Ruang.co.id – Panggung Coachella 2025 menyisakan satu momen paling menggemparkan ketika Greenday, band punk rock legendaris asal California, mengubah lirik lagu mereka menjadi seruan pedih untuk kemanusiaan. Di depan puluhan ribu penonton yang memadati Empire Polo Club, Billie Joe Armstrong dengan berani menyisipkan protes terhadap penderitaan rakyat Palestina dalam performa epik mereka.
Suasana yang awalnya riuh oleh gemuruh musik rock tiba-tiba berubah menjadi hening sejenak ketika vokalis berkarisma itu menyanyikan kalimat pengganti yang mengiris hati: “Runnin’ away from pain, like the kids from Palestine”. Pengubahan lirik dari lagu Jesus of Suburbia ini bukan sekadar improvisasi musikal, melainkan aksi politik yang disengaja di salah satu festival musik terbesar di dunia.
Momen Viral yang Menggetarkan Hati
Detik-detik perubahan lirik tersebut langsung menjadi sorotan utama media global. Kamera profesional Coachella yang biasanya fokus pada atraksi panggung, kali ini menangkap reaksi penonton yang terpana kemudian pecah dalam aplaus meriah. Beberapa penonton terlihat mengangkat poster bertuliskan “Free Palestine” yang seolah menjawab seruan Greenday.
Di media sosial, cuplikan berdurasi 45 detik itu menyebar bak virus. Akun resmi Coachella di YouTube mencatat lonjakan penonton hingga 300% dalam waktu 6 jam. Yang menarik, tagar #GreendayForPalestine tidak hanya trending di Amerika, tapi juga merambah negara-negara Asia termasuk Indonesia.
Dibalik Aksi Berani Greenday
Sejarah panjang Greenday sebagai band yang vokal terhadap isu politik memang bukan rahasia. Sejak era album American Idiot yang mengkritik pemerintahan Bush, mereka konsisten menggunakan musik sebagai medium protes. Namun kali ini, pilihan waktu dan tempat mereka sangat strategis – di puncak hiruk pikuk Coachella ketika seluruh mata dunia tertuju pada festival tersebut.
Analis musik dari Rolling Stone menyebut ini sebagai salah satu momen paling berpengaruh dalam sejarah festival musik. “Ini bukan sekadar perubahan lirik, tapi pernyataan politik yang disampaikan di panggung dengan audiens paling beragam di dunia,” tulis mereka dalam laporan khusus.
Dampak Global dan Reaksi Beragam
Respons terhadap aksi Greenday datang dari berbagai penjuru. Organisasi kemanusiaan seperti Amnesty International langsung memuji inisiatif tersebut. Sementara di kalangan musisi, banyak yang menunjukkan dukungan melalui story Instagram mereka.
Namun tidak semua pihak merespons positif. Beberapa grup pro-Israel menuding Greenday melakukan politisasi panggung musik. Sebuah surat kabar di Tel Aviv bahkan menyebut aksi tersebut sebagai “propaganda sepihak”.
Di Indonesia sendiri, reaksi masyarakat terbelah meski mayoritas mendukung. “Inilah bukti bahwa musik sejati harus berpihak pada yang tertindas,” tulis seorang warganet yang viral di Twitter. Sementara beberapa pihak mengkritik bahwa isu Palestina seharusnya tidak dicampurkan dengan hiburan.
Mengapa Aksi Ini Begitu Berpengaruh?
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia menjelaskan bahwa kekuatan pesan Greenday terletak pada tiga faktor utama. Pertama, timing yang tepat di tengah eskalasi konflik Gaza terbaru. Kedua, medium musik yang universal dan mampu menembus batas negara. Ketiga, kredibilitas Greenday sebagai band yang konsisten pada nilai-nilai kemanusiaan.
Fenomena ini juga menunjukkan pergeseran dalam industri musik global. Jika dulu musisi sering menghindari isu politik yang kontroversial, kini semakin banyak artis yang berani mengambil sikap. Greenday mungkin bukan yang pertama, tapi cara mereka menyampaikan pesan melalui perubahan lirik di panggung sebesar Coachella memberikan dampak yang luar biasa.