Memalukan! Ada Dugaan Pungli Praktik KKN di Java Festival Pekan Budaya Jayandaru Sidoarjo

Dugaan Pungli Sidoarjo
Terkuak! Dugaan Pungli dan KKN coreng Jayandaru Java Fest Sidoarjo. DPRD kecewa, komunitas budaya berencana lapor Ombudsman. Foto: Istimewa
Ruang Nurudin
Ruang Nurudin
Print PDF

Sidoarjo, Ruang. co.id – Kegiatan Budaya Sidoarjo makin menggaung di halaman Museum Mpu Tantular di Jalan raya Kyai Haji Ali Mas’ud, Mbedrek Siwalanpanji, Kec. Buduran, Sidoarjo.

Jayandaru Java Fest Pekan Budaya Sidoarjo 2025, nama kegiatannya. Pembukaan acara mulai Senin sampai Sabtu nanti (24-29/11/2025). Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo, Abdillah Nasih,SM., bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud), Dr. Tirto Adi,M.Si., hadir membuka acara Java Fest ini.

Beragam kegiatan berlangsung, mulai pertunjukan tari, musik, drama tari, mendongeng, lomba Al-Banjari, stan-up comedy, terapi tradisional, Tosan Aji (Pameran Budaya Keris), macapat pelajar, Jaranan/ Bantengan, musik patrol, Reog Cemandi, hingga lomba layang – layang.

Ada pula acara gelora wicara atau bincang – bincang (Talkshow) tentang “Nguri-uri Budaya Sidoarjo”, dengan menghadirkan cak Nasik (sapaan akrab Abdillah Nasih), Tiro Adi, dan Arif Rofiq, sebagai narasumber pembicaranya.

Namun banyak yang sangat menyayangkan baik datang dari pelaku partisipan maupun pelaku budaya, menyoroti tajam bahwa ada oknum tertentu dari panitia yang mencoreng moreng kegiatan budaya yang tampak cukup megah itu, dan membuat malu yang punya hajat Jayandaru Java Fest.

Mulai dari kritik pedas dan tajam seputar budaya Sidoarjo, sampai dugaan kuat valid adanya pungutan liar (pungli) dari segelintir panitianya.

Ada bukti transaksi elektronik transfer uang senilai Rp500 ribu hingga Rp750 ribu untuk sebuah tarif tenda jualan UMKM selama sepekan.

Padahal ada pula pernyataan seolah meyakinkan, satu dari sejumlah koordinator pelaksana operasional lapangan, yakni abdi dalem Joko Dolog bernama Khoirul Anam.

Kepada Ruang.co.id dia menegaskan, tidak ada pungutan biaya serupiah pun alias gratis atau alias cuma – cuma bagi pelaku UMKM yang mengisi sekitar 15 tenda tenant di sekitar panggung utama acara.

Baca Juga  KADIN Sidoarjo Gaspol! Sinergi Dorong Ekonomi Daerah Bangkit dan Tumbuh Cemerlang

“Acara gini ini kan gratis, pak. Stand – stand (UMKM) kayak gini ini kan gratis pak. Nggak bayar, siapa yang mau tampil monggo silakan. Tapi kembali lagi orang budaya itu kan gak konsisten pak. Onok sing tampil menene nggak (ada yang sekarang tampil besoknya tidak tampil),” ujar Khoirul Anam, Ketua Komunitas Joko Dolog Surabaya, Rabu (26/11)2025).

Tidak berhenti sampai disitu saja masalah dalam acara Java Fest ini. Banyak pelaku budaya, komunitas budaya maupun budayawan ‘orisinil’ Sidoarjo, setidaknya ada dua komunitas budaya, mengaku wajahnya tercoreng moreng dengan hadirnya acara Jayandaru Java Fest itu.

Tampak kuat terdapat unsur dugaan KKN di lingkungan kebudayaan Sidoarjo cukup terang benderang secerah acara Jayandaru Java Fest ini. Diantaranya, amuk amarah komunitas – komunitas budaya Sidoarjo tidak terlibat dan terakomodir dalam acara ini.

“Terungkap pelaksanaan acara kebudayaan itu banyak komunitas budaya Sidoarjo sangat kecewa dengan perlakuan dinas yang tebang pilih mengajak satu nama pelaku budaya sebagai mitra abadinya. Lalu sama mitra ya itu mencari partner kolaborasi dengan pelaku atau komunitas budaya dari Surabaya. Bukan berpartner dengn komunitas – komunitas budaya dari Sidoarjo, ” ungkap Gus Bento dari pengurus komunitas Masyarakat Adat Nusantara (Matra) di Sidoarjo, Rabu (26/11/2025).

“Kami para komunitas dari Sidoarjo mungkin dianggapnya tidak bisa jadi panitia pelaksana acara ini. Dan perlakuan itu tidak sekali dua laki begitu, sampai kita pernah mengingatkan dinas dengan aksi unjuk rasa budaya di Pendopo beberapa bulan lalu, memprotes perlakuan tidak adil dan tidak merata,” tandasnya dengan sorot mata tajam.

Ketua Persatuan Budayawan Jagad Suwung Nusantara (PBJSN) Sidoarjo juga unjuk rasa bicara, bahwa Dinas terkait sepertinya hanya cinta dan sayang dengan satu komunitas budaya semata, dan itu pun dinilai kurang jelas status legalitasnya.

Baca Juga  Truk Diseret, Etika Bisnis Dicabik: Perlawanan Hukum PT Juna Sentosa Logistik

“Sering kali setiap acara hanya satu komunitas budaya yang nggak jelas legalitasnya, kalau saya cermati itu hanya kumpulan orang budaya, bukan sebuah komunitas. Kumpulan budaya itu sangat dekat dengan Kabid. Proyek – proyek budaya di Sidoarjo selalu ada pimpinan kumpulan itu,” ungkap Deki Dento, Ketua PBJSN Sidoarjo, Rabu (26/11/2025).

Tuai beragam kritik pedas dan tajam gencar bersarang hingga memekakkan telinga panitia acara Jayandaru Java Fest. Salah satu penebalannya, perlakuan ruang hampa terasa keras bagi para pelaku maupun komunitas budaya di Sidoarjo, dalam penelusurannya, terkecuali FPK yang tidak berada di ruang hampa itu.

Padahal, Dispendikbud Sidoarjo yang melaksanakan acara Jayandaru Java Fest 2025. Tirto Adi sebagai penanggungjawabnya, dan mengatakan di acara talkshow itu, bahwa acara Jayandaru Java Fest ini merupakan kali pertama di Sidoarjo. Dengan harapannya, berkelanjutan menjadi agenda reguler.

Kepala Bidang Kebudayaan, Sukartini sebagai penanggungjawab acara di lapangan, yang namanya kerap tersebutkan di panggung utama.

Sedangkan cak Nasik yang punya hajat atau acara, untuk nguri-uri budaya Sidoarjo ini yang merupakan satu dari sekian agenda program Ketua DPRD Sidoarjo.

Agar berjalan sukses mendongkrak nama budaya Sidoarjo di kancah nasional dan internasional, lembaga instansinya senantiasa berkolaborasi dengan Pemkab Sidoarjo dan para pelaku, seluruh komunitas, dan semua budayawan Sidoarjo, tanpa terkecuali. Itu penandasannya, kepada Ruang.co.id dalam doorstop wawancara.

Ia mendadak kaget mendengar bahwa pelaksana acara Jayandaru Java Fest ini, tidak kolaboratif melibatkan banyak pelaku/ pegiat dan komunitas budaya dari Sidoarjo.

“Kalau teknis saya serahkan sepenuhnya kepada Diknas (Dispendikbud) ya. Karena mungkin nggak bisa secara keseluruhan (jumlahnya puluhan hingga ratusan) terakomodir atau tercover semuanya ya. Tetapi minimal (acara ini) mulai memberikan perhatian yang lebih kepada seniman – seniman dan budayawan – budayawan yng ada di Sidoarjo ini agar merasa ikut diperhatikan,” tegas cak Nasik.

Baca Juga  Gugatan Lahan di Sidoarjo Pemilik Tanah vs PT. Telkomsel, Mediasi Jadi Jalan Tengah

“Itu akan menjadi evaluasi kami dari DPRD kepada OPD ya, kalau pun hari ini ad kekurangan – kekurangannya ini, pasti kmi minta evaluasi kepada panitia pelaksana,” tandasnya dengn gestur bernada kecewa.

Tidaklah heran, atas diskriminasi di lingkungan budaya di Sidoarjo, amarah para komunitas budaya Sidoarjo yang kerap terpinggirkan sudah memuncak.

Bahkan, mereka berencana memberikan surat cinta kepada Ombudsmen dan Kementerian Kebudayaan dalan waktu dekat.

Padahal, harapan cak Nasik sebagai Shohibul hajat Jayandaru Java Fest ini, sebagai stimulus responsibility dari DPRD terhadap Pemkab Sidoarjo, dengan harapan banyak mengagendakan kegiatan budaya dan melibatkan banyak pelaku/ pegiat, para komunitas budaya dan budayawan Sidoarjo.

“Tidak boleh ada tebang pilih atau like and dislike. Semua warga Sidoarjo mempunyai hak yang sama. Kalau ada perlakuan itu, silakan langsung melayangkan surat ke DPRD untuk dilakukan hearing”. Itu ungkapan peringatan tegas cak Nasik dalm sebuah forum talkshow budaya Sidoarjo, pada Rabu malam (26/11/2025).