Ruang.co.id – Angin segar berhembus di Bukit Cendono, Pacet, ketika PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) menginjakkan langkah pertama dalam perjalanan ESG (Environmental, Social, and Governance) mereka melalui acara Fun Trekking “Move with Purpose”. Bukan sekadar ajang olahraga, acara yang digelar 26 April lalu ini menjadi simbol kolaborasi nyata antara TPS, pelanggan, dan stakeholder kunci seperti Bea Cukai, Karantina, serta perwakilan perbankan. Dengan semangat “Sustainability Beyond Logistics”, TPS membuktikan bahwa komitmen terhadap lingkungan dan tata kelola berkelanjutan bisa dimulai dengan cara yang menyenangkan sekaligus bermakna.
Konsep acara ini tak biasa. TPS mengubah jejak langkah peserta menjadi kontribusi konkret untuk program ESG. Setiap kilometer yang berhasil ditempuh dikonversi menjadi donasi sebesar Rp100.000. Hasilnya? Total 575 kilometer berhasil dilalui, mengumpulkan dana Rp57,5 juta yang akan dialokasikan untuk berbagai inisiatif keberlanjutan. “Ini bukan sekadar tentang mencapai puncak, tapi tentang mencapai tujuan bersama yang lebih besar,” ujar Wahyu Widodo, Direktur Utama TPS, saat penandatanganan komitmen ESG.
Rangkaian acara Fun Trekking ini hanyalah pembuka dari serangkaian agenda ESG yang sudah dipersiapkan TPS hingga tahun 2026. Pada 2 Mei 2025 mendatang, TPS akan memulai aksi nyata dengan penanaman bibit pohon buah di area kebun mereka. Agenda kemudian berlanjut ke Focus Group Discussion (FGD) pada Juli 2025, dimana berbagai stakeholder akan duduk bersama merancang program ESG yang lebih terstruktur.
Periode Juli hingga Desember 2025 akan menjadi momen penting dengan program “CollaborAction”, sebuah gerakan kolaboratif yang menggabungkan aksi nyata pelestarian lingkungan dengan penguatan tata kelola perusahaan. Puncaknya pada Februari 2026, seluruh pihak akan bersama-sama menyusun Joint ESG Report sebagai bentuk transparansi dan evaluasi capaian. “Ini bukan garis finish, tapi checkpoint menuju komitmen jangka panjang,” tegas tim TPS.
Strategi TPS dalam mengimplementasikan ESG patut diapresiasi. Dengan melibatkan langsung pelanggan dan stakeholder dalam aktivitas fisik sekaligus edukatif, mereka menciptakan engagement yang organik. Pendekatan ini membangun tiga nilai utama: trust melalui transparansi aksi, loyalty lewat kontribusi terukur, dan innovation dari masukan berbagai pihak.
Bagi industri logistik yang sering dianggap sebagai penyumbang emisi, inisiatif seperti ini menjadi bukti nyata bahwa bisnis bisa berjalan beriringan dengan kelestarian lingkungan. Apalagi dengan melibatkan institusi seperti Bea Cukai dan perbankan, dampaknya bisa lebih sistemik.
Apa yang dilakukan TPS hari ini adalah investasi untuk bisnis berkelanjutan di masa depan. Setiap pohon yang ditanam, setiap diskusi yang digelar, dan setiap laporan yang disusun akan menjadi legacy bagi generasi mendatang. Seperti kata Wahyu Widodo, “Kami tidak hanya menggerakkan kontainer, tapi juga menggerakkan perubahan.”

