Ruang.co.id – Surabaya kembali menyulut semangat budaya dan kebersamaan melalui Festival Rujak Uleg 2025, sebuah perayaan kuliner yang tidak hanya menggoda lidah, tetapi juga menyentuh jiwa. Dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732, festival ini bukan sekadar acara tahunan, yang merupakn representasi rasa cinta pada tradisi, ruang nostalgia, dan semangat berinovasi yang dikemas dalam satu momentum.
Mengusung tema āThe Legend of THRā, festival kali ini pindah lokasi dari Kya-Kya Kembang Jepun ke Surabaya Expo Center (SBEC), bekas lokasi Taman Hiburan Rakyat (THR) dan Taman Remaja Surabaya (TRS).
Pemindahan ini bukan tanpa alasan. Selain menghindari kepadatan lalu lintas, SBEC juga dipilih karena mampu menampung ribuan pengunjung dengan lebih nyaman dan memberikan ruang ekspresi budaya yang lebih leluasa.
Tempat ini adalah simbol masa lalu yang diberi napas baru, sebuah penghormatan pada kenangan, sekaligus pembuka pintu untuk generasi mendatang.
Festival tahun ini tak sekadar menguleg rujak, tetapi juga mengaduk emosi dan ingatan kolektif warga kota. Dengan kostum bernuansa vintage, peserta diajak kembali ke era keemasan THR, menjembatani masa lalu dan masa kini melalui visual dan rasa. Bahkan sarasehan dan pameran foto sejarah 20 tahun perjalanan festival turut dihadirkan sebagai upaya edukatif, terutama bagi generasi muda yang mulai jauh dari akar budaya lokal.
Uniknya lagi, kehadiran kategori Rujak Nusantara memperkaya palet rasa festival ini. Lima daerah sekitar Surabaya, yaitu Bangkalan, Sampang, Sidoarjo, Gresik, dan Pasuruan, ikut memamerkan variasi rujak khas daerah masing-masing. Inilah wujud konkret kolaborasi lintas daerah untuk menghidupkan kuliner sebagai identitas budaya yang cair dan inklusif.
Partisipasi melonjak signifikan. Sebanyak 131 meja disiapkan untuk peserta dari hotel, masyarakat umum, hingga mahasiswa asing. Tak ketinggalan, cobek raksasa, ikon yang selalu ditunggu, akan kembali menghimpun tamu kehormatan untuk bersama menguleg rujak secara simbolis. Sekitar 3.300 porsi rujak akan dibagikan secara gratis, dengan sistem distribusi yang tertib dan terorganisir.
Aspek fashion pun tak kalah menarik. Sebanyak 34 OPD dan 31 kecamatan siap memamerkan kostum terbaik mereka dalam parade busana bertema THR. Ini bukan hanya pertunjukan gaya, tapi panggung kreativitas warga dalam membungkus tradisi dengan pendekatan modern.
Penilaian dalam dua kategori, yakni hotel dan umum, didorong oleh inovasi dan kesesuaian dengan tema. Hotel, misalnya, ditantang untuk memadukan rujak dengan kreasi baru seperti tomyam atau plating ala fusion food. Sementara peserta umum dinilai dari dekorasi dan orisinalitas kostum.
Soal teknis, Dinas Perhubungan menjamin parkir memadai di SBEC dan Hi-Tech Mall. Ketertiban lalu lintas pun dijaga ketat agar euforia festival tak mengorbankan kenyamanan publik. Edukasi tertanam di setiap detail: mulai dari sejarah kuliner, pentingnya pelestarian budaya, hingga praktik pengelolaan acara yang terorganisir dan bertanggung jawab.
Festival Rujak Uleg 2025 bukan sekadar festival. Ia adalah cermin dari kota yang terus bertumbuh tanpa melupakan akar. Di tengah globalisasi dan digitalisasi, Surabaya menunjukkan bahwa tradisi bisa tetap relevan, bahkan menjadi viral dan mendunia, asal dikemas dengan hati, kreativitas, dan kesadaran akan nilai yang dikandungnya.

