Di Harlah ke-12, Unusa Bahas Solusi Diabetes hingga Layanan Ibu Nifas

solusi kesehatan inovatif
Di Harlah ke-12, Unusa hadirkan solusi diabetes, stroke, dan layanan pasca-persalinan melalui pidato ilmiah berbasis data aktual BPJS dan Riskesdas. Foto: Istimewa
Mascim
Mascim
Print PDF

Ruang.co.id – Harlah ke-12, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuktikan kepeloporannya di dunia kesehatan melalui sidang senat terbuka yang mengupas tuntas tiga masalah kesehatan prioritas: komplikasi diabetes, penanganan stroke, dan layanan pasca-persalinan. Acara di Auditorium Kampus B Unusa Tower ini bukan sekadar ceremonial, melainkan panggung bagi para pakar untuk memaparkan temuan berbasis data riil BPJS Kesehatan dan Riskesdas. Rabu, (13/8/2025).

Prof. Mohammad Nuh dalam sambutannya menegaskan bahwa Unusa dibangun dengan filosofi “titik menjadi ruang” – setiap inovasi kecil harus berkembang menjadi solusi komprehensif. Pernyataan ini bukan retorika belaka, terbukti dengan rencana pembukaan program spesialisasi jantung dan kebidanan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Rektor Unusa menambahkan, pendekatan “kesehatan berbasis manfaat” menjadi kompas utama seluruh penelitian kampus ini.

Dr. Ardyarini Dyah Savitri membeberkan fakta mencengangkan: biaya penanganan gagal ginjal akibat diabetes melonjak 70% dalam lima tahun terakhir. Data BPJS Kesehatan menunjukkan angka Rp 11 triliun pada 2024, sebuah beban sistemik yang memerlukan terobosan. Tak hanya mengandalkan terapi konvensional, dokter spesialis penyakit dalam ini memperkenalkan pendekatan integratif dengan memanfaatkan stroberi sebagai adjuvan terapi. “Antioksidan dalam stroberi terbukti klinis mampu menekan stres oksidatif penyebab komplikasi,” paparnya merujuk pada penelitian terbaru di Journal of Diabetic Complications.

Di sisi lain, Dr. Yurike Septianingrum mengangkat isu stroke yang menyerang 2,1 juta orang dewasa Indonesia. Model Dukungan Manajemen Diri ciptaannya fokus pada fase kritis pasca rawat inap, di mana 74% pasien bergantung penuh pada keluarga. “Kami mengembangkan skema transisi yang mengubah pasien dari objek menjadi subjek perawatan,” jelasnya. Pendekatan ini telah diujicobakan di beberapa rumah sakit di Jawa Timur, menunjukkan peningkatan 40% kemandirian aktivitas harian pasien.

Baca Juga  Tim Ruang Media Informasi Tampil Gagah di KBAM 2025, Terhenti di Perempat Final

Persoalan lain diungkap Dr. Agus Aan Adriansyah: 65% kematian ibu terjadi pada masa nifas. Temuannya yang dinamakan Model Social Competence dirancang khusus untuk mengatasi kendala empati bidan dalam pelayanan postnatal care. “Bidan tidak cukup hanya terampil secara teknis, tapi harus mampu membangun kedekatan emosional,” tegasnya. Model ini mengintegrasikan simulasi kasus nyata dengan pelatihan kecerdasan emosional, sebuah terobosan dalam pendidikan kebidanan.

Ketiga penelitian ini bukan sekadar wacana akademis. Data prevalensi diabetes yang terus merangkak dari 5,7% (2007) ke 11,7% (2023) memerlukan aksi segera. Demikian pula dengan beban ekonomi stroke yang mencapai miliaran rupiah pertahun. Unusa melalui temuan para dokternya menawarkan solusi yang tidak hanya efektif secara medis, tetapi juga mempertimbangkan aspek kultural masyarakat Indonesia yang dekat dengan pengobatan alami.