Persahabatan Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono dengan Julukan Hiking Queens yang Tertinggal di Puncak Carstensz

Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono di Puncak Gunung Kerinci(Foto Dok. Instagram @mamakpendaki)
Ruang NyaLa
Ruang NyaLa
Print PDF

Ruang.co.id – Bagi para pendaki, Carstensz Pyramid bukan sekadar puncak tertinggi di Indonesia, tetapi juga tantangan besar yang tak bisa dianggap remeh.

Di tengah ganasnya alam, ada dua nama yang kini dikenang dalam sejarah pendakian Indonesia: Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono. Mereka bukan sekadar sahabat, tetapi juga pendaki tangguh yang memiliki mimpi besar. Namun, kisah pendakian mereka di Puncak Carstensz berakhir dengan cara yang tak pernah terbayangkan.

Apa yang sebenarnya terjadi di puncak tertinggi Indonesia ini? Bagaimana kisah persahabatan mereka yang kini hanya bisa dikenang?

Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, Persahabatan Sejak SMP

Persahabatan Lilie dan elsa
Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono di Puncak Gunung Slamet (Foto Dok. Instagram @mamakpendaki)

Lilie Wijayanti Poegiono, peancang busana dan pemilik bisnis La Belle Femme, dan Elsa Laksono, seorang dokter gigi, adalah dua sahabat yang berbagi kecintaan terhadap dunia pendakian sejak masa remaja. Keduanya pertama kali bertemu saat duduk di bangku SMP dan dengan cepat menjalin persahabatan yang erat, terutama karena hobi mereka yang sama: menjelajahi alam dan menaklukkan gunung-gunung tinggi.

Mereka pertama kali mendaki gunung Bromo bersama saat usia 18 tahun. Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan membawa mereka ke jalan masing-masing, hingga akhirnya komunikasi mereka terputus selama puluhan tahun. Baru pada usia 50 tahun, takdir mempertemukan mereka kembali.

Lilie dengan julukan “Mamak Pendaki” dan Elsa “Mamak Gigi” terhubung kembali melalui sosial media. Berawal dari Elsa yang ingin hadiah dari Lilie yaitu hiking Gunung Semeru, mereka pun kembali mendaki bersama, menghidupkan kembali mimpi yang pernah mereka rajut di masa muda.

Mereka mendaki berbagai puncak di Indonesia, dari Gunung Semeru hingga Rinjani, sebelum akhirnya menjadikan Puncak Carstensz Pyramid sebagai tantangan terakhir mereka. Dengan semangat yang sama seperti di masa remaja, keduanya berangkat menuju puncak tertinggi di Indonesia ini.

Baca Juga  Jadwal Pemutaran Film Petaka Gunung Gede, Horor di Bioskop Surabaya Hari Ini

Mimpi Dua Sahabat yang Terjalin di Ketinggian

Setelah bertemu kembali, Lilie dan Elsa bertekad untuk menaklukkan gunung-gunung yang dulu mereka impikan. Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono bukan pendaki pemula. Mereka telah menaklukkan berbagai gunung di Indonesia, mulai dari Semeru, Rinjani, hingga Kerinci. Pendakian bukan sekadar hobi bagi mereka, tetapi juga bagian dari perjalanan hidup.

Puncak Carstensz Pyramid menjadi target berikutnya. Dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut, gunung ini dikenal sebagai salah satu yang paling sulit didaki. Trek berbatu, cuaca ekstrem, dan medan yang tak bersahabat membuatnya menjadi tantangan yang hanya bisa ditaklukkan oleh pendaki berpengalaman.

Namun, bagi Lilie dan Elsa, semua itu bukan halangan. Mereka mempersiapkan diri dengan matang, baik dari segi fisik, mental, maupun perlengkapan. Misi mereka jelas: menjejakkan kaki di puncak dan mengibarkan bendera persahabatan.

