Ruang.co.id – Surabaya kembali menegaskan komitmennya sebagai kota ramah anak dengan menerima kunjungan tim verifikasi pusat dalam tahapan akhir penilaian Kota Layak Anak (KLA), Rabu (14/5/2025).
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menunjukkan kesungguhan, bukan sekadar mengejar predikat, tetapi menanam investasi sosial jangka panjang untuk generasi masa depan.
Pertemuan berlangsung di Ruang Sidang Wali Kota dan dihadiri langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Ikhsan mewakili Wali Kota Eri Cahyadi. Dalam suasana kolaboratif, proses verifikasi dilakukan secara hybrid, menggabungkan observasi daring dan peninjauan lapangan.
Verifikasi ini menjadi krusial, sebab Surabaya tengah mengincar predikat tertinggi, yakni KLA Paripurna. Predikat ini bukan sekadar simbol, tetapi cerminan nyata kota yang memprioritaskan hak, partisipasi, dan perlindungan anak dalam setiap denyut kebijakan dan layanan publiknya.
Dengan bekal enam kali berturut-turut meraih predikat KLA Utama, Surabaya tampak mantap melangkah. Tak hanya itu, keterlibatan dalam inisiatif global Child Friendly Cities Initiative (CFCI) bersama UNICEF menambah bobot komitmen tersebut.
Surabaya bahkan menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang diizinkan menggunakan logo “Kota Sahabat Anak” dari UNICEF secara penuh, sebuah pengakuan internasional yang bukan main-main.
Menurut Sekda Ikhsan, verifikasi kali ini lebih pada penyempurnaan teknis, terutama melengkapi dokumentasi atas program-program yang telah dijalankan. Tak ada keraguan bahwa program-program tersebut memang nyata dan aktif dilaksanakan, mulai dari tingkat kelurahan hingga dinas kota.
Bahkan keterlibatan anak dalam perencanaan pembangunan melalui forum Musrenbang menjadi bukti bahwa suara anak didengar dan diwujudkan.
Ikhsan menegaskan bahwa keberhasilan ini bukan tentang pengakuan semata, melainkan bagian dari komitmen Pemkot menjadikan Surabaya sebagai kota yang aman, nyaman, dan penuh harapan untuk warganya. “Ini tentang bagaimana kota ini menjawab kebutuhan bukan hanya hari ini, tapi juga untuk anak dan cucu kita,” ujarnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ida Widayati, memperkuat optimisme itu. Ia menyebut, verifikasi tingkat pusat ini adalah tahap terakhir setelah penilaian provinsi.
Penyesuaian tinggal pada detail teknis seperti data ruang laktasi di perusahaan swasta, karena fasilitas umum dan kantor pemerintahan sudah nyaris sempurna.
Menariknya, proses ini mengedukasi publik bahwa kota ramah anak tidak terbentuk dengan kebijakan menara gading. Ia tumbuh dari sinergi antarinstansi, partisipasi warga, dan tekad politik yang berpihak pada masa depan. KLA bukan proyek satu waktu, melainkan refleksi visi jangka panjang, yakni membangun kota yang mendengar, melindungi, dan memerdekakan masa kecil warganya.
Langkah Kota Layak Anak Surabaya bisa menjadi teladan nasional. Ketika kota lain sibuk mempercantik infrastruktur, Surabaya menambahkan dimensi: memastikan setiap jengkal kota bersahabat untuk tumbuh kembang anak.
Jika akhirnya Surabaya berhasil meraih predikat paripurna, maka itu bukan karena kota ini sempurna, tetapi karena ia mau terus belajar, membenahi, dan menumbuhkan harapan, mulai dari mereka yang paling kecil sekalipun.