Sidoarjo, Ruang.co.id — Riuh semangat Deltamania menggema hingga Pendopo Delta Wibawa pada Selasa (6/5). Di tengah polemik tarif sewa Stadion Gelora Delta yang sempat mengusik ketenangan suporter, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akhirnya membuka ruang dialog. Audiensi antara Bupati Sidoarjo, H. Subandi, SH., MKn., dan perwakilan suporter menjadi momen penting yang menandai arah baru dalam menjaga eksistensi Deltras FC—klub kebanggaan masyarakat Kota Delta.
Bupati Subandi menunjukkan sikap terbuka, tegas, dan visioner. Baginya, Deltras bukan sekadar klub sepak bola. Ia adalah identitas, simbol kebersamaan, dan kebanggaan masyarakat. Maka tak heran, dalam audiensi itu, ia menyatakan komitmennya secara jelas: Deltras harus tetap bermarkas di Sidoarjo.
“Kalau manajemen Deltras mau bicara, datang saja ke Pendopo. Tak perlu undangan resmi. Pemerintah ini milik rakyat, bukan istana tertutup,” ucap Subandi dengan nada lugas namun bersahabat.
Pernyataan tersebut bukan sekadar basa-basi politik. Ia adalah bentuk kesadaran akan pentingnya membangun koneksi emosional antara pemerintah dan komunitas. Subandi memahami, sepak bola bukan hanya soal skor di papan pertandingan, tapi juga tentang semangat kolektif yang menyatukan warga lintas usia dan latar belakang.
Di sisi lain, Ketua Deltamania, Syaiful Bakirok, menyambut pertemuan ini dengan rasa lega. Ia mewakili ribuan suporter yang selama ini hanya bisa bersuara dari tribun. Hari itu, suara mereka akhirnya didengar langsung oleh pemimpin daerah. “Kami sudah sampaikan semua uneg-uneg kami. Sekarang tinggal manajemen Deltras untuk menindaklanjuti,” katanya.
Lebih dari sekadar permintaan keringanan tarif, dialog ini membawa nilai edukatif yang kuat: tentang pentingnya komunikasi dua arah, tentang pemerintah yang bersedia mendengar, dan tentang masyarakat yang tidak hanya menuntut, tetapi juga menawarkan solusi. Ketika ruang dialog terbuka, konflik bisa diurai, dan keputusan bisa lahir dari pemahaman bersama.
Sidoarjo tidak butuh jarak antara penguasa dan warganya. Yang dibutuhkan adalah pemimpin yang hadir, yang menyatu dengan denyut nadi rakyatnya. Dalam konteks inilah, Subandi menunjukkan kelasnya. Ia tidak bermain di belakang meja, tapi berdiri di tengah lapangan, bersama masyarakat, bersama Deltamania.
Kini, bola ada di tangan manajemen Deltras. Dukungan suporter dan respons positif pemerintah telah membentangkan jalan. Tinggal bagaimana manajemen klub berani melangkah, menyambut undangan terbuka ini dengan jiwa besar.
Karena menjaga Deltras tetap di Sidoarjo bukan hanya tentang stadion, tapi tentang menjaga rumah bagi mimpi-mimpi ribuan anak muda yang tumbuh dengan merah-hitam di dada mereka. Tidak dipungkiri, Deltras itu wajah Sidoarjo. Hari ini, telah bicara dengan suara yang tidak bisa diabaikan tentang nama Deltras.