Ruang.co.id – PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung ekosistem pendidikan inklusif melalui penyaluran hibah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) senilai Rp5 juta kepada PKBM Budi Utama. Bantuan ini memiliki peran krusial dalam memperbaiki sarana belajar lembaga pendidikan nonformal yang selama ini menjadi tumpuan bagi masyarakat prasejahtera di Surabaya. Penyerahan hibah dilaksanakan pada Kamis, (15/5/2025), bertempat di Pelindo Place Office Tower Lantai 13, dengan dihadiri oleh Sri Purwatiningsih selaku Plh. VP Komunikasi Korporat TPS serta perwakilan pengelola PKBM Budi Utama.
Dana hibah tersebut akan dialokasikan secara khusus untuk meningkatkan kualitas infrastruktur pembelajaran di PKBM Budi Utama. Beberapa perbaikan mendesak yang akan dilakukan meliputi perbaikan atap yang bocor, pengadaan meja dan kursi baru, serta penyediaan alat peraga edukatif untuk mendukung proses belajar mengajar. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih layak dan kondusif bagi peserta didik.
Erika Asih Palupi, Sekretaris Perusahaan TPS, menegaskan bahwa program TJSL ini sejalan dengan visi perusahaan dalam memberdayakan komunitas terpinggirkan. Ia menyatakan, “Pendidikan adalah pintu mobilitas sosial. Dengan memperbaiki fasilitas PKBM, kami ingin peserta didik termotivasi untuk meraih masa depan yang lebih cerah.” Pernyataan ini mencerminkan keyakinan TPS bahwa akses terhadap pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kunci perubahan sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses pendidikan formal.
PKBM Budi Utama sendiri telah lama berperan sebagai solusi pendidikan alternatif bagi warga yang terkendala biaya, usia, atau faktor geografis. Imam Rochani, Ketua PKBM Budi Utama, mengungkapkan betapa bantuan ini sangat berarti bagi lembaganya. “Kondisi ruang belajar kami sangat memprihatinkan. Bantuan TPS ini seperti oksigen bagi kelangsungan proses belajar mengajar.” Ia menjelaskan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana selama ini menjadi tantangan besar dalam memberikan pelayanan pendidikan yang optimal.
Intervensi yang dilakukan TPS melalui program TJSL ini tidak hanya bersifat jangka pendek, melainkan juga memiliki dampak berkelanjutan. Peningkatan kenyamanan ruang kelas diyakini dapat membantu menekan angka putus sekolah sekaligus meningkatkan literasi dasar masyarakat. Hal ini semakin relevan mengingat data Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa 61% peserta PKBM di Jawa Timur berasal dari keluarga berpenghasilan di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Dengan demikian, perbaikan fasilitas belajar dapat memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kualitas hidup peserta didik dan keluarga mereka.
Selain manfaat langsung bagi dunia pendidikan, program TJSL ini juga memperkuat citra TPS sebagai perusahaan yang peduli terhadap pembangunan manusia berkelanjutan. Imam Rochani menyampaikan harapannya agar kolaborasi semacam ini dapat terus berlanjut di masa depan. “Kami berharap kolaborasi ini tidak berhenti di sini, bahkan bisa melibatkan lebih banyak mitra strategis,” ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa sinergi antara sektor korporasi dan lembaga pendidikan nonformal seperti PKBM dapat menjadi model yang efektif dalam menjawab tantangan pendidikan inklusif di Indonesia.
Dengan demikian, langkah TPS dalam menyalurkan hibah kepada PKBM Budi Utama tidak hanya memberikan dampak langsung berupa perbaikan infrastruktur, tetapi juga memperkuat ekosistem pendidikan bagi masyarakat prasejahtera. Program ini menjadi bukti nyata bahwa kontribusi korporasi dalam bidang pendidikan dapat menjadi katalisator perubahan sosial yang berkelanjutan.
