Sidoarjo, Ruang.co.id ā Sebuah angin segar berembus dari Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo. Bupati Subandi kembali terbitkan Surat Keputusan (SK) ODL buat anak ā anak sekolah. Rindu suara canda tawa anak-anak yang dulu riuh di kaki bukit, di hamparan sawah, atau saat menulis di bawah rindangnya pohon, yang sempat terhenti beberapa bulan belkangan.
Outdoor Learning (ODL), pembelajaran yang membawa anak menyatu dengan alam, sempat dihentikan karena cuaca ekstrem. Namun kini, harapan itu kembali tumbuh. Anak-anak bisa kembali belajar dengan langkah kecil dan mata penuh cahaya di luar kelas.
Di tengah kesibukannya, Bupati Sidoarjo H. Subandi menyampaikan kabar menggembirakan: ODL resmi diizinkan kembali. Surat Edaran Bupati Nomor: 400.3/1308/438.5.1/2025 yang sebelumnya melarang kegiatan belajar di luar ruangan, kini resmi dicabut dan digantikan dengan SE Nomor: 400.3/4611/438.5.1/2025. SK itu diterbitkannya kembali pada Sabtu pagi (3/5).
āAnak-anak kita rindu tertawa bersama di alam. Tapi, saya tidak akan membiarkan satu pun dari mereka berada dalam risiko. Outdoor Learning boleh, tapi keselamatan tetap di atas segalanya,ā ujar Subandi saat kegiatan di Pendopo Delta Wibawa.
Bukan Sekadar Belajar, Tapi Menyentuh Jiwa Anak
ODL bukan semata jalan-jalan. Di balik itu, ada ruang tumbuh bagi karakter, empati, dan kecintaan pada lingkungan. Anak-anak tidak hanya belajar membaca buku, tapi juga membaca semesta. Seperti kisah Dila (8), siswi kelas 2 SD di Buduran, yang sejak dua bulan lalu terus bertanya pada ibunya, āBu, kapan kita belajar sambil memetik bunga lagi?ā
Seperti Dila, ribuan anak di Sidoarjo merindukan belajar dengan cara yang tak membosankan. Rindu menyanyikan lagu kebangsaan dengan kaki di rerumputan, mendengarkan gurunya bercerita sambil menatap awan.
āODL membuat anak-anak tidak merasa sedang belajar. Tapi justru di sanalah nilai-nilai hidup meresap paling dalam,ā tutur Pak Roni, seorang guru SD di Tanggulangin yang telah membina kelas alam selama lima tahun.
Edukatif, Disiplin, dan Tetap Aman
Namun keputusan Bupati Subandi bukan tanpa syarat. Dalam Surat Edaran terbaru yang berlaku mulai 2 Mei 2025 ini, sekolah diminta merancang ODL dengan penuh tanggung jawab. Kegiatan harus sesuai dengan kurikulum atau projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Orang tua dan komite sekolah wajib dilibatkan. Proposal kegiatan juga harus diajukan minimal dua minggu sebelum pelaksanaan.
Selain itu, lokasi yang dipilih wajib bebas dari potensi bahaya. Tidak boleh dekat sungai, air terjun, kolam renang, maupun lokasi yang rawan longsor. Surat layak jalan kendaraan dari Dinas Perhubungan pun harus dikantongi. Semua demi satu hal: memastikan anak-anak pulang dengan senyum, bukan air mata.
Untungkan EO dan Kontroversi Wali Murid VS Guru Sekolah Kembali Tak Terelakkan
Terkit terbitnya kembali diperbolehkan ODL, kebanyakan yang diuntungkan adalah dari pihak ketiga dari kegiatan itu, yakni pihak EO (Event Organizer) meski kontroversi antara orang tua/ wali murid dengan guru atau pihak sekolah kerap kali tak terelakkan. Terutama masalah pembebanan biaya ODL tinggi dan tidak mengandung nilai edukasi bagi siswa atau terkesan kegiatan rekreasi semata, masih menjadi perdebatan bagi orang tua/ wali murid yang tingkat perekonomiannya menengah dan keluarga miskin.
Sebut saja Bu P, satu dari sekian orang tua/ wali murid yang mengaku pernah berdebat dengan pihak sekolah ketika anaknya tidak diikutkan ODL lantaran biayanya sngt memberatkan. ā Anak saya tidak saya ikutkan karena ada unsur pemaksaan dan memaksakan kehendak, ODL tak ubahnya hanya rekreasi yang tidak ada nilai edukasinya, mungkin sangat kecil, yang kelihatannya ada keuntungan satu sisi buat pihak sekolah dan EO Tour disertai dengan bumbu mengancam nilai pada anak saya dan siswa yang tidak ikut ODL,ā ungkapnya.
āSetiap anak butuh ruang untuk tumbuh. Sekolah tak cukup membentuk karakter. Alam bisa menjadi guru yang paling jujur dan sabar,ā kata Ibu Nur, orang tua murid dari Balongbendo.
Sebagai seorang ibu yang juga relawan sekolah, Nur melihat bagaimana anaknya yang dulunya pendiam berubah menjadi lebih berani, peduli, dan komunikatif setelah mengikuti ODL di tahun-tahun sebelumnya.
Kini, dengan dibukanya kembali izin kegiatan belajar di luar kelas, harapan itu kembali merekah. Tidak hanya bagi anak, tapi bagi guru yang selama ini berjuang membuat pembelajaran lebih hidup dan bermakna.
Dengan keputusan ini, Sidoarjo mengambil langkah berani namun terukur. Bukan demi popularitas, tetapi demi masa depan generasi yang lebih tangguh, mencintai lingkungan, dan mampu bekerja sama.
āIni bukan hanya kebijakan administratif. Ini adalah keputusan yang menyentuh kehidupan ribuan anak dan guru di Sidoarjo. Kita ingin anak-anak bahagia saat belajar. Tapi kita juga ingin mereka aman, pulang ke rumah dengan cerita indah, bukan duka,ā pungkas Bupati Subandi.
Outdoor Learning bukan sekadar metode atau kegiatan belajar di luar ruang kelas secara formil. Namun itu adalah jembatan antara pendidikan dan kehidupan di lingkungan sekitar. Atas dasar pertimbangan itulah āBapaknya Sidoarjoā kembali membukakan lagi pintu itu, dengan hati, dengan cinta, dan dengan ketegasan perlindungan yang tak tergoyahkan.

