Ruang.co.id – Seniman Surabaya Syarif Waja Bae menghadirkan perspektif visioner mengenai pola hubungan antara Dewan Kesenian Surabaya dan Pemerintah Kota. Cara pandangnya yang unik menawarkan pendekatan kolaboratif yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Gagasannya berfokus pada penciptaan ekosistem kesenian yang berkelanjutan dan berdampak ekonomi. Selasa, (16/9/2025).
Sebagai Fungsionaris Departemen Film Dewan Kesenian Jawa Timur, pria yang merupakan jebolan Teater Lingkar Stikosa AWS ini menyoroti pentingnya kontribusi nyata sektor kesenian bagi pembangunan kota. Ia menjelaskan, “Pola pikir seperti ini yang harus kita kembangkan. Jadi semangatnya adalah berjalan beriringan serta berperan aktif dalam menyumbang PAD dan perekonomian di Surabaya.” Visi ini menempatkan seniman sebagai mitra strategis pembangunan daerah.
Impian besarnya adalah mentransformasi Surabaya menjadi pusat kebudayaan Jawa Timur melalui peran aktif Dewan Kesenian Surabaya. Ia memvisualisasikan DKS sebagai katalisator yang memperkuat posisi Surabaya sebagai etalase kebudayaan Jawa Timur. Kompleks Balai Pemuda disebutnya sebagai aset potensial yang dapat dikembangkan menjadi hub aktivitas kesenian bertaraf internasional.
“Kompleks Balai Pemuda memiliki lahan yang lumayan luas dan berada di pusat kota. Itu kita bisa manfaatkan dengan menggelar pembinaan kesenian dan kebudayaan bagi generasi muda termasuk menggelar berbagai pertunjukan dengan level internasional,” ungkapnya. Strategi ini dirancang untuk mengakselerasi perkembangan talenta lokal sekaligus mendongkrak kunjungan wisatawan.
Ajakan kolaborasi disampaikannya kepada seluruh komunitas seni Surabaya untuk membangun kemitraan substantif dengan pemerintah daerah. “Akan lebih indah jika kita (seniman) bahu membahu dan saling mendukung demi kemajuan perkembangan seni dan budaya di Surabaya dan Jawa Timur,” tuturnya. Semangat kolektif ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem seni yang inklusif dan progresif.
Menanggapi masa transisi kepemimpinan Dewan Kesenian Surabaya, Syarif menekankan pentingnya figur yang mampu menjalin relasi simbiosis dengan pemkot. Kepemimpinan yang mengayomi dan mendukung sinergi dengan Pemerintah Kota Surabaya menjadi prasyarat fundamental untuk mewujudkan visi besar ini. Kriteria ini essential untuk menciptakan lingkungan berkesenian yang dinamis.
“Sebagai manusia yang mengedepankan cipta, rasa dan karsa, kita seharusnya bisa menciptakan iklim berkesenian dan berkebudayaan yang sejuk dan membangun,” tegasnya. Filosofi ini menjadi landasan etis dalam membangun ekosistem seni yang berkelanjutan dan bermartabat di Surabaya.
Pendekatan sinergis yang ditawarkan Syarif membuka dimensi baru dalam relasi antara komunitas seni dan pemerintah daerah. Konsep kontribusi nyata melalui kegiatan berorientasi massa menjadi terobosan dalam mendukung pendapatan asli daerah. Model kolaborasi ini berpotensi menjadi prototype pengembangan ekonomi kreatif di perkotaan.

