Wajib Bangga! Indonesia Gaungkan Pantun, Diplomasi Budaya di Forum Internasional

Pantun Diplopasi
Indonesia gaungkan pantun di forum internasional Brunei. Warisan budaya jadi diplomasi, lintas generasi satukan identitas serumpun. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Ruang.co.id — Di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tampil konsisten menjaga denyut tradisi melalui pelestarian sastra lisan: pantun. Lewat kegiatan Memperkasa Pantun Nusantara ke-4 yang digelar di Brunei Darussalam, Indonesia menegaskan posisi strategisnya sebagai benteng kekuatan lunak budaya serumpun.

Acara yang diikuti oleh Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura ini bukan sekadar forum ilmiah, melainkan juga ruang kreatif antarbangsa yang memadukan seminar, bengkel, dan festival pantun. Dibuka Sabtu (24/5/2025) oleh pejabat tinggi Brunei, kegiatan ini mengalir hangat hingga festival budaya pada 28 Mei.

Dalam momen pembukaan, Kepala Badan Bahasa RI, Hafidz Muksin, menegaskan peran penting pantun bagi generasi kini. “Fokus utama kami adalah memastikan bahwa pantun tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Pengakuan UNESCO menjadi landasan kokoh untuk melanjutkan upaya pelestarian ini,” ujarnya tegas.

Lebih dari sekadar warisan, pantun kini menjelma sebagai alat diplomasi budaya yang inklusif. Hal ini digaungkan oleh Yulianeta, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), saat mempresentasikan gagasan “Pantun sebagai Diplomasi Budaya: Suara Serumpun dalam Bingkai Sastra Lisan.”

“Pantun menghadirkan ruang dialog lintas budaya yang inklusif dan mendalam melalui kekuatan metafora dan irama,” ungkapnya, disambut antusias peserta lintas negara.

Keterlibatan UPI dalam forum ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bukan monopoli pemerintah. Empat mahasiswa dan dua dosen dari kampus tersebut terlibat aktif, didukung penuh oleh jajaran rektorat dan fakultas. Ini menandai lahirnya generasi baru penjaga warisan budaya, sekaligus agen diplomasi yang kreatif dan cerdas.

“Dengan kolaborasi lintas negara dan lintas generasi, pantun tidak hanya lestari, tetapi juga mengalami revitalisasi bentuk dan makna,” imbuhnya.

Baca Juga  Lirik Lagu Willy Anggawinata “Semanis Kamu” yang Viral di TikTok

Kegiatan ini bukan sekadar nostalgia, melainkan langkah visioner. Lewat pantun, Indonesia menunjukkan bahwa sastra lisan bukan warisan pasif, tapi kekuatan aktif yang bisa menjembatani bangsa, mempererat solidaritas, dan mempromosikan nilai luhur bangsa.

Badan Bahasa mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk kembali pada akar, bukan mundur, tapi melompat ke depan dengan jati diri. Pantun bukan hanya puisi lama. Pantun kini menjadi panggung masa depan: menghibur, mendidik, dan menyatukan. Pantun hidup, budaya lestari. Indonesia hadir, dunia mengapresiasi.