Ruang.co.id – Surabaya mulai bersiap menyambut Idul Adha 1446 H/2025. Aroma semangat berkurban semakin terasa, ditandai dengan hadirnya hewan ternak di berbagai sudut kota. Kambing, domba, dan sapi dipajang di pinggir jalan, seolah menyapa warga dan mengajak untuk berbagi kebaikan.
Namun, di balik semarak itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bergerak lebih dalam, yakni menata dan mengawal agar semangat ibadah tetap berpijak pada aspek kesehatan, keselamatan, dan keteraturan.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya memastikan pengawasan lalu lintas hewan kurban tahun ini lebih sistematis dan ketat. Kepala DKPP, Antiek Sugiarti, menegaskan bahwa seluruh proses distribusi ternak kini wajib melalui sistem nasional iSIKHNAS, menggantikan platform sebelumnya.
Mekanisme ini memungkinkan setiap pergerakan hewan kurban tercatat rapi, lengkap dengan izin dan rekomendasi yang tak bisa ditawar.
Tak hanya soal dokumen, titik-titik penjualan hewan juga menjadi perhatian utama. Lokasi penjualan harus bebas sengketa, berpagar, dan jauh dari area peternakan aktif demi mencegah penyebaran penyakit. Yang terpenting, semua hewan wajib telah divaksin, minimal satu kali dan membawa Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKHH) dari daerah asal.
Standar tinggi ini menjadi bentuk komitmen Pemkot Surabaya terhadap kesehatan masyarakat dan keberlangsungan lingkungan.
Menjelang puncak kedatangan ternak—sekitar H-7 Idul Adha, DKPP menggencarkan inspeksi. Mereka tak hanya mengawasi surat izin, tapi juga kondisi nyata di lapangan.
Tahun lalu, Surabaya mencatat hampir 16 ribu hewan kurban dari 189 pemohon, dan tahun ini angkanya diprediksi serupa. Surabaya Timur masih mendominasi lokasi penjualan, disusul wilayah barat dan tengah.
Antiek mengingatkan masyarakat agar tidak tergoda harga murah semata. “Pastikan hewan kurban Anda sehat, tidak cacat, cukup umur, dan berasal dari lapak resmi yang diawasi DKPP,” ujarnya tegas.
Di tengah euforia berkurban, pesan ini hadir sebagai tameng, agar makna kurban tak ternoda oleh kelalaian. Surabaya tak sekadar merayakan Idul Adha, tetapi juga menjadikannya momentum edukatif dan kolaboratif antara pemerintah, pedagang, dan warga.
Dengan sistem pengawasan yang modern dan kebijakan yang berpihak pada kesehatan publik, Surabaya memberi contoh cerdas tentang berkurban dengan tanggung jawab, berpijak pada etika dan ilmu. Sebab sejatinya, berkurban bukan hanya soal menyembelih, tapi juga menjaga kehidupan dan kesehatan.