Ruang.co.id – Hidup di daerah yang dialiri sungai besar seperti Palembang tentu membawa banyak cerita dan tradisi yang erat kaitannya dengan air. Salah satu yang paling seru dan tetap bertahan hingga sekarang adalah Bekarang Iwak—tradisi menangkap ikan secara massal yang melibatkan banyak orang dan penuh dengan nuansa kebersamaan.
Kegiatan ini bukan sekadar cara mendapatkan ikan segar untuk lauk sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian dari budaya dan identitas masyarakat Palembang. Ada nilai gotong royong, kebersamaan, serta kesenangan yang membuat tradisi ini tetap lestari meskipun zaman terus berubah.
Buat kamu yang belum tahu, Bekarang Iwak bukanlah sekadar memancing atau menjaring ikan seperti biasa. Ada keseruannya tersendiri yang bikin tradisi ini unik dan menarik untuk dibahas. Yuk, kita kulik lebih dalam tentang salah satu tradisi khas Palembang ini!
Apa Itu Bekarang Iwak?
Bekarang Iwak adalah tradisi menangkap ikan secara beramai-ramai yang biasanya dilakukan saat air sungai mulai surut. Pada momen ini, ikan-ikan yang sebelumnya berenang bebas mulai terkumpul di tempat-tempat tertentu, sehingga lebih mudah ditangkap.
Biasanya, kegiatan ini dilakukan di sungai, rawa, atau kolam yang airnya sengaja dikeringkan dalam waktu tertentu. Ketika air sudah mulai surut, warga akan turun bersama ke area tersebut, membawa alat tangkap ikan seperti jala, serok, atau bahkan hanya menggunakan tangan kosong.
Bekarang Iwak bukan hanya dilakukan oleh nelayan atau warga desa, tetapi juga sering diikuti oleh berbagai kalangan. Dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, semuanya ikut ambil bagian dalam keseruan menangkap ikan bersama.
Di era modern seperti sekarang, banyak tradisi yang mulai ditinggalkan. Namun, Bekarang Iwak tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Palembang. Ada beberapa alasan kenapa tradisi ini tetap bertahan dan terus dilakukan hingga kini.
1. Bagian dari Warisan Budaya Lokal
Bekarang Iwak bukan hanya sekadar aktivitas menangkap ikan, tetapi juga bagian dari identitas budaya Palembang dan Sumatera Selatan secara keseluruhan. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada sungai.
2. Sarana Gotong Royong dan Kebersamaan
Ada nilai kebersamaan yang sangat kuat dalam Bekarang Iwak. Orang-orang berkumpul, bekerja sama, dan saling membantu dalam menangkap ikan. Setelahnya, hasil tangkapan pun sering dibagikan atau dimasak bersama.
3. Menjadi Atraksi Wisata yang Menarik
Banyak wisatawan yang penasaran ingin merasakan bagaimana serunya ikut Bekarang Iwak. Beberapa daerah di Sumatera Selatan bahkan mulai menjadikannya sebagai bagian dari daya tarik wisata budaya yang bisa diikuti oleh siapa saja.
Bagaimana Cara Bekarang Iwak Dilakukan?
Bekarang Iwak bukan sekadar turun ke sungai dan menangkap ikan sembarangan. Ada tahapan dan teknik khusus yang biasa dilakukan oleh masyarakat Palembang.
1. Menunggu Waktu yang Tepat
Biasanya, Bekarang Iwak dilakukan saat musim kemarau ketika air sungai atau rawa mulai surut. Selain itu, ada juga kolam buatan yang sengaja dikeringkan untuk mengumpulkan ikan di satu tempat.
2. Menggunakan Alat Tradisional
Meskipun banyak yang menggunakan tangan kosong, beberapa orang juga memakai alat tangkap ikan tradisional seperti serok, jala, atau bubu (perangkap ikan dari bambu). Teknik ini sudah diwariskan sejak lama dan masih digunakan hingga sekarang.
3. Bagi Hasil yang Adil
Setelah ikan berhasil ditangkap, biasanya ada sistem bagi hasil yang sudah disepakati bersama. Ada yang membaginya secara merata, ada juga yang memberikan bagian lebih kepada pemilik kolam atau wilayah perairan yang digunakan.
Bekarang Iwak dan Kesenian Daerah Sumatera Selatan
Selain menjadi tradisi menangkap ikan, Bekarang Iwak juga sering dikaitkan dengan kesenian daerah Sumatera Selatan. Momen ini kerap diiringi dengan berbagai ekspresi budaya seperti musik tradisional, tarian, dan bahkan ritual adat tertentu sebelum dimulai.
Di beberapa tempat, acara Bekarang Iwak juga menjadi bagian dari festival budaya yang lebih besar. Biasanya, masyarakat setempat akan mengenakan pakaian adat, memainkan alat musik seperti Gending Sriwijaya, dan menikmati makanan khas Palembang seperti pempek dan pindang patin setelah acara selesai.
Kesenian yang muncul dalam acara ini semakin menguatkan identitas budaya Sumatera Selatan dan membuat Bekarang Iwak lebih dari sekadar aktivitas menangkap ikan. Ini adalah perayaan kebersamaan dan penghormatan terhadap alam yang sudah memberikan kehidupan bagi masyarakat.
Bekarang Iwak bukan hanya soal menangkap ikan, tapi juga tentang kebersamaan, kearifan lokal, dan cara hidup yang sudah diwariskan turun-temurun. Tradisi ini membuktikan bahwa masyarakat Palembang masih memegang erat budaya mereka, meskipun zaman terus berkembang.
Dengan semakin banyaknya orang yang tertarik untuk ikut serta, baik sebagai peserta maupun wisatawan, ada harapan bahwa Bekarang Iwak bisa terus bertahan dan dikenal lebih luas. Bukan hanya di Sumatera Selatan, tetapi juga di seluruh Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.
Jadi, kapan mau ikut Bekarang Iwak? Siapkan tenaga, bawa alat tangkap, dan rasakan sendiri keseruannya!