Nafas Baru dari Bantaran Kali Code, Sulut Semangat Kolaborasi DPRD – Wartawan – Pemkab untuk Gerakan Kebersihan Sungai Sidoarjo

Sungai Kali Code
Gerakan bersih Kali Code menginspirasi wartawan Sidoarjo dalam Kunker 2025 untuk membangun budaya kebersihan sungai yang adaptif dan humanis. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Yogyakarta, Ruang.co.id – Udara pagi di bantaran Sungai Kali Code bergerak pelan, membawa aroma tanah dan gemericik air, serta suara gesekan sapu lidi milik para pegiat lingkungan.

Di antara riuh percakapan warga, hadir rombongan besar, 172 wartawan Sidoarjo, Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, serta jajaran Diskominfo Sidoarjo— dalam kegiatan Kunjungan Kerja (Kunker) Tahun 2025 bertema “Jurnalisme Adaptif dan Inovasi Digital untuk Pelestarian Lingkungan”, pada 5 – 7 November 2025.

Kunker ini menjadi perjalanan kolaborasi tiga elemen penting: pemerintah dan legislator, insan pers, serta komunitas akar rumput.

Tujuannya satu, membuka kotak Pandora praktik pelestarian lingkungan di Kali Code, sebuah sungai yang menjadi laboratorium sosial Yogyakarta.

Api Semangat dari Bantaran Sungai

Rombongan keberangkatan dari Mall Pelayanan Publik Sidoarjo menuju Yogyakarta, menandai momentum besar. Empat bus pariwisata membawa para wartawan, menuju kawasan yang sejak lama menjadi simbol ketangguhan masyarakat urban menghadapi banjir, sampah, dan tekanan sosial.

Kegiatan dibuka dengan diskusi panel yang menghadirkan tiga tokoh nasional dan lokal atau daerah. Yakni antara lain: Abdillah Nasih – Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, Rosarita Niken Widiastuti – Ketua Komisi Kemitraan Dewan Pers, Farida Dewi Maharani – Plt. Direktur Ekosistem Media Komdigi RI.

Sebagai narasumber kunker, Abdillah Nasih, Ketua DPRD Sidoarjo, dalam paparannya, menyampaikan dengan kalimat lugas, “Pers berperan strategis menjaga akuntabilitas pemerintah. Ketika jurnalis menyuarakan kepedulian lingkungan, masyarakat ikut bergerak,” tegas Nasih.

Diketahui, kunker para jurnalis Sidoarjo ini merupakan alokasi pokok pikiran (pokir) Nasih, Ketua DPRD, yang terkolaborasikan dengan Pemkab. Sidoarjo sebagai pelaksanaan pokirnya.

Pernyataan itu menjadi dorongan moral bagi 172 wartawan yang hadir, termasuk kontingen paling solid dalam sesi panel, yakni Jurnalis Online Siber Sidoarjo (JOSS).

Baca Juga  PKN Gugat Pemkab Sidoarjo Soal Transparansi Anggaran

Ketua JOSS, Agus Susilo, tampil percaya diri. Ia menyampaikan pernyataan yang membakar semangat peserta.

“Kami hadir dengan komitmen penuh. JOSS bergerak sebagai organisasi profesional yang ingin menularkan nilai-nilai budaya bersih dan peduli lingkungan kepada generasi Z dan generasi muda,” ujarnya.

Potret Kebersihan yang Diperjuangkan Warga

Kali Code tidak selalu seindah hari ini. Berdasarkan dokumentasi sejarah warga dan arsip penelitian, kawasan ini pernah menjadi “zona merah” sampah rumah tangga, rawan banjir, dan padat hunian.

Perubahan itu terjadi ketika aktivisme warga, didukung oleh program sosial pemerintah, menjadi motor penggerak lingkungan sehat.

Ketua Bank Sampah MAS JOS (Masyarakat Jogja Sejahtera), Sri Sumaini (67), mengisahkan perjuangan yang mereka bangun selama satu dekade.

Dengan suara yang lugas ia mengatakan,

“Di sini ada 250 keluarga. Sebanyak 207 keluarga bergabung dalam Bank Sampah MAS JOS. Kami membersihkan bantaran sungai setiap pekan dan mengolah sampah organik maupun anorganik menjadi produk bernilai. Kami bergerak dengan keyakinan, sungai adalah nadi hidup kampung kami,” ungkapnya.

Gerakan MAS JOS tidak hanya membersihkan sampah. Mereka mengubah sampah menjadi kerajinan, pupuk organik, hingga sumber penghasilan.

Inilah kebudayaan baru yang tumbuh dari krisis—menjadi bekal inspiratif bagi para wartawan Sidoarjo yang hadir.

Data dari DLH Kota Yogyakarta Tahun 2024, yang disampaikan dalam sesi diskusi, menyebut program jaring sampah, edukasi pemilahan, dan relawan dini sungai berhasil menurunkan volume sampah harian Kali Code hingga 38% dalam dua tahun terakhir.

Narasi Historis dari Diskominfo Sidoarjo

Dalam sesi kunjungan lapangan, Kabid Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Sidoarjo, Muhammad Wildan, memberi penjelasan historis mengenai sungai ini.

Ia berbicara dengan nada penuh penghargaan terhadap nilai budaya. “Sejak masa Mataram, aliran Sungai Code menjadi ruang hidup masyarakat. Di sinilah aktivitas ekonomi tumbuh, kampung terbentuk, dan peradaban kota bergerak,” ujarnya.

Baca Juga  Temuan Fakta! SPMB Sidoarjo Dugaan Kuat Sarat Korupsi, Inspektorat atau KPK Wajib Turun Tangan

Wildan menegaskan bahwa Kali Code menjadi tonggak penataan ruang kota Yogyakarta sejak abad ke-20, terutama setelah penduduk baru membangun hunian padat di sempadan sungai pada tahun 1950-an.

Ia menambahkan dengan lugas, “Perubahan besar muncul saat warga membangun kesadaran kolektif. Mereka bukan hanya memperbaiki rumah, tetapi memperbaiki cara berpikir tentang lingkungan”.

Media, Budaya, dan Pelestarian Lingkungan untuk Sidoarjo

Kunjungan kali ini bukan hanya perjalanan studi. Organisasi JOSS—salah satu dari sembilan organisasi pers Sidoarjo—menjadikan kegiatan ini sebagai bahan kerja budaya.

Menurut Agus Susilo, “Budaya bersih dan peduli lingkungan harus diwariskan kepada generasi Z. Mereka kelak menjadi pemimpin bangsa. Kami membawa misi budaya, bukan sekadar liputan”.

Hasil Kongres JOSS 2024 menegaskan orientasi mereka pada ekonomi kreatif berbasis budaya lokal, sebuah visi yang sejalan dengan model komunitas Kali Code.

Kali Code Inspirasi untuk Sidoarjo

Kali Code adalah cermin masa depan Sidoarjo. Gerakan warga, disiplin komunitas, kedekatan media dengan masyarakat, dan dukungan pemerintah telah menciptakan ekologi baru—sebuah ekosistem kebersihan lingkungan yang humanis.

Kunker 2025 ini mencatat satu hal penting, perubahan hanya lahir ketika pemerintah, legislatif, media, dan warga bergerak bersama.

Kali Code membuktikan, ujar Cak Nasik sapaan akrab Abdillah Nasih, bahwa menjaga sungai bukan hanya membersihkan airnya, tetapi menginspirasi membersihkan cara pandang kita terhadap lingkungan.

Tugas dan fungsi jurnalis di Sidoarjo dalam hal ini, Cak Nasik mengistilahkan, sebagai kontrol pemerintahan, kontrol masyarakat, dan sosial budaya.

“Terkait kebersihan lingkungan, jurnalis bukan hanya memberitakan, tapi juga sebagai penggerak perubahan. Lewat teman – teman jurnalis yang sama – sama melakukan kontrol, kami terbantu dengan data apa permasalahan Sidoarjo,” pungkasnya.

Baca Juga  Bupati Sidoarjo Subandi Sidak Rumah Tak Layak Huni, Warga Menangis Haru