Ruang.co.Id – Selama dua malam yakni Kamis dan Jumat malam kemarin, 98 Wali Kota se- Indonesia yang tengah melaksanakan Munas APEKSI VII di Surabaya, dibuat terpukau dimanjakan oleh pesona atraktif dan spektakuler pertunjukan wisata kota Pahlawan ini.
Kamis malam di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran di Surabaya, bukan sekadar menjadi panggung hiburan, tetapi atraksi ini menjelma menjadi simbol masa depan pariwisata kota. Pemerintah Kota Surabaya mengemas malam keakraban bersama para wali kota dengan spektakuler. Di hadapan 98 wali kota dari seluruh penjuru negeri, Surabaya tak hanya memamerkan potensi, tetapi juga membisikkan visi.
Suasana malam itu begitu hidup. Denting keroncong klasik menggema bersanding dengan gelak tawa dan semilir angin pantai. Namun sorotan utama justru datang saat langit mulai gelap, pesona Laser Air Mancur terpancar dalam pertunjukan cahaya dan cerita.
Ini bukan sekadar atraksi, tetapi pengalaman yang menyatukan seni, sejarah, dan teknologi. Cahaya yang menari di udara tak hanya memukau mata, tetapi juga membawa narasi tentang asal mula Surabaya, yakni kisah legendaris pertemuan Suro dan Boyo, dilukiskan lewat video mapping yang menyentuh dan membekas.
Wali Kota Surabaya sekaligus Ketua Dewan Pengurus APEKSI, Eri Cahyadi, tampil bukan hanya sebagai tuan rumah, tapi juga pencerita masa depan. Ia menegaskan, pemilihan Kenjeran bukan tanpa alasan. Lokasi ini merupakan simbol semangat baru Surabaya dalam mengembangkan kawasan pesisir menjadi destinasi wisata unggulan.
“Bukan hanya visual. Pesona Laser Air Mancur ini harus bisa menyentuh hati. Kami ingin wisata Surabaya punya rasa,” ucap Eri, didampingi sang istri, Rini Indriyani, yang turut menyambut para tamu dengan kehangatan khas warga Suroboyo.
Lebih dari sekadar pertunjukan, malam itu adalah momentum strategis. City tour yang dirancang Pemkot Surabaya tak hanya mengajak para kepala daerah menikmati keindahan kota, tetapi juga mendorong terjadinya dialog antar kepala daerah soal pengembangan destinasi dan ekonomi kreatif tanpa meninggalkan kearifan lokal. Surabaya menyodorkan contoh nyata, bagaimana seni dan sejarah bisa menjadi tulang punggung industri pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Tidak berhenti di sana, Pemkot berkomitmen merevitalisasi seluruh kawasan wisata Kenjeran, dari Jembatan Suroboyo, Taman Suroboyo, hingga THP Kenjeran. Targetnya jelas, meningkatkan kunjungan wisata, memperkuat UMKM lokal, dan membuka lebih banyak lapangan kerja. Sebuah strategi yang tidak hanya mementingkan tampilan luar, tetapi juga kebermanfaatan bagi masyarakat di akar rumput.
Ketakjuban akan keindahan suasana malam di Surabaya yang spektakuler juga terkemas dalam Karnaval Budaya 98 Kota se- Indonesia dalam rangkaian Munas APEKSI VII, pada Jumat malam kemarin. Karnaval dengan menampilkan beragam kostum adat dan budaya masing – masing kota, berjalan dari ujung Jalan Tunjungan sebagai jalan legenda kota Pahlawan hingga Alun – Alun Surabaya, juga menjadi tontonan yang istimewa bagi 98 tamu undangan wali kota beserta pasangannya dan wakil wali kota beserta pasngannya.
“Saya begitu terpana melihat seluruh wali kota saat melihat menggunakan baju kebesaran adatnya masing – masing. Yang pria tampak sngt tampan gagah dan berwibawa, yang wanita tampak begitu cantik dn penuh keanggunan,” puji Eri dalam pidato sambutannya di malam karnaval budaya.
“Dalam sebuah kota itu terdapat berbagai macam suku, ras, agama, adat dan budaya. Maka malam ini Karnaval Budaya dengan ditunjukkan 98 peserta delegasi kotanya ini sebagai wujud mempererat silaturrahmi, mempererat tali persaudaraan antar kota. Sehingga ketika kita melihat warga kita terdiri dari berbagai macam suku dan daerah, maka disitulah kita menjaga warga kita dari manapun mereka berada, bahwa kota – kota di seluruh Indonesia merupakan bagian dari NKRI Harga Mati,” tandas Eri.
Delegasi pakaian adat dan budaya Kota Palangkaraya terlihat penampilan paling spektakuler, disusul kemudian atraksi penampilan delegasi Adat Pernikahan Surabaya.
Karnaval budaya dengan peserta 98 pakaian adat dn budaya di kotanya ini, juga memukau seluruh warga kota Surabaya yang ingin turut menjadi saksi hidup acara spektakuler ini.
Ribuan warga dengan tertib dan suka cita sejak sore hari telah memadati kedua sisi tepi jalan lintasan karnaval budaya, dari Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo hingga Alun – Alun Kota. Bahkan momen malam indah menawan itu, juga menjadi ajang warga Surabaya untuk berselfie ria, serta membuat konten – konten kreatif untuk diunggah di medsosnya. Inilah Surabaya, berani menatap masa depan, berslogan “Suroboyo Wani!”, dengan cara yang menginspirasi Indonesia