Ruang.co.id – SMA Negeri 19 Surabaya mengambil langkah progresif dengan Kemendugbangga/BKKBN Jawa Timur menyelenggarakan sosialisasi bertajuk “Mindful Student, Mindful Life ā Remaja Sehat, Asertif, & Happy”. Acara yang digelar di Aula sekolah ini bukan sekadar seminar biasa, melainkan upaya sistematis membentengi generasi Z dari ancaman krisis kesehatan mental di era overload informasi. Selasa, (29/7/2025).
Psikolog Fonny Indri, salah satu narasumber kunci, membeberkan fakta mencengangkan: “Remaja hari ini menghadapi tekanan ganda, baik dari lingkungan sosial maupun gempuran konten digital yang kerap tak tersaring.” Data di lapangan menunjukkan, 60% kasus depresi remaja di perkotaan berawal dari ketidakmampuan mengelola stres akademik dan perundungan siber.
Kepala SMAN 19, Agustina Pertiwiningrum, menegaskan pentingnya intervensi dini. “Kami tidak ingin siswa terjebak dalam lingkaran masalah mental yang berujung pada penurunan prestasi atau perilaku berisiko,” ujarnya. Sekolah ini telah membentuk tim khusus seperti SSK (Sekolah Siaga Kependudukan) dan ROOTS sebagai sistem pendeteksian dini.
Yang menarik, pendekatan SMAN 19 bukan sekadar teori. Melalui program “Art for Mental Healing”, puluhan siswa diajak mengekspresikan emosi lewat lukisan mural di dinding sekolah. “Ini terapi seni sekaligus upaya membangun sense of belonging,” jelas Agustina. Hasilnya? Vandalisme berkurang 70% sejak mural hasil karya siswa dipasang.
Di sisi lain, BKKBN Jatim melalui Dra. Sofia Hanik memperkenalkan modul “GenRe (Generasi Berencana)” yang fokus pada pengembangan life skill. “Remaja perlu dilatih asertivitas, cara menolak bujukan negatif, dan mengelola emosi,” paparnya.
Diana Falida, ketua PIK-R SSK, mengaku program ini menjawab kegelisahan teman-temannya. “Banyak yang sebenarnya ingin curhat tapi takut dicap lemah,” katanya. Senada dengan itu, Retno Rara menambahkan, “Sosialisasi semacam ini membuka mata kami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan fisik.”
Agustina mengapresiasi sinergi dengan BKKBN Jatim, terutama untuk sekolah di kawasan padat seperti Surabaya Utara. “Fenomena broken home, pergaulan bebas, dan kecanduan gawai adalah musuh nyata yang harus dihadapi bersama,” tegasnya.
Psikolog Fonny memberi kiat praktis: “Orang tua dan guru perlu waspada jika remaja menunjukkan gejala seperti menarik diri drastis atau performa akademik anjlok tiba-tiba. Jangan tunggu hingga dua minggu, segera cari pertolongan profesional.”

