDN itu ingin mengkonfirmasikan hak jawabnya, secara kebetulan berikutnya terkonfirmasi dari pihak sekolah di Ruang Guru bahwa kepala sekolah sedang tidak ditempat dan ada acara di luar sekolah. Serta secara kebetulan yang tepat, yang menjawab secara singkat bernada tertutup, adalah oknum yang disebut – sebut oleh para pelapor Dumas, ketika ditanya kepala sekolah apa ada ditempat? Acara dimana kepala sekolah? Bisakah kami mengkonfirmasi adanya dugaan perundungan di sekolah ini?, hanya dijawabnya “Tidak ada”, “Tidak tahu”, dan “Tidak bisa”.