Lilie dan Elsa
Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono menikmati saat mendaki gunung (Foto Dok. Instagram @mamakpendaki)

Pendakian yang Berubah Menjadi Petaka

Saat Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono mulai menuruni Puncak Carstensz Pyramid pada 1 Maret 2025, langit yang semula cukup bersahabat berubah menjadi ancaman besar. Kabut tebal menyelimuti jalur berbatu, diikuti oleh hujan deras bercampur salju dan angin kencang yang membuat suhu turun drastis hingga di bawah nol derajat Celsius.

Pendakian yang sebelumnya hanya penuh tantangan fisik kini berubah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup. Jarak pandang semakin terbatas, setiap langkah menjadi lebih berat, dan tubuh mereka mulai kehilangan suhu dengan cepat. Saat tim pendaki lainnya berusaha bergerak lebih cepat untuk menghindari cuaca yang semakin ekstrem, Liliee dan Elsa mulai tertinggal di belakang.

Ketika mereka mencapai Teras 2, titik kritis dalam jalur turun, hipotermia mulai menyerang keduanya dengan hebat. Tubuh mereka menggigil tanpa kendali, bibir membiru, dan respons mereka semakin melambat.

Baca Juga  Jam Tayang Film "Petaka Gunung Gede" di Bioskop Surabaya Hari Ini, 8 Maret

Pemandu yang berada di dekat mereka mencoba memberikan pertolongan darurat, tetapi kondisi lingkungan yang ekstrem membuat situasi semakin sulit. Angin kencang dan hujan es terus menghantam mereka, menghilangkan sisa kehangatan yang ada di tubuh Lilie dan Elsa. Dengan kesadaran yang perlahan memudar, keduanya berjuang untuk tetap bertahan, tetapi tubuh mereka semakin kehilangan tenaga.

Pada sekitar pukul 02.07 WIT, di tengah terpaan badai yang menggila, Lilie dan Elsa akhirnya tak lagi mampu melawan dingin yang membekukan tubuh mereka. Hipotermia yang sudah memasuki tahap kritis membuat mereka kehilangan kesadaran, hingga akhirnya napas mereka terhenti di tempat yang menjadi bagian dari impian mereka.

Beberapa pendaki yang selamat mencoba kembali untuk menolong, tetapi saat mereka tiba, Lilie dan Elsa telah menghembuskan napas terakhir mereka. Dua sahabat yang sempat terpisah selama puluhan tahun itu kini beristirahat dalam kebersamaan selamanya, meninggalkan kisah persahabatan dan perjuangan yang akan selalu dikenang di dunia pendakian Indonesia.

Persahabatan Lilie dan Elsa Terbang Bersama dari Timika

Proses evakuasi jenazah Lilie dan Elsa dari Puncak Carstensz Pyramid menjadi tantangan besar bagi tim penyelamat akibat medan yang sulit dan cuaca yang masih belum stabil. Begitu kabar duka dikonfirmasi, tim SAR bersama pemandu lokal dan rekan-rekan pendaki yang selamat segera berkoordinasi. Mereka bertujuan untuk mengevakuasi jenazah mereka dari Teras 2, lokasi di mana keduanya gugur akibat hipotermia.

Karena medan berbatu dan ketinggian ekstrem, evakuasi dilakukan secara bertahap. Evakuai ini dengan teknik pengangkutan jenazah menggunakan tali dan tandu darurat, yang membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan.

Setelah melewati perjalanan penuh perjuangan, jenazah Lilie dan Elsa akhirnya berhasil diturunkan ke Base Camp Yellow Valley. Kemudian diterbangkan dengan helikopter ke Timika untuk menjalani proses identifikasi dan pemulangan ke keluarga masing-masing.

Baca Juga  Kronologi Insiden yang Merenggut Nyawa Pendaki Usia 60 Tahun, Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, di Puncak Carstensz Pyramid

Kedua sahabat yang sempat terpisah selama puluhan tahun itu kini dipersatukan kembali dalam perjalanan terakhir mereka menuju tempat peristirahatan yang abadi.

Dan bagi kita yang masih ada di sini, kisah mereka akan selalu menjadi pengingat tentang keberanian, persahabatan, dan arti sejati dari perjalanan hidup